[50]

1K 136 8
                                    

"Sayang, bangun ...."

"Ju-Yeon? Ayo bangun ...."

Matanya agak sulit untuk dibuka. Berat banget. Badannya juga lemes.

Perlahan Ju-Yeon tetep usaha untuk buka matanya, mengerjap beberapa kali.

Hal yang pertama Ju-Yeon liat adalah langit-langit putih khas kamar rumah sakit. Hal kedua yang dia liat adalah seseorang yang lagi tidur di sofa seberang sana.

"Yun-Ho ...?" gumamnya, antara yakin dan engga sama matanya. Badannya sih mirip Yun-Ho, tapi wajahnya ketutupan selimut jadi Ju-Yeon ga terlalu yakin.

Ju-Yeon coba inget-inget kenapa dia bisa kayak gini, maksudnya sampai ikutan dirawat.

Terakhir kali Ju-Yeon inget kalau Hyun-Jae ga sadar, dibawa ke ICU.

"Oh, gue nangis ...."

Dia ngusap wajahnya, berusaha nenangin diri sekalian menjernihkan pikiran.

Ju-Yeon yang emang cuma dipasang infus aja mulai coba duduk. Dia mau liat Hyun-Jae.

Dia turun dari bed perlahan dan mulai jalan sembari narik tiang infusnya sendiri.

Ju-Yeon pertama liat orang yang tidur di sofa, dan itu beneran adiknya. Dia ga mau ganggu jadi langsung aja jalan keluar kamar.

Baru beberapa langkah jalan di koridor, ada yang manggil nama Ju-Yeon.

"Ju-Yeon, udah sadar?"

Joshua senyum ke dia. Keliatan bawa-bawa catatan medis, mungkin abis liat kondisi pasiennya.

"Iya, Kak. Mau liat Hyun-Jae."

"O? Hyun-Jae udah ga di ICU. Tadi sore sadar dan dipindah ke ruang biasa, tuh seberang kamu."

Ju-Yeon fokusin matanya ke nama pasien yang tertulis di papan kamar depannya agak samping kiri. Bener, Lee Jae-Hyun.

Joshua ngusap kepala Ju-Yeon. "Kamu boleh liat Hyun-Jae, tapi jangan lama-lama, ya? Nanti saya panggilin dokter yang rawat kamu soalnya kamu ga sadar cukup lama, biar diperiksa kondisinya."

Ju-Yeon ngangguk lalu Joshua balik jalan ninggalin dia, belok ke lorong lain.

Langkah Ju-Yeon pelan karena jujur badannya lemes. Tapi bahkan dia ga peduli sama badannya sendiri. Dia mau liat Hyun-Jae.

Ju-Yeon buka kenopnya pelan, jaga supaya ga nimbulin suara yang bisa ganggu karena ini hampir tengah malem.

Dia nengok ke dalem. Ada dua orang selain Hyun-Jae di kamar ini. Satu tidur di sofa kayak Yun-Ho tadi, satunya duduk di samping bed Hyun-Jae.

Young-Hoon, dia belum tidur. Kalau itu Young-Hoon berarti kemungkinan yang di sofa si Chang-Min, pikir Ju-Yeon.

"Ju?? Udah sadar lo??"

Young-Hoon yang emang celingukan ngelamun sendiri agak kaget liat Ju-Yeon berdiri di daun pintu pegangan sama tiang infus.

Buru-buru dia nyamperin Ju-Yeon dan bantu temennya itu jalan.

"Kapan sadarnya?" tanya Young-Hoon.

"Baru aja." Young-Hoon pegangin Ju-Yeon yang mau duduk di tempatnya tadi. "Hyun-Jae kapan dipindahin?"

Young-Hoon narik kursi cadangan di samping kaca jendela dan duduk di samping Ju-Yeon.

"Tadi sore sadar. Dicek organ vitalnya semua kondisinya baik. Sama dokter yang megang dia katanya boleh pindah ke ruang rawat biasa.

"Sempet video call juga tadi sama Nana, dia kan ada pentas katanya."

Ju-Yeon seketika ngebuletin matanya. "Sekarang hari apa?"

"Kamis. Di sana udah Jumat kayaknya."

Kaget Ju-Yeon. "Gue ga sadar selama itu ...?"

Young-Hoon nabok lengan Ju-Yeon pelan. "Iya! Lo kenapa dah, Ju. Jadi sakit dua-duanya gini kalian pusing gue.

