-41-

159 30 9
                                    


Ujian sekolah telah berakhir. Krystal sudah selesai mengoreksi soal ujian siswa dan hasilnya sudah ia serahkan ke guru kepala. Kasus Jennie masih berlanjut dengan tersangka lain. Kali ini kejaksaan menargetkan jaksa agung. Terlepas dari itu semua, Jennie mulai membaik setelah menjalani perawatan.

Krystal mendorong troli dengan lambat saat ia merasakan ponsel di sakunya bergetar. Ia mengambil ponselnya dan melihat ke layarnya. Nama Seungwoo tertera di sana

"Eung, wae?" sapa Krystal datar.

"Wae? Jutek sekali"

"Ada apa meneleponku? Aku sedang di swalayan dekat apartemen"

"Tunggu, aku akan ke sana" telepon terputus. Krystal sedikit bingung. Ia menyimpan ponselnya kembali. Ia berhenti di depan rak ramyeon. Ia cukup lama berpikir di depan rak.

Beli atau tidak? Tapi nanti appa akan lebih sering makan ini daripada nasi. Jennie bisa masak tidak ya? Kalau ayah lapar dan kebetulan tidak ada makanan memang harus masak ramyeon, apalagi kalau ayah ingin minum soju. Harus ada makanan pendamping. 

Akhirnya tangannya terulur dan mengambil beberapa bungkus ramyeon. Setelah itu ia ke rak perlengkapan mandi. 

Kenapa semuanya habis di saat yang bersamaan. Jennie cocok sampo apa ya? Sabun dia yang mana ya? Ah parfum! Aku bahkan tidak tau aroma yang dia sukai. 

Tangan Krystal mengambil sampel parfum entah merk apa secara acak. Ia mendekatkan ke hidungnya dan mengendusnya. Detik yang sama sebuah wajah juga sudah mendekat padanya dan mengendus parfum itu. 

 "Aigoo kkamjjagiya!" Krystal menarik diri. Ia melihat Seungwoo yang malah tersenyum. 

"Ya! Kenapa suka sekali mengejutkanku?" 

 "Aku suka melihat semua ekspresi di wajahmu" 

 "Cih" Krystal tersenyum miring. Ia mendekatkan botol parfum ke hidung Seungwoo. "Eottae? Menurutmu Jennie akan suka?" 

 "Ini agak terlalu kuat. Kurasa Jennie suka yang soft dan feminine" Tangan Seungwoo mengambil sampel lain lalu mengendusnya. "Kurasa ini cocok untuk Jennie" ia mendekatkan kertas sampel itu ke hidung Krystal. Gadis itu mengangguk. 

 "Seungwoo-ya, kenapa kau bisa cepat sampai sini? Kau dari mana?" 

 "Aku dari daerah sini, mengirim berkas. Tadinya mau mampir ke rumahmu, tapi saat kutelepon ternyata kau di sini" 

 Mereka menyusuri lorong swalayan menuju rak bumbu dapur. Troli mereka sudah dipenuhi bumbu-bumu dapur. 

 "Ah hari ini sangat melelahkan," keluh Seungwoo. 

 "Banyak yang kau kerjakan hari ini? Kenapa juga kau harus ke sini? Kau harusnya pulang dan istirahat" 

 "Bogoshippeo" 

 "Aigoo...ieuwh" 

 "Mwo?!" Krystal menyeringai. Seungwoo berhenti melangkah. Ia sedikit tertinggal di belakang. Krysta menoleh. "Araseo...iriwa" Krystal kembali mendorong trolinya. 

Suara langkah Seungwoo sudah terdengar. Pria itu sudah kembali berjalan di belakangnya. Tiba-tiba 

 GREPPP 

 Seungwoo sudah memeluknya dari belakang. Krystal terkejut karena ia sedikit terdorong. 

 "Yak! Kau tidak sadar kau berat dan aku kesulitan berjalan?" 

 "Araseo" Seungwoo memang melepaskan pelukannya namun tangannya hanya berpindah ke pegangan troli, membuat Krystal justru sulit bergerak karena ruangnya terbatas. Ia menyeringai.

 "Ya! Jangnanhae?" 

 "Aniya. Jalan saja, aku bisa sesuaikan dengan jalanmu" 

 "Ya ini aneh" 

 "Sirheonde~" Dengan sangat terpaksa Krystal menuruti keinginan pria di belakangnya itu. Seumur hidup, belanja di swalayan tak pernah merepotkan seperti ini. Seungwoo sesekali mengendus kepala gadis di bawahnya itu. Krystal berkali-kali bergidik geli. 

 "Geumanhae!" 

 "Wae? Aku suka wangi rambutmu" ia membungkukkan tubuhnya dan mengendus kepala gadis itu lagi. Wangi menenangkan kesukaannya itu menyeruak memenuhi paru-parunya. Gadis itu membungkukkan dirinya ke troli menjauhi endusan dari belakangnya, namun pria di belakangnya tampak tak kenal menyerah. Ia juga semakin membungkukkan tubuhnya dan bahkan kini menempelkan hidungnya ke kepala Krystal. 

 "Biar kutebak...ini aroma...hmmm" Seungwoo mengendus. "Apa ya? Aku tidak tau...hmmm...aku tidak yakin tapi aku sangat suka" 

 "Ya...kau ini!" 

 "Aigoo....agasi,sepertinya kau mendapatkan suami yang sangat menyayangimu. Kemarilah, coba daging yang baru datang ini, sangat segar" teriak seorang ibu di ujung lorong. 

 "Dia bukan suamiku" koreksi Krystal yang bahkan tak didengar ibu itu. 

 "Masigessda. Ayo kita ke sana," ajak Seungwoo.

Masih dengan posisi yang sama, mereka mendekati seorang ibu yang sedang memanggang daging. Ia mengambil sepotong daging dan memberinya ke Krystal. 

 "Nah berikan pada suamimu" 

 "Dia bukan suamiku,ahjumoni" sergah Krystal 

 "Dia hanya malu, kami baru seminggu menikah" Seungwoo menyahut dengan cepat. 

 "Ah sudah kuduga kalian pengantin baru. Aku bahkan bisa menghirup aroma cinta kalian dari jauh. Hahahaha" Krystal memberikan potongan daging itu pada Seungwoo. Ia juga mencoba satu. Mereka mengangguk senang karena rasanya enak. 

 "Juseyo ahjumoni" 

 "Senang sekali melihat pasangan muda seperti kalian ini belanja bersama" ibu itu mengambil potongan daging yang sudah ditimbang dan dibungkus styrofoam. 

 Belanja selesai. Mereka ke kasir dan membayar semua belanja. Seungwoo membantunya membawa belanjaan. Mereka hanya perlu berjalan untuk sampai ke apartemen. 

 "Karena ini sudah malam, haruskah aku menginap?" 

 "Musun suriya? Kau mau tidur dimana?" 

 "Ah benar juga, sekarang ada Jennie. Kau tidur dengan Jennie sekarang? Yahhh aku tidak bisa tidur denganmu lagi" Krystal menatap tajam pada Seungwoo. Untungnya koridor apartemen dan lift sudah sepi. Seungwoo melanjutkan kegiatannya tadi di swalayan. Ia mengendus kepala Krystal yang kini berdiri di sampingnya. Kini Krystal diam saja dengan kebiasaan baru Seungwoo itu. 

 "Ya, kalau dipikir-pikir kenapa baru sadar aku menyukai wangi rambutmu sekarang ya? Padahal kita sudah tidur bersama beberapa kali kan...aargghhh" sikut Krystal mendarat di pinggang Seungwoo sebagai responsnya. Mereka keluar dari lift dan berjalan menuju unit apartemen Krystal. 

 "Berat?" 

 "Aniya. Ini tidak seberapa. Omong-omong biasanya kau memang belanja sebanyak ini?" 

 "Tidak. Hanya untuk persiapan supaya ayah Jennie tidak kelaparan. Bahan makanan harus selalu tersedia di rumah" 

 "Memangnya kau mau pergi?" 

 "Eung" 

 "Kemana?" 

 "Jeju" 

 "Mwo? Eonje? Wae?" 

 "Aigoo, hanya sebentar, wisata akhir tahun ajaran" Seungwoo tersenyum kecil.

Jeju? Ok! Jaemisseo.

The WitnessWhere stories live. Discover now