43

1.2K 95 6
                                    

“Sidang hari ini terpaksa saya tunda. Kembali lagi minggu depan!” Hakim mengetuk palunya sebanyak tiga kali.

Doyeon menghela napas saat mengingat keputusan hakim beberapa menit yang lalu. Lucas yang tidak datang membuat persidangan tertunda. Doyeon berharap minggu depan cowok itu datang.

Wanita ini mengeluarkan ponselnya. Ia mengirim pesan kepada seseorang dan setelahnya menghentikan taksi, lalu meninggalkan pengadilan.

Doyeon berhenti di depan sebuah kafe. Cewek itu segera turun dari taksinya. Kakinya melangkah ke dalam kafe itu. Matanya menyusuri ruangan kafe. Ketika melihat orang yang ia cari Doyeon lekas pergi mendekati orang itu.

Di pojok kafe Seongwoo duduk menunggunya. Laki-laki itu diminta oleh Doyeon untuk ke tempat yang bau kopinya menyengat ini.

“Sudah lama, Kak?” tanya Doyeon meletakkan tasnya di sofa kosong. Ia pun segera duduk di bagian sofa lainnya.

“Baru lima menit.” Percakapan mereka sempat berhenti saat pelayan datang memberikan pesanan Seongwoo, “mau pesan juga?” tanya cowok itu pada Doyeon.

Doyeon menggeleng, “nanti saja.”
“Ada apa kamu memanggil saya ke sini? Persidanganmu sudah selesai?”

Lagi-lagi Doyeon menggeleng, “persidangan ditunda, Lucas nggak datang. Aku ingin Kakak memperkenalkan aku kepada orang tua Kakak.”

Seongwoo yang sedang menyeruput kopi hangatnya, menyembur. Ia terbatuk-batuk setelahnya.

“Hati-hati, Kak.” Doyeon mengulurkan tisu.

Cowok itu meletakkan gelasnya dan menerima tisu yang diberikan. Ia membersihkan bibirnya.

“Bisa ‘kan, Kak? Hari ini Aku banyak waktu kosong.”

“Maaf, saya ingin sekali mengenalkanmu pada kedua orang tua saya, tapi hari ini saya masih ada janji dengan orang lagi. Lain kali saja ya?”

Doyeon cemberut, “batalkan saja dulu janjinya. Memangnya pentingan janji itu dari pada hubungan kita? Katanya, kita ingin menikah.”

“Doy, kamu harus mengerti dong. Saya sudah terlanjur berjanji dengan orang lain. Kamu juga belum resmi bercerai.” Mata Seongwoo melirik ke kanan dan kiri. Ia tampak tidak tenang, “lagi pula orang tua saya nggak ada di rumah. Mereka sedang keluar negeri.”

Doyeon menghela napas, “orang tua kakak keluar negeri atau Kakak yang sebenarnya nggak siap memperkenalkan aku? Kakak punya gadis lain ‘kan? Makanya Kakak masih ragu mengenalkan aku pada orang tua Kakak.”

“Bukan begitu, Doy. Kamu kenapa ngomongnya jadi melantur?”

“Sudahlah, Kak. Aku sudah tahu semuanya Yoojung sudah cerita, Kakak punya pacar lagi ‘kan?”

Seongwoo menggeleng, “cewek yang dilihat Yoojung bukan pacar saya.”

“Terus apa? Calon istri?”

“Kamu percaya sama saya dong. Yoojung itu salah paham. Dia hanya teman lama saya.”

Doyeon membuang muka, lalu kembali menatap cowok di depannya itu.

“Semua Kakak bilang teman lama atau jangan-jangan selingkuhan Kakak itu teman lama Kakak? Oh cewek yang waktu itu selingkuhan kakak?” Volume suara Doyeon perlahan mulai naik.

Para pengunjung kafe pada menoleh ke mereka. Seongwoo melihat sekitarnya.

“Kecilkan suaramu! Orang-orang jadi memperhatikan kita,” ujar Seongwoo dengan suara berbisik.

“Kenapa Kakak malu ketahuan selingkuh?”

“Kamu ngomong apa sih, Doy? Saya itu nggak ngerti. Selingkuh? Saya nggak selingkuh!”

Musuh kok Menikah? -LUCAS NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang