" Kamu pacar aku! "
" Ehh????? Gimana kak? "
" Jadi pacarku mulai hari ini!!!... "
Kehaluanku mendadak saja menjadi kenyataan!!...
❗WARNING❗
🔞KONTEN DEWASA🔞
Entah apa yang merasukiku karena memejamkan mata alih-alih marah saat William menciumku. Meskipun hanya sekadar kecupan singkat aku tidak bisa berkata-kata selain berteriak dalam hati karena ciuman pertamaku dengan orang asing! Sungguh terlalu!
" Kamu... " Harusnya aku marah dan memaki William. Tapi kata-kataku tertahan saat William menyunggingkan senyumnya. Ya Tuhan! Ternyata ini yang sering disebut orang sebagai killer smile. Senyumnya benar-benar mematikan. Aku terpana untuk yang kesekian kalinya.
" Kenapa? " Tanyanya datar. Kenapa? Aku mendengus mendengar pertanyaan bodoh itu. Ku pandangi William dan siap memakinya saat lagi-lagi dia mengeluarkan senyum manisnya.
" Maaf. Kamu marah? " Dia bertanya sambil membelai pipiku. Tentu saja aku marah karena dia mencuri ciuman pertamaku. Tapi bagaimana bisa aku marah lagi saat dia mengeluarkan senyum seperti itu. Pengen cium iya!!
" Aku... " Kata-kataku tertahan saat lampu kembali menyala. Aku menghembuskan napas lega dan saat sadar aku sedang berada dipelukan William buru-buru menarik diri dan berdiri kikuk.
Tepat saat itu juga pintu utama terbuka muncul Ben sambil membawa kantong plastik putih besar.
" Eh, Will. Udah lama? " Sapanya. William hanya menaikkan alisnya, kemudian Ben menyunggingkan senyumnya kearahku sambil menyerahkan kantong yang berisi daging dan sayuran. William dan Ben berbasa-basi dan kemudian sibuk membicarakan bisnis yang aku tak mengerti.
" Kak, aku ke dapur dulu." Pamitku. Aku berlalu menuju dapur dan mulai mengeluarkan Berbagai macam belanjaan Ben. Untuk urusan memasak, Ben lebih jago dariku. Tak heran karena dia punya cita-cita jadi chef sejak dulu meskipun tak terwujud karena papaku lebih suka Ben mengurus perusahaan daripada berkutat di dapur.
Selesai memasak, aku melirik jam dan ternyata sudah hampir pukul 8. Sudah lewat jam makan. Pantas saja perutku sudah berdendang sejak tadi.
Aku berjalan menuju ruang tamu dan ternyata William masih disitu. Kemungkinan besar dia akan makan bersama kami. Aduh bagaimana ini? Bagaimana jika masakanku tidak sesuai seleranya?
Lho? Memangnya kenapa jika tidak sesuai seleranya? Memangnya William siapa?
Aku tercenung. Ku usap bibirku pelan. Senyum tipis menghias wajahku tanpa ku sadari. Ya Tuhan Benarkah tadi William menciumku? Dan kenapa juga hatiku berbunga-bunga?
Aku konyol jika berfikir aku jatuh cinta secepat ini, tentu saja.
" Sa? " Suara Ben menyeretku dari lamunan. Aku terperengah kaget saat mereka berdua sudah berdiri di depanku. Ben mengerutkan kening sementara William seperti biasa, tidak menampilkan ekspresi apapun.
" Ehm.. Makanannya udah siap. Ayo makan. " Kataku. Aku berjalan menuju meja makan. William dan Ben mengikutiku dan duduk.
" Ayo Will makan. masakan Isa enak lho. " Puji Ben. Dia menyodorkan piringnya kearahku. Seperti biasa, jika orangtua ku tidak ada aku lah yang melayani Ben. Kadang Serasa pembantu, tapi mau bagaimana lagi dia kakakku aku harus menghormatinya.
Ragu-ragu aku menatap William yang hanya bersedekap. Dia menaikkan alisnya kemudian mengambil piring dan menyodorkannya kearahku juga.
Dengan ragu aku meraih piringnya, mengisinya dengan nasi dan lauk kemudian menyedokkan sayuran.
" Jangan sayuran hijau. Aku ngga suka. " Aku mendongak menatap William. Berikutnya ku keluarkan lagi sayur bening dari piringnya. " Nggak alergi udang kan? "
Sebagai jawaban William menggeleng. Kemudian aku menyerahkan piringnya. Tanpa ku sadari sejak tadi Ben menatap kami berdua sambi tersenyum jahil.
" Aduh! Udah kayak suami istri aja.! " Celetukan Ben sukses membuatku terbatuk. Aku menatap kesal kearah Ben dan dia hanya tersenyum lebar.
" Apa sih kak, aneh-aneh deh! " Aku meraih gelas air dan meneguknya.
" Serius deh! Kamu nggak naksir William? Dia udah lama jomblo dan kamu belum pernah pacaran. Pas! "
" Kak!!! " Aku malu. Sungguh. " Ehm. " William berdehem membuatku mendongak manatapnya. " Gue masih disini Ben kalo lo lupa. "
Makan malam berjalan seperti biasa. Aku lebih banyak diam karena Ben dan William sibuk membahas bisnis, olahraga dan perempuan.
Ralat! Pembahasan tentang perempuan lebih banyak diucapkan Ben karena William hanya mengangguk dan menjawab "ya". Bukannya aku senang ya, tapi memang seperti itu kok! William bahkan tidak menjawab pertanyaan Ben yang menanyakan tentang gadis bernama Ara. Entah siapa itu Ara!
" Saaaa!!!!! " Aku berjengit kaget saat seseorang memelukku dari belakang. Sarah dengan cengiran lebarnya sudah berdiri didepanku saat aku membalikkan badan.
" Seneng banget kayaknya." " Iya saking senengnya gue lupa ngabarin lo kalo gue mau nginap disini. " Sahut Sarah. Wajahnya berseri-seri saat Ben dan William menghampiri kami.
" Halo kak Ben. " Tanpa canggung sama sekali Sarah melangkah maju melewatiku dan langsung memeluk Ben. Aku bingung. Apa-apaan?
" Sa, mulai hari ini panggil gue kakak ipar ya. " pernyataan Sarah sukses membuatku melongo. Aku bergantian menatap Sarah kemudian Ben dan ke Sarah lagi begitu seterusnya hingga ku lihat Ben merangkul Sarah dan cengengesan menatapku.
" Baru jadian. " Katanya.
OH MY GOSHHH!!!!!
#tbc
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.