🐼satu - Ingin Sekolah

1.8K 211 40
                                    

Pagi telah hadir, biasan cahaya mentari pagi mulai menyeruak menerangi dunia. Burung-burung saling berkicau berbaris di kabel listrik yang saling bertautan oleh tiang besar. Semuanya kembali pada kegiatannya, para pekerja dengan kerjaannya, hewan dengan caranya mencari makan dan beberapa yang tak bisa dijabarkan dengan kata.

Begitupun pada dua kakak beradik yang tengah terlelap nyaman di kasur berukuran sedang ini. Keduanya masih asik menyelami alam mimpi, menghiraukan biasan cahaya yang menerpa wajah keduanya melalui ventilasi udara.

Seorang wanita cantik berwajah sendu dengan baju daster dan rambut diikat asal mulai memasuki kamar. Tangannya tiba-tiba menyibak selimut yang menutupi dua tubuh kecil yang tengah meringkuk dalam.

"Elang, Saga, bangun." Tak ada kelembutan dan kasih sayang yang tersirat dari ucapannya.

Mendengar itu, anak yang tampak lebih besar mulai menggeliat dan duduk. Mengucek matanya pelan lalu menoleh ke arah wanita di hadapannya.

"Maaf bu, Elang kesiangan, lupa bangunin adek," ucap anak itu pelan.

Wanita itu hanya tersenyum tipis lalu berucap, "Ya udah enggak apa-apa, cepet bangunin Saga abis itu mandi. Ibu udah siap menggoreng."

Elang pun mengangguk singkat lalu si ibu segera berlalu dari sana. Secepat kilat ia menoleh ke arah sang adik dan mengacak surai anak itu penuh kelembutan.

"Dek, bangun, Dek! Ayo mandi!"

Sang adik tak merespon, masih asik terlelap dengan mulut setengah terbuka. Ayolah, ini masih jam tujuh pagi, bagi beberapa anak yang seumuran dengannya juga pasti sangat malas beranjak dari kasur sepagi ini.

Karna kesal, Elang pun mulai membisikkan sesuatu ke telinga sang adik. "Kalau adek masih nggak mau bangun, kita gak jadi beli boneka Kumamon."

Bagai sebuah terompet besar yang ditiup amat keras, bisikan amat lembut itu mampu membuat anak kecil berpipi gembul itu terbangun dan langsung terduduk di tempat.

"Ayo kak kita mandi."

Elang terkekeh lalu mengusap kembali surai lebat sang adik. Adiknya ini masih berusia lima tahun, wajar jika sedikit susah untuk dibangunkan.

"Ayo, mau digendong apa diseret?" godanya.

"Mau beli Kumamon! Huh!"

"Hahahaha ...."

-ooOOOo-

"Kak, kok berhenti?"

Saga mendongak, berucap sembari mengguncang tangan sang kakak melalui jari telunjuk yang digenggamnya. Ia heran mengapa Elang menghentikan langkahnya didekat pagar sebuah gedung sekolah.

"Kak?"

Beberapa detik terdiam hingga akhirnya sang kakak menunduk, melepas tautan tangannya dengan Saga dan mulai menurunkan gorengan yang tersusun rapih di wadah yang ia bawa memakai tempat khusus.

"Kita di sini dulu yah, itu di depan gerbang masih ramai anak sekolah masuk," ujar Elang sembari menunjuk gerbang sekolah yang dipenuhi oleh anak berbaju merah putih yang tengah memasuki area sekolah.

Anak kecil itupun mengangguk lalu mulai mendaratkan sang bokong di bebatuan dekat pagar. "Duduk ah, capek," ujarnya pelan.

"Hu'um, kayaknya kita kepagian, Dek." Setelah berucap demikian, Elang pun ikut duduk di samping sang adik dengan memangku dagangan yang tadi ia bawa.

Kumamon Untuk Saga Where stories live. Discover now