Gomawo Hyungie

13K 475 41
                                    


Seoul, 10 januari 2005.

"Taetae sayang Ugi Yung!"

"Hihihi, janan ... geyi, Yung!"

"Yung janan cedih, nanti Taetae jadi
ikutan cedih."

Untaian-untaian kata dari bocah berumur tiga tahun itu mampu membuat bocah lain bernama Min Yoongi tersenyum lebar, hatinya selalu menghangat setiap kali mendengar celotehan cadel dari sang adik.

"Aniya, Hyung tidak sedih. Hyung hanya kelilipan saja tadi," dustanya. Nyatanya bocah berumur tujuh tahun itu memang tengah menangis, namun ia terlalu pandai menyimpan lukanya sendiri hanya demi melihat senyuman manis dari sang adik.

"Benalkah? Yung ndak tipu-tipu, kan?" ujarnya polos, membuat Yoongi tidak tahan untuk tidak mencubit pipi tembam adiknya itu.

"Mana mungkin Hyung tipu-tipu adik Hyung yang imut ini, hm?" kata Yoongi, bocah itu tersenyum manis kemudian membaringkan Taehyung di kasur kecil miliknya.

"Taetae tidak ngantuk, eoh?" ucapnya.

"Nantuk cih, tapi Taetae kan cuma bica tidul kalo Eomma cudah peyuk Taetae."

Tatapannya kembali menyendu, mata Yoongi kian memanas mendengar penuturan polos sang adik.

"Taetae kangen Eomma, Yung. Tenapa Eomma cama Appa ndak puyang-puyang, cih? Hiks, Eomma cama Appa udah ndak cayang Taetae lagi, yah? Hiks," isak Taehyung. Yoongi merengkuh tubuh mungil sang adik, membawanya ke dalam pelukannya.

"Sstt, Eomma dan Appa sayang Taetae, kok," ucap Yoongi.

"Tapi kenapa meleka ndak puyang-puyang, Yung?" Yoongi bungkam, ia justru semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik dan menepuk pelan pantatnya.

"Taetae tidur, nde? Hyung akan terus peluk Taetae sampai Taetae tidur."

Tidak ada jawaban dari Taehyung, bocah itu hanya mengangguk kemudian menduselkan kepalanya pada dada bidang Yoongi.

Tanpa sadar, air mata itu kembali menetes dari mata sipitnya. Biar bagaimanapun, Yoongi hanyalah seorang anak berusia tujuh tahun. Hatinya masih sangat rapuh untuk anak seusianya. Namun, ia dituntut harus menjadi lebih kuat dan dewasa demi menjaga adiknya.

Tidak ada pilihan lain, setelah meninggalnya kedua orang tua mereka akibat kecelakaan pesawat yang terjadi satu bulan yang lalu. Membuat bocah kecil bernama Min Yoongi harus menjadi dewasa sebelum waktunya, kendati hatinya sangat hancur. Tapi Yoongi sadar, ia masih punya tanggung jawab pada adiknya.

Adiknya bahkan belum tahu jika orang tuanya sudah pergi, pergi dan tidak mungkin bisa kembali lagi. Taehyung masih sangat polos untuk bisa mengerti keadaan di sekitarnya, yang Taehyung tahu ... eomma dan appanya tengah pergi untuk waktu yang lama. Taehyung tidak tahu jika maksud dari kata 'pergi' adalah pergi meninggalkan dunia ini, dan juga ... pergi meninggalkan Taehyung serta kakaknya, Min Yoongi.

"Jaljayo, Hyung menyayangimu. Baby lion."

*****
Tujuh tahun kemudian ....

"Hyung sakit, eoh?" tanya seorang namja berkulit tan, mata elangnya tak pernah lepas dari sang kakak yang tengah sibuk menyiapkan bekal makan siangnya.

"Hyung bandel, sih! Bukankah sudah Tae bilang jika Hyung jangan terlalu lelah bekerja, kalau sudah begini Tae juga yg khawatir, kan?!"

Yoongi hanya tersenyum simpul mendengar omelan sang adik, dengan telaten Yoongi memasukkan makanan yang sudah ia masak ke dalam wadah makanan dan beranjak dari dapur guna menghampiri adik kecilnya.

"Kenapa semakin hari adik Hyung ini semakin cerewet saja, hm? Hyung hanya pusing sedikit, Tae. Kau tidak perlu khawatir, Arra?"

Selalu saja begitu, Taehyung itu sudah besar. Meski usianya baru genap sepuluh tahun, tapi ia tidak bodoh untuk tidak mengetahui keadaan kakaknya sendiri. Pernah, suatu malam Taehyung mendengar Yoongi mengerang kesakitan sembari memegangi dadanya. Namun, saat ditanya kakaknya itu justru menjawab jika ia hanya kelelahan saja. Heol! Taehyung tidak sepicik itu hingga mempercayai perkataan kakaknya begitu saja!

Oneshoot || KthWhere stories live. Discover now