Semua jadwal diatur ulang karena Kun masuk rumah sakit. Sekarang yang lain tinggal di dorm dalam keadaan pikiran bingung dan cemas. Bagaimana pun kami artis, tidak bisa sembarangan pergi ke luar. Jadi, Kun cukup ditemani manager dan beberapa staf saja.
"Jangan sampai ketauan pokoknya," bisik Dejun di sebelahku.
"Sumpah ya, kenapa sih harus pilih mereka buat penyamaran?" decakku.
"Berisik!"
Kanㅡ kalau kalian menganggapku pemarah dan menyebalkan, asal kalian tahu saja, Xiao Dejun sepuluh kali lipat lebih pemarah dan menyebalkan. Makanya dia kunamai 'Jun Judes' di ponsel, sesuai sekali dengan kepribadian penjahat drama China yang ia miliki.
Bukan tanpa alasan aku protes. Pasalnya si gegabah itu seenaknya memilih sepasang lansia untuk kami gunakan sebagai penyamaran. Jadi, sekarang kami berjalan di rumah sakit sebagai pasangan kakek nenek yang lamban. Dejun yang bertransformasi jadi si kakek sekitar tujuh puluh tahun, dan aku istri nenek-neneknya yang baunya seperti sabun dan selai kacang.
Fiuhㅡ ingin rasanya aku mengamuk.
Tapi aku harus tetap tampan dan elegan walaupun sekarang aku nenek-nenek.
"Nanti kita transformasi jadi binatang kalau udah dekat kamarnya," ujar Dejun lagi.
"Ya tapi kenapa harus jadi nenek-nenek? Padahal bisa cari bahan transformasi lain. Dasar gegabah," tukasku.
"Ish- soalnya orang tua kan nggak mencolok. Kalau ketauan mengendap-endap bisa bilang kalau kita nyasar."
"Hm... oke lah terserah. Sekarang ke mana??"
"Tadi aku nguping, katanya di bagian penyakit dalam. Ruang VIP ㅡah, kayaknya di sana," Dejun menunjuk salah satu koridor dengan jari kakek-kakeknya yang gemetaran.
"Ayo, ke sana cepetan," timpalku.
Dasar Dejun bodoh, memang sih kami mungkin tidak akan dicurigai, tapi kami sangat lamban! Konyol sekali berjalan bersebelahan secepat mungkin tapi yang kurasakan kami seperti sedang balap siput. Memang harusnya aku yang memimpin, bukan dia yang gegabah ini.
"Nahhhh! Astaga, akhirnya sampai juga. Itu bukan kamarnya? Kayaknya itu staf kita," ucapku saat akhirnya kami sampai di ujung bangsal VIP.
"Iya. Itu mereka. Ayo, kita ganti wujud," Dejun menarikku ke balik bayang-bayang tangga.
"Nyamuk? Kamu gila ya!" tukasku saat mengenali aroma bubuk transformasi yang dikeluarkan Dejun.
"Kenapa? Ini yang paling bagus," sahutnya.
"Ish bodoh, nyamuk itu bisa dimakan binatang lain. Cicak aja, ayo. Emang menjijikan tapi seenggaknya cicak bukan makanan binatang lain," jelasku.
Sepertinya Dejun mau menyangkal, tapi tidak jadi karena perkataanku ada benarnya. Dia mengangguk lalu kami bertransformasi secepat kilat. Segera setelah berwujud cicak, kami segera merayap ke ruangan yang dilabeli nama Kun. Ini jauh lebih baik daripada jadi nenek-nenek. Kurang dari lima menit saja kami sudah berhasil masuk ke ruang rawat inap yang senyap.
"Bagus, nggak ada orang," Dejun tersenyum separuh. Bahkan saat jadi cicak mukanya masih seperti penjahat.
Kuperhatikan Kun, langsung merasa kasihan karena wajahnya pucat pasi. Sekarang dia sedang tidur, infus terhubung ke lengannya.
"Dari raut wajahnya, dia pasti baru menahan rasa sakit yang nggak tertahankan," gumamku. "Kenapa Kun bisa sampai keracunan?"
"Itu tujuan kita ke sini. Nah, kebetulan handphone-nya ada di sini. Ayo ambil," kata Dejun.

YOU ARE READING
Metamorph
Fanfiction❝kim jungwoo isn't a human, he can be anything you want him to be.❞ ©smallnoona, 2018