BAB 7 - Sinner

8.8K 516 36
                                    

7|Sinner

-o0o-

Pintu gerbang gedung teater kebanggaan Universitas Glorical khususnya kebanggaan bagi para mahasiswa jurusan Seni Teater telah dibuka untuk acara Festival Teater tahunan yang dijadikan tugas akhir bagi mahasiswa semester tua. Carla selalu tidak pernah melewatkan event yang satu ini. Baginya duduk dan melihat pementasan teater di atas panggung megah itu memiliki kesan tersendiri. Carla sering takjub dan kagum bagaimana bisa para mahasiswa Seni Teater itu begitu mendalami peran mereka saat berada di panggung, seolah yang penonton saksikan semuanya terasa seperti nyata.

Carla menyalakan cahaya di ponselnya. Gedung teater yang gelap jelas akan membuat Carla kesulitan melihat jalan untuk menaiki anak tangga kecil itu dan seperti biasa duduk dibangku paling belakang karena semua bangku hampir terisi penuh. Letak kursi-kursi di gedung teater kurang lebih hampir mirip seperti didalam bioskop. Kursi-kursi itu disusun bertingkat. Didepan sana ada panggung keramik luas yang sudah di setting sedemikian rupa dengan pementasan yang akan dipertunjukkan. Suara vokal yang lantang mulai menggema di gedung, menandakan bahwa pementasan akan segera di mulai.

Menjadi mahasiswa Seni Teater di Glorical memang keren. Ya, sayangnya Carla tidak punya bakat dalam hal itu. Passionnya dibidang seni rupa. Sorak tepuk tangan pembukaan riuh terdengar.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Carla selalu pergi kesini bersama Dimas. Ya Carla tidak mempermasalahkan itu siapapun yang mengajak untuk datang ke Festival Teater bersama. Hanya saja kali ini terasa sedikit ada yang beda.

"Car, kamu mau minum?" tawar Dimas yang duduk disebelah Carla. Carla menggeleng pelan sambil mendorong kembali minuman jeruk botolan itu kepada Dimas.

"Ssstt. Teaternya udah mulai." Carla meminta Dimas untuk melihat ke depan panggung.

Lighting dasar dipanggung mulai menyala. Perlahan backsound pengiring pementasan mulai mengalun. Satu-persatu tokoh mulai muncul di atas panggung untuk memainkan perannya masing-masing. Carla menumpu sisi dahinya dengan telapak tangan.

"Kamu...cantik, Carla."

Sial! Carla mengedipkan matanya saat kalimat yang Ravka ucapkan dikamarnya kemarin tiba-tiba terlintas di kepalanya. Kenapa Carla jadi gak fokus gini? Matanya boleh saja memandang serius ke depan panggung tapi pikirannya melayang-layang entah kemana. Cuma di puji cantik doang tapi woah efeknya sedahsyat ini?

Kenapa Ravka yang nyebelin itu malah berubah jadi Ravka yang menggemaskan. Carla diam-diam menggoreskan senyum di bibirnya.

"Cieeee Bombom Car senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin aku?"

Oh, no. Stop. Sepertinya otak Carla mulai berlebihan memikirkan Ravka sampai Carla seakan-akan merasa mendengar suara Ravka barusan ditelinganya.

Gak mungkin lah Ravka disini. Ya mustahil banget dia dateng ke Festival Teater begini. Carla samar-samar menggelengkan kepalanya. Mencoba menghilangkan halunasinya tentang Ravka didalam kepalanya.

"Bombom Car... Ssttt... Oiii."

Carla stop. Stop mikirin Ravka. Stop. Stop. Stop.

"Carlanina!"

Eh, tunggu?

"Dari tadi aku manggil kamu, kamunya gak denger ya? Sebagus itu pementasannya ya, Bombom Car?"

CRAVING MATE (Romance Adult)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang