28

1.3K 123 10
                                    

Ketika ngedengar kalau sulli meninggal dunia, gue langsung kaget. Pikiran gue langsung ke cerita ini.

Gimana ini cerita gua ada sullinya?

Kepikirannya langsung gitu. Walau gak ngebiasin sulli ada rasa sedihnya juga denger berita dia itu. Tapi cerita ini harus tetep lanjut karena udah nanggung xD

Makasih untuk pembaca gue yg masih setia baca cerita abal-abal ini. Lop yu gaes ❤

•••






“Hah!”

Doyeon sedikit mengentakkan kakinya dan mengacungkan telunjuk ke arah cowok yang sedang menonton tv itu.

“Nggak bisa kabur lagi lo sekarang.”
Lucas sedikit terkejut. Sebelah sudut bibirnya naik dan alisnya tertaut.

“Apaan sih?” ia kembali menatap tv.
Doyeon meletakan gelas berisi teh miliknya ke atas meja, lalu ia duduk di single sofa.

“Gue mau kita bahas perceraian itu lagi,” ucap Doyeon serius.

Lucas menoleh, malas.

“Sudah nggak perlu dibahas lagi. Kita cerai sesuai perjanjian aja.” Lucas meraih remot tv dan mengganti channelnya.

“Nggak bisa! Gue mau kita cerai secepatnya. Lo kenapa nggak mau cerai sama gue? Udah jatuh cinta sama gue?”

Lucas tersentak, kaget.

“Amit-amit!” cowok itu mengetuk meja beberapa kali, “kayak nggak ada cewek lain aja harus suka sama lo. Lagi pula gue udah ada Yeri. Jangan kepedean lo!”

“Abisnya lo dibawa cerai nggak mau.”

Lucas meletakan remot kembali, “gue bukannya nggak mau, tapi belum dapat idenya untuk menyelesaikan hubungan ini tanpa ketahuan kalau kita lagi pura-pura.”

Doyeon menyeruput tehnya sambil mendengarkan Lucas, “gue punya ide,” ujarnya tiba-tiba.

“Apa?”

Cewek bertubuh tinggi itu meletakkan gelasnya kembali.

“Gimana kalau kita bilang ke orang tua kita masing-masing. Sebenernya kita saling selingkuh dan punya pacar masing-masing. Gue yakin kita pasti disuruh cerai.”

Bola mata Lucas berputar 180° setelah mendengarkan ide gila Doyeon.

“Masih waras ‘kan lo?”

“Ya masihlah! Lo pikir gue gila?” ujar Doyeon sewot.

“Ide lo itu emang gila.” Lucas bersandar pada sofa, “yang ada kita di deportasi sama nyokap gue ke zimbakwe setelah menjalankan ide lo itu.”

“Nyokap lo setega itu?”

Lucas mengangguk, “nyokap gue bisa ngelakuin apa aja asal keinginannya tercapai.”

Doyeon bergidik ngeri, “serem juga mama sulli.”

Doyeon menghela nafas sambil bersandar pada sofa.

“Terus gimana caranya kita pisah?” ia menatap Lucas, “ayo dong gunain otak lu itu.”

“Lo coba yang mikir sekali-kali. Gue mulu yang disuruh mikir.”

“Kok lo ngeselin?” Doyeon melempar bantal sofa ke suaminya. Untungnya Lucas sigap dan berhasil menghela, “ tadi udah gue kasih ide. Lo bilang kita bisa di kirim ke Zimbabwe kalau jalanin ide gue.”

Lucas malah tertawa.




•••




“Enak ya lo punya pacar kayak Lucas. Udah baik, cakep, nggak pelit lagi mau belanjain apa aja,” ujar teman Yeri saat mereka berbincang di taman kampus.

“Bener, gue juga mau yang kayak gitu. Apa nggak ada lagi?” tanya temannya yang satu lagi.

Yeri tertawa, “gue emang beruntung, tapi sayangnya gue nggak cinta-cinta amat ke Lucas.”

“Maksud lo? Lo nggak punya perasaan yang sama dengan dia?”

Yeri menggeleng dan tersenyum miris. Ia melipat kakinya yang tergantung sebelum berbicara lagi.

“Gue lebih cinta sama duitnya hahaha.”

Yeri tertawa dan diikuti tawa kedua temannya.

“Parah lo emang.” Teman Yeri menggeleng-geleng mendengar cerita itu.

“Salah siapa bucin banget sama gue.” Yeri menatap ke depan, “udahlah ya nikmatin aja hidup enak ini.”

Sebatang tangkai bunga jatuh dari tangan seorang pria. Itu adalah Lucas. Ia mendengar semua perkataan tiga perempuan di depannya. Betapa hancur hatinya sekarang.

Bagai di sambar petir. Orang yang selama ini dikejar-kejarnya hingga sekarang merajut kasih. Ternyata hanya mencintai hartanya saja.

“Jadi selama ini gue cuma lo manfaatin?” tanya Lucas membuat ketiga perempuan itu menoleh ke belakang.

“Lucas!” gumam Yeri.

“Sayaaang, dari kapan kamu ada di sini?” Yeri mendekati Lucas yang sedang mematung.

Lucas menggerakkan kepalanya dengan kaku, menatap Yeri.

“Coba jelasin sekali lagi!” suruh Lucas dengan suara lembut, “APA MAKSUD PERKATAAN LO TADI! LO CUMA MANFAATIN UANG GUE DOANG! HAH! IYA?”

Akhirnya emosi Lucas pecah. Orang-orang yang ada di taman itu menoleh pada mereka. Kedua teman Yeri tidak berani untuk ikut campur.

“Bukan begitu, kamu salah paham,” bantah Yeri dengan tampang takut-takut.

Banyak mata sekarang menyaksikan pertengkaran mereka.

“Ada apa sih?” tanya Yoojung yang melintasi taman bersama Doyeon.

“Mana gue tahu, Jung. Kan gue pergi ke kantin sama lo,” ucap Doyeon yang ikut berhenti melangkah. Namun sibuk dengan es di tangannya.

“Kayak Lucas sama Yeri tuh?” tunjuk Yoojung.

Lucas menggeleng tidak habis fikir. Gadis di depannya masih tidak mengaku.

“Gue udah tahu semuanya. Lo nggak usah membela diri lagi. Mulai detik ini kita, PU-TUS!” Lucas menekan kata-kata terakhirnya.

Doyeon menjenjangkan lehernya untuk melihat Lucas dari balik kerumunan orang-orang.

“Mereka kayak lagi berantem. Tegang semua mukanya,” celetuk Yoojung.

Saat Lucas ingin beranjak pergi lengannya dipegang oleh Yeri.

“Maafin aku Lucas. Aku khilaf, aku nggak akan berbuat begitu lagi. Aku cinta kamu.”

Lucas menyeringai lalu terkekeh mendengar perkataan gadis di depannya. Ia menarik kencang lengannya hingga terlepas dari genggam Yeri.

“Kita tetap putus. Semoga lo bisa berubah.” Setelah itu Lucas pun pergi meninggalkan taman ramai itu.

Yeri menguntai air mata setelah kepergian Lucas. Tambang emasnya sudah hilang.


•••





29 oktober 2019

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang