Dewa Perayaan yang Bodoh

6.6K 732 211
                                    

"Tengen-sama, bertahanlah," ujar Hinatsuru penuh nada khawatir.

"Tengen-samaaa ... aku akan berlatih lebih keras lagi mulai sekarang, huweeee ...," Suma masih menangis meski sambil memapah Tengen di sebelah kiri.

"Jangan berisik, Suma! Atau kusumpal mulutmu dengan batu," ini jelas ancaman yang selalu dilontarkan Makio pada Suma. Istrinya ini memapah Tengen di sebelah kanan.

Tengen hanya menatap datar lurus ke depan. Ia terlalu lelah menanggapi istri-istrinya yang selalu ribut dalam situasi apapun.

Kondisi dirinya saat ini sangat buruk. Ia kehilangan mata dan tangan kirinya saat bertarung melawan kakak beradik iblis bulan atas ke-6, Daki dan Gyutaro. Semua kekuatannya hampir terkuras habis, meski ia masih bisa berjalan walau dibantu oleh ketiga istrinya.

Tengen memutuskan untuk keluar dari organisasi pemburu iblis. Kondisinya saat ini sudah tidak akan bisa bertarung maksimal melawan iblis bulan atas, apalagi Kibutsuji Muzan. Sudah ada calon-calon penerus hebat yang kekuatannya akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Iris marunnya memperhatikan sekitar. Sejak tadi ia tidak melihat ketiga bocah yang telah membantunya dalam membasmi iblis bulan atas tersebut. Padahal tadi Tanjirou dan Nezuko ada di dekatnya untuk menghilangkan racun iblis padanya. Namun sekarang kedua bocah itu sudah tidak tampak batang hidungnya.

Tengen memanggil seorang Kakushi (tim pembersih) untuk menanyakan keberadaan tiga bocah dan satu iblis mungil yang dicarinya. Kakushi itu sempat gemetar ketakutan meski statusnya kini sudah menjadi mantan pilar di jajaran pemburu iblis. Maklum saja, karena para pilar selalu ditakuti oleh bawahan mereka.

Setelah diberitahu, di kejauhan Tengen dapat melihat ketiga sosok bocah yang tengah pingsan tak berdaya di masing-masing punggung Kakushi. Ada satu Kakushi membawa kotak kayu yang diyakininya sebagai tempat persembunyian Nezuko. Ia menghela napas lega. Setidaknya mereka akan segera dirawat di kediaman si pilar serangga, Kochou Shinobu. Begitu juga Tengen dan ketiga istrinya.

Sang mantan pilar suara memperhatikan satu sosok berambut pirang di punggung Kakushi. Zenitsu terkapar tak berdaya di sana. Ia sangat tahu bagaimana kemampuan bocah itu serta kecepatannya yang luar biasa. Namun Tengen juga tahu resiko macam apa yang akan diterima di usia semuda itu.

Meski Zenitsu hanya memiliki satu jurus, bocah itu memfokuskan diri pada kecepatannya hingga tetap bisa memberikan serangan yang besar pada musuhnya. Dengan jurus kecepatan dewa yang dimilikinya, di usia yang masih belia tentu ada batasnya. Zenitsu hanya dapat melakukan jurus kecepatan dewanya sebanyak dua kali, setelah itu kedua kakinya patah karena tidak sanggup dengan beban yang dialami.

Tengen menghela napas. Ia pikir dirinya sudah sangat kuat, namun melawan iblis bulan atas ke-6 dengan dibantu tiga bocah berperingkat Kanoe dan satu iblis kecil tetap membuatnya tidak berdaya. Ternyata dirinya masihlah sangat lemah. Seharusnya ia juga bisa melindungi istri-istri dan ketiga bocah itu dengan elok menurutnya. Bahkan Hinatsuru hampir terbunuh jika saja Tanjirou tidak menyelamatkannya.

"Tengen-sama, ada apa? Kenapa wajah anda suram?" Suma tampak mengkhawatirkannya meski air mata masih menggenang di kedua matanya.

Tengen tersenyum dan bermaksud mengusap kepala Suma namun tersadar jika kini tangan kirinya sudah tak lagi ada. Iris marunnya menatap datar pada dirinya yang kini cacat.

Dengan tubuh utuh saja ia tidak bisa melindungi orang lain dengan baik, apalagi sekarang dengan tubuh cacatnya. Tengen lebih dari sadar bahwa hal seperti ini akan terjadi cepat atau lambat dalam sebuah misi. Tapi tampaknya ia belum siap untuk menerima kenyataan ini.

"Aku tidak apa-apa," sahut Tengen seraya tersenyum.

Hinatsuru, Makio dan Suma tahu bahwa kalimat itu tidak sepenuhnya benar. Mereka sangat menyayangi Tengen, begitu juga sebaliknya. Tapi ketiganya tidak bisa memahami sang suami dengan mudah. Entah karena terlalu eksentrik atau memang pria kekar itu tidak sepenuhnya membuka diri pada ketiga istrinya.

Daily Life of Uzui Tengen x Agatsuma Zenitsu Where stories live. Discover now