💫 Bagian 3

1.2K 104 1
                                    

Bersandarlah saat nyaman itu terasa, buanglah keraguan yang akan membuatmu hancur semakin dalam pada lubang kegelapan.
•••

Senja menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjangnya, tatapan matanya menatap lurus ke arah dinding kamarnya yang berwarna putih

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Senja menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjangnya, tatapan matanya menatap lurus ke arah dinding kamarnya yang berwarna putih.

Keadaan rumahnya yang sepi membuat Senja merasa kesepian, walaupun ia sudah sering merasakan hal tersebut. Tetapi hatinya sangsi, ia tidak pernah merasakan kebahagiaan di rumah selama setahun terakhir ini.

Senja menatap sebuah bingkai foto yang berada di atas nakas, tangannya terulur mengambil bingkai tersebut. Dengan pelan ia mengusap kaca bingkai tersebut.

"Kalian tega ninggalin aku sendiri, Ayah sama Ibu pergi tanpa persetujuan dari aku. Kakak harus bertahan dengan alat-alat rumah sakit yang menjadi hidupnya sekarang." Senja mengusap air matanya yang turun membasahi kedua pipinya. "Kenapa kalian jahat banget sama aku."

Ponsel yang diletakkan di atas nakas berdering kencang, membuat Senja yang sedang terlarut dalam kesedihannya tersentak kaget.

Senja mengerutkan keningnya bingung saat melihat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Jari Senja menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.

"Ha--"

"Senja."

Senja mengerjapkan matanya, ia menjauhkan teleponnya dari telinga untuk melihat nomor yang tertera. Lalu ia menempelkannya kembali pada telinga kanan.

"Ini... Fajar?" tanyanya tidak yakin.

"Tau aja."

Terdengar suara kekehan dari seberang sana.

"Ngapain telepon gue?!"

"Save nomor gue ya, gue tau lo belum punya nomor gue."

"Tau nomor gue darimana?!"

"Kepo."

Senja menghembuskan napasnya sebal, "serius."

"Langit."

Senja berdecak sebal, "nyebelin."

"Gue yang paksa Langit."

"Mau ngapain?!"

"Pertama, biar gampang hubungin lo. Kedua, gue bisa tanya-tanya buat lomba puisi. Ketiga, nambah-nambahin kontak di hp aja."

Senja menghela napas pelan, "hm."

"Sibuk gak?"

"Sibuk, gue mau ke suatu tempat. Gak usah ganggu. Bye."

Senja langsung mematikan panggilan telepon, ia menghembuskan napasnya pelan. Beranjak dari kasur dan mengambil slingbagnya yang tergantung. Hari ini ia harus pergi ke suatu tempat yang rutin ia datangi akhir-akhir ini.
•••
Fajar melangkah di koridor rumah sakit dengan langkah santai, ia menghela napas saat dirinya sampai di depan sebuah ruangan. Dengan pelan Fajar membuka pintu ruangan tersebut.

Cinta Dua WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora