DIECISÉIS

2.9K 271 3
                                    

5 hari Nat dirawat dan tidak ada perkembangannya. Arlent setia menjaga kekasihnya itu sejak ia diperbolehkan pulang dari kantor polisi. Mantan Arlent, Devin dinyatakan sebagai terdakwa dan dijebloskan ke penjara dengan banyaknya saksi serta barang bukti.

Arlent menatap sendu melihat kekasihnya masih betah bermimpi. Dokter dan pihak kepolisian mengatakan bahwa pisau yang ditusukkan Devin kepada Nat telah di lumuri racun terlebih dahulu.

Arlent menggenggam tangan Nat yang tidak diinfus. Arlent sudah lelah menangis sejak ia mengetahui keburukan mantannya itu.

Hanna sudah tidak menjenguk Nat lagi sejak pertemuannya dengan Sherly diawal Nat dirawat. Sherly juga jarang menjenguk Nat karena mengurus kelakuan mantan Arlent.

Githa, dia merasa bahwa dirinya tidak akan diterima kehadirannya oleh Arlent maupun Nat.

Keluarga Arlent masih terguncang dengan kejadian dimana Nat ditusuk dan kebrutalan Nat saat hendak menghabisi Devin. Tapi perlahan keluarga Arlent mengerti akan kelebihan pacar anaknya itu.

Disinilah mereka, menemani Arlent di saat mereka bisa meluangkan waktunya. Cielo selalu menggoda kakaknya untuk tidur seranjang dengan Nat.

Seseorang mengetuk pintu lalu memasuki ruangan itu. Githa dan dokter yang merawat Nat memasuki ruang rawat Nat Leonhart.

"Permisi semua." Ucap Dokter itu, Ann.

Githa menunduk tidak berani menatap sorot mata Arlent seakan hendak menyalahkan dirinya sementara keluarga Arlent yang tidak tahu permasalahan itu memberi senyum terbaik buat Githa.

"Saya menemukan pendonor darah buat pasien Nat. Nona ini--"

Arlent berdiri sehingga membuat semua pandangan memandanginya. Githa tetap betah dengan kepala tertunduk itu. Arlent berjalan mendekati yang mendadak membuat Githa semakin mengeratkan kelopak matanya untuk tetap tertutup erat.

"Githa." Suara Arlent terdengar dingin dan datar.

Githa membuka matanya ragu lalu melihat sorot mata Arlent tajam sekaligus terluka. Tatapan itu mengingatkan dirinya saat menyakiti Nat di 10 bulan lalu.

"Githa." Ucap Arlent kedua kali dengan nada yang sama.

Mulut Githa terbuka hendak mengatakan sesuatu tapi tidak bisa. Arlent yang melihat itu merasa kesal tapi tidak tahu kenapa dia harus kesal kepada Githa, padahal pelakunya adalah mantannya sendiri.

"Gith--"

Githa memotong ucapan Arlent, "Aku akan mendonorkan darahku untuk Nat."

Arlent diam, bibirnya terkatup rapat, tangannya terkepal menahan emosinya, dia menatap Githa untuk mencari keraguan dan pikiran licik Githa.

Githa membalas tatapan gadis yang lebih muda itu dengan tatapan yang tajam. Arlent tersenyum sinis melihat kesungguhan pada tatapan Githa.

"Kau masih mencintainya." Ucap Arlent yang langsung tertohok di dada Githa.

Githa tertunduk, "Aku akan membayar lunas kelakuan bejatku di masa lalu. Biarkan darahku mengalir di pembuluh darah Nat. Kumohon."

Githa berlutut lalu bersujud di hadapan Arlent. Dokter serta keluarga Arlent terkejut melihat kejadian di depan mereka. Arlent hanya menatap datar kepada wanita berambut hitam itu yang kepalanya dihantamkan ke lantai.

"Berdirilah. Lakukan kemauanmu untuk membayar kelakuanmu terhadap.. kekasihku."

Arlent menatap dingin wanita yang masih betah bersujud itu. Arlent meninggalkan ruangan itu dengan tangan terkepal dan isakan yang sudah dia tahan sedari tadi.

Te Voy A Amar (GXG) {FIN}Where stories live. Discover now