His Name

81 28 2
                                    

Lantai terasa seperti akan terbelah menjadi dua saat Lia membuka matanya. Ia merasa seperti akan terjatuh ke dalam lantai yang terbelah, menelannya hidup-hidup kala melihat anak itu kembali muncul di hadapannya.

Kerajaan musim dingin, lagi?

Anak itu tersenyum. Membuat suasana dalam ruang dansa itu terasa sangat canggung.

Lia mengingat-ingat kapan terakhir ia bertemu dengan anak itu di kerajaan musim dingin.

Terakhir kali, hari keberapa ya?

Wajahnya memerah kala mengingat terakhir kali ia bertemu dengannya di kerajaan musim dingin sebagai seorang putri dan pangeran.

"Senang bertemu lagi denganmu, Lia."

"Eh iya. Senang bertemu lagi denganmu juga."

Hening.

Rasanya Lia ingin kabur saja. Padahal dia yang paling sering berharap agar mereka dipertemukan kembali dan mengobrolkan banyak hal.

Anak itu berjalan mendekat. Mata mereka kembali bertemu.

"Lia ingat aku tidak?" tanyanya dengan mata berbinar.

Lia mengernyit bingung. Perasaan anak itu selalu mempertanyakan hal yang sama.

"Eh tentu aku ingat. Kita sering bertemu dalam mimpi kan?"

Anak laki-laki itu menggeleng sedih.

"Bukan... maksudku jauh sebelum kita bertemu dalam mimpi. Ti-tidak ingat yah?"

"Eh?"

Lia memutar otaknya.

"Jadi kita pernah bertemu sebelumnya?! Di dunia nyata? Tapi di mana..."

Lia tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia terlalu kaget untuk fakta bahwa mereka pernah saling bertemu di dunia nyata, bahkan jauh sebelum mereka dipertemukan kembali dalam mimpi.

"Sebenarnya kita bertemu lagi juga karen--"

"Tunggu! Kau menghilang!" teriak Lia panik sambil menunjuk anak itu yang perlahan mulai menghilang menjadi cahaya putih.

"Sayang sekali, waktunya sudah habis," ucapnya sedih.

Lia juga menatap kakinya yang menghilang menjadi cahaya.

"Tunggu sebentar!" serunya panik.

"Siapa namamu?!"

Lega untuknya, karena ia tak lupa untuk menanyakan pertanyaan paling penting yang sering dilewatkannya.

"Alta. Namaku Alta!"

Bertepatan dengan itu, cahaya membawa mereka ke alam sadar mereka masing-masing.

***

Lia menatap langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Alta.

Alta...

Namanya Alta.

Dalam benaknya ia terus mengulang nama anak itu.

Siapa ya?

Kenapa dia bisa kenal aku?

Ia bergerak menuju meja belajarnya dan segera menuliskan isi mimpinya. Ia menulis dengan tergesa-gesa, seolah tidak ingin melewatkan satu informasi sekecil apapun.

Hari kedelapan.

Kerajaan musim dingin.

Hari ini kami bertemu dan kembali mengobrol, walaupun cuma sebentar.

Oh ya! Aku senang karena akhirnya aku tahu namanya!

Namanya Alta.

Katanya, kita pernah bertemu di dunia nyata sebelum bertemu di dunia mimpi.

Tapi aku lupa. Atau mungkin sebenarnya tidak lupa... hanya saja terlewat?

Ah Lia tidak tahu!

Tapi kalau memang benar pernah bertemu, Lia ingat sesuatu.

Yah mungkin saja. Tapi Lia tidak yakin itu.

Semoga kami bisa bertemu kembali di dunia nyata. Aku ingin mengobrol banyak dengannya.

.
.
.
Tbc

************************************

Day 18

18th November 2019

Tema : Buatlah cerita yang diawali dengan kalimat, "lantai terasa seperti..."

Aaaaa

Tidak tahu lagi.

Intinya dalam waktu 12 hari, Wonderland bakal tamat!

Happy reading and see you tomorrow~

Wonderland : 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang