Bab 8 Sakit Merindu

2K 266 20
                                    

Jungkook meletakan kepalanya ke atas meja. Bersandar lemas dengan wajah pucat pasi dan pening melandanya sejak 3 hari yang lalu.

Sudah satu bulan lamanya. Hidup tanpa Jieun membuat Jungkook letih, lesu dan lunglai tiada tenaga. Menahan rindu yang kian membuncah juga rasa bersalah setiap kali melihat pujaan hati menangis karena ulahnya. Akibatnya, Jungkook malah menyiksa diri dengan bekerja tak kenal waktu.

Ingin melupakan tapi malah menyiksa tubuhnya sendiri.

Tubuh Jungkook mengurus, ia jarang tidur dan jarang makan karena waktunya habis hanya untuk bekerja. Sekalipun ada waktu kosong akan di habiskan dengan main game di ponsel karena Jungkook takut jika tak melakukan apapun maka ingatannya akan kembali melambung ke arah Jieun.

Jujur, move on itu sulit. Apalagi setelah menjalin hubungan selama satu tahun. Jieun sudah bukan lagi seperti pacar tapi istri yang belum sah.

"Pulang! Istirahat sana, wajahmu sudah seperti vampir yang belum minum darah!"

Jin mendudukan diri di samping Jungkook. Cafe sedang sepi, jadi dia memutuskan untuk mendekati sang adik yang sedang beristirahat di salah satu meja pelanggan.

Helaan nafas Jungkook terdengar. Ia menggeleng sambil menegakkan badan kembali.

"Aku ingin bekerja saja, hyung. Aku baik saja!"

Dengan suara lirih dan serak, tentu siapa yang akan percaya bahwa dia baik-baik saja?

"Jangan menyiksa dirimu begini. Kau malah membuat orang yang menyayangimu sedih"

Jungkook tersenyum perih.

"Memangnya siapa yang menyayangiku?"

Jin rasanya ingin sekali memukul kepala Jungkook dengan keras supaya sadar, berapa banyak orang yang dengan tulus sayang padanya.

*Termasuk yang nulis :')

"Aku, Ayahmu, Temanmu, dan....Jieun tentu saja"

Jungkook diam namun sedetik kemudian satu tetes air mata telah keluar dari mata kirinya dan hal itu berhasil membuat Jin panik. ia sangat tahu tentang perasaan Jungkook terjadap Jieun. Begitu dalam hingga hidupnya terasa begitu kering setelah Jieun pergi.

Jin memeluk tubuh Jungkook. Ia dapat merasakan tubuh adiknya hangat. Dugaannya benar, Jungkook sedang sakit.

"Saranku, berhenti keras kepala. Setiap orang tak pernah luput dari salah, kau terlalu keras pada dirimu sendiri juga pada Jieun, Kook. Berhenti menyiksa diri. Kalau rindu datangi Jieun, katakan dengan tulus soal perasaanmu. Bersembunyi seperti ini hanya akan menyiksa kalian berdua"

Jungkook memejamkan kedua matanya. Pusing di kepalanya semakin menjadi, pandangannya berputar membuatnya luar biasa mual jadi ia cepat-cepat berdiri hendak ke kamar mandi namun baru satu langkah, tubuhnya sudah membentur lantai dan kesadarannya menghilang.

.

.

.

Jieun sedang berbelanja bulanan di supermarket dekat apartementnya. Setelah berpisah dengan Jungkook, Jieun memilih kembali ke sana meski terkadang kenangan mereka berdua selalu menyiksa batin.

Saat ingat tentang Jungkook maka rasa rindu ribuan kali menghujam hati, sempat abai sejenak, tapi entah bagaimana kenangan manis itu selalu kembali seolah menolak jika harus di lupakan.

Jieun tahu, move on itu sulit apalagi dari manusia unik seperti Jungkook. Awalnya ia ingin berjuang, mempertahankan hubungan mereka tetapi setelah tadi siang dia melihat dengan mata sendiri bagaimana Jungkook yang sedang menyender di pundak Minji begitu dekat hingga hidung bangir pemuda itu nyaris menempel di sekitar payudara atas Minji membuat Jieun murka dalam sekejap.