"Kalo Kak Sang-Yeon apalagi Jacob tau gue angkat tangan ya, kayaknya lo bakal dibuang ke laut karena ga pernah cerita apa-apa."

Ju-Yeon diem aja. Tatapannya fokus ke suaminya yang tenang banget tidur. Wajahnya ga sepucet yang terakhir dia inget, mungkin karena Hyun-Jae tadi sore bisa ngabisin makanannya tanpa muntah. Tapi sempet mimisan banyak, yang ngurusin Chang-Min.

Chang-Min yang dasar kepala batu ga mau disuruh pulang sama Young-Hoon. Mau nemenin Hyun-Jae.

Pas Hyun-Jae sadar aja Chang-Min nangis dan ga mau lepasin pelukannya dari Hyun-Jae sampai perawat nganter makan malam.

Ngeliat Ju-Yeon diem aja, Young-Hoon ngusap kepala temennya itu.

"Lo tuh temen gue, udah kayak adek gue juga. Walaupun lo sama Kevin kadang ga sopan dan ngeselin, tapi kalo kalian kenapa-kenapa gue sedih loh.

"Btw Kakak lo ke sini juga, tapi balik ke Seoul sama Kak Jeong-Han buat liat pentas Nana. Kak Sia juga katanya sekalian dateng rapat itu loh buat bilang lo ga bisa ikutan.

"Gue belum tau yang gantiin lo siapa. Nanti gue tanya Chan-Hee atau Kevin. Mereka berdua lagi di sana. Sedenger gue juga Hyun-Joon dibawa karena Kevin ga mau ninggalin Hyun-Joon sendirian."

Ju-Yeon masih diem. Iya juga, kalau ada Yun-Ho pasti ada Sia.

Lagi, Young-Hoon coba mancing atensi Ju-Yeon biar dia ngomong. "Hyun-Jae tadi agak lama di kamar lo. Dia duduk di samping lo.

"Chang-Min ngobrol tadi sama Hyun-Jae. Hyun-Jae ga mau dirawat kayak gini.

"Hyun-Jae mau jalanin hidupnya kayak biasa. Ga apa-apa ga kerja, di rumah aja pun ga apa-apa. Dia mau jalanin hidupnya senormal mungkin.

"Terang aja ga bakal dibolehin sama Kak Jeong-Han, sih, soalnya katanya Kak Joshua malah saranin supaya Hyun-Jae dirawat."

"Gue cuma mau Hyun-Jae senyum lagi, Kak ...."

Akhirnya Ju-Yeon ngerespons. "Gue ga larang dia. Mau dia dirawat atau engga. Gue cuma mau Hyun-Jae di deket gue terus."

Ju-Yeon genggam tangan Hyun-Jae. Cincin nikah mereka ga ada di situ. Di jari Ju-Yeon juga ga ada. Mungkin disimpenin supaya ga ganggu pengobatan.

"Maaf kalo gue kebanyakan tau. Tapi lo bisa cerita ke gue atau Chang-Min tentang trauma lo .... Kak Joshua juga saranin lo ketemu psikiater. Beda sama sakitnya Hyun-Jae yang keliatan, sakit lo ga keliatan. Lo ga boleh lebih lama lagi mendem semuanya sendiri.

"Trauma lo ga cuma sekedar ga bisa nyentuh perempuan, Ju. Buktinya Kak Sia bisa meluk lo. Trauma lo lebih dari itu kalo menurut gue."

Young-Hoon ketawa kecil disela-sela petuahnya. "Gue lulusan Psikologi loh, Ju, kalo lo lupa."

Iya, satu mimpi Young-Hoon yang ga akan pernah dia kubur, jadi psikolog.

Kalau semua drama ini udah kelar, Young-Hoon mau lanjutin pendidikannya untuk jadi psikolog.

"Permisi? Pasien Lee Ju-Yeon, Dokter Sanders menunggu di kamar rawat mau lihat kondisi anda."

Satu perawat laki-laki, orang Korea juga, senyum ke arah mereka berdua.

Akhirnya Ju-Yeon balik ke kamarnya dianter Young-Hoon.

Sebelum keluar tadi, Ju-Yeon ngecup kening Hyun-Jae sebentar, berdoa semoga dia mimpi indah.

Life Is Not Only Yours (Book 2) || The BoyzWhere stories live. Discover now