Jieun bahkan pergi begitu saja tanpa menyapa lebih dulu dan melupakan kotak makan siang hasil eksperimennya di dapur.

Jieun lemah dalam hal memasak. Jungkook lebih ahli meracik makanan ketimbang dirinya. Tetapi, itulah point plus dari seorang Jeon Jungkook. Nyatanya, pemuda brandal dan keras kepala seperti dirinya pandai memanjakan Jieun untuk urusan makanan.

Saat sedang sibuk memilih barang belanjaan tanpa sengaja Jieun menangkap siluet seorang pria jangkung di jajaran obat yang sepertinya sangat dia kenal. Maka Jieun mendekat perlahan dan menyapa setelah memastikan.

"Jin Oppa!"

Merasa terpanggil, Jin berbalik badan dan tersenyum melihat Jieun di depannya.

"Oh ternyata kau, Jieun. Ku pikir siapa, sedang berbelanja?"

Tanya Jin hanya sekedar basa-basi sambil telunjuknya menunjuk keranjang belanja Jieun.

"Iya, belanja bulanan. Jin Oppa sedang belanja juga?"

"Ah, tidak. Aku kemari untuk membeli obat penurun panas saja"

Jieun yang seorang calon dokter menyipitkan mata saat Jin menunjukan obat yang di maksud.

"Obat itu bisa menurunkan panas dengan cepat, aku sudah memeriksa kandungannya di lab"

Jin tersenyum. Diam-diam merasa bangga pada calon adik iparnya ini. Jungkook sungguh beruntung. Jieun bukan hanya cantik tapi juga pintar.

"Berarti aku tidak salah memilih obat kan?" ucapnya setengah bercanda.

Mereka tertawa ringan dan Jieun memangguk sebagai jawaban.

"Memangnya siapa yang sakit?"

Jin menghentikan tawanya. Keningnya berkerut banyak karena terheran akan sesuatu.

"Apa kau tidak tahu?"

Jieun otomatis menggeleng.

"Ahh benar, kurasa kalian belum saling berbicara. Jungkook, dia sakit sudah 3 hari tapi baru hari ini sampai pingsan. Apa dia tidak mengabarimu?"

Jieun meremat keranjang balanjaannya dengan kuat. Hati dan pikirannya menolak untuk tak peduli.

Kalau semua mengangkut Jeon Jungkooknya, semarah apapun Jieun tidak mungkin tidak peduli apalagi soal kabar dia sedang sakit.

"Dia dimana?"

Jin bisa melihat setetes air mata turun di mata kanan Jieun menandakan gadis itu sangat mencemaskan Jungkook, adiknya.

Samar, ia tersenyum tipis. Lega karena tahu bahwa Jieun memiliki perasaan yang begitu tulus pada Jungkook.

Pikirannya benar selama ini.

Jungkook dan Jieun itu masih saling mencintai.

Hanya. Mungkin keduanya masih terlalu bodoh untuk bersikap.

"Dia di platnya, kalau kau mau ke sana, aku titip obat ini. Jieun ah, rawat dia dengan baik. Mulai saat ini, aku menitipkan dia padamu!"

Jin semakin melebarkan senyumnya saat Jieun dengan tergesa meraih obat itu dan berlari begitu saja meninggalkan barang belanjaannya.




Pegang tanganku, Jangan kau lepaskan
berbaring di labirin ini
Aku tidak pernah membiarkan diriku jatuh
Dalam labirin cinta
Pegang ditanganku, Jangan kau lepaskan
Datanglah mendekat
Kita tidak boleh merindukan satu sama lain dalam labirin cinta


BTS - Love Maze

.

.

.

TBC

Jadi Jungkook dan Jieun itu ga boleh jauhan lama2

Ga kuat

Kangen itu berat

Biar...???

Silahkan lanjutkan 😁✌️

Love Maze | KookU✔️Where stories live. Discover now