13.

5.8K 695 9
                                    

Mark berlari dengan terburu-buru di sepanjang lorong rumah sakit. Panik dan kalut menyelubunginya, mengingat bagaimana suara sesenggukan Haechan saat menghubunginya satu jam yang lalu, memberinya informasi bahwa Noah sedang dalam perjalanan dibawa ke rumah sakit karena alergi yang dideritanya. Mendapati Haechan yang terduduk dengan pandangan kosong di bangku rumah sakit, dengan Jaemin yang berjongkok di hadapannya, membuat hatinya semakin terasa berat. Kedua tangan Jaemin menggenggam erat tangan gemetar pria beranak satu itu. Mendekati mereka, Mark akhirnya dapat mendengar kalimat dari belah bibir Haechan yang terdengar kacau.

"Aku bodoh sekali. Aku tidak pantas menjadi ayah Noah." gumam Haechan berkali-kali, membuat Mark tertohok karena suara sengau Haechan. Pertanda Haechan sudah menghabiskan beberapa waktu menguras air matanya.

"Hey... " panggil Mark pelan. Menyentuh pundak Jaemin perlahan, Mark lalu memposisikan dirinya di tempat duduk di samping Haechan, menggantikan Jaemin menggenggam tangan gemetar pria yang masih menatap entah apa di kejauhan. "Semua akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat, kau juga." Jaemin lalu membiarkan Mark menenangkan Haechan, dan beranjak ke dekat kekasihnya yang berjarak beberapa kursi dari mereka, ganti menenangkan kekasihnya yang terlihat tidak suka dengan kehadiran Mark.

"Aku... " balasnya gugup, tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, tubuhnya bergetar akibat tangisnya yang tertahan.

"Tidak apa-apa, menangislah." Mark merengkuh tubuh Haechan, meletakkan kepala yang lebih muda ke dadanya. Membiarkan Haechan terisak kencang dan air matanya membasahi kemeja yang lebih tua.

"Aku seharusnya tahu anakku memiliki alergi. Aku seharusnya tidak memberinya makanan yang mengandung kacang. Kalau saja aku membiarkanmu dan Mommy Tae ikut mengasuhnya, ini pasti tidak akan terjadi. Saat ini dia pasti masih baik-baik saja, dan bukannya terbaring di ranjang rumah sakit." racaunya lagi di tengah sesenggukannya. Mark menepuk-nepuk pelan belakang kepala Haechan, menenangkan pria yang masih panik itu. Mengatur nafasnya perlahan, Haechan justru mengendus aroma tubuh Mark yang menerpa hidungnya. "Kau mengganti parfummu?"

"Tidak. Kenapa tiba-tiba?" tanya Mark heran.

"Hanya bertanya. Baunya lebih enak daripada saat terakhir aku berada dekat denganmu." gumam Haechan pelan, membuat Mark terkejut dengan perubahan mood mantan, atau calon?, kekasihnya itu.

"Kau hanya sedang rindu padaku. Berapa lama kita tidak bertemu? 1? 2 minggu?" Mark mengingat pertemuan terakhirnya dengan Haechan. Dirinya memang sempat beberapa kali mengunjungi Haechan dan Noah setelah acara menginap di rumah Doyoung. Tetapi 2 minggu belakangan memang lebih banyak dihabiskannya di kantor karena pekerjaannya yang menumpuk.

"Ya benar. Selama itu. Dasar pria menyebalkan, meninggalkanku sendirian." sahut Haechan, pura-pura menggerutu, menjauhkan tubuhnya dari Mark meskipun dirinya sangat menyukai aroma yang menguar dari mantan kekasihnya itu.

"Kau tahu aku sibuk. Aku bahkan tidak pernah absen menelponmu. Juga melakukan video call dengan Noah." bela Mark, memberi alasan kenapa 2 minggu terakhir dirinya tidak datang ke rumah Haechan.

"Kukira kau akan merindukan Noah. Juga aku." lanjutnya masih pura-pura menyalahkan Mark, lengkap dengan ekspresi pura-pura akan menangis.

"Moon Haechan... "

"Bercanda... Bercanda... " balasnya sambil tertawa.

"Aku ingin samgyeopsal. Kau sudah makan?" ajak Mark tiba-tiba. Jam makan siang memang sudah berlalu tapi Mark yakin Haechan belum makan siang dilihat dari dirinya yang baru saja keluar dari mode paniknya.

"Belum. Aku panik sekali saat Noah sesak nafas." tepat seperti dugaannya, Mark lalu berdiri, menarik lengan Haechan, membantunya berdiri dan mencoba membawanya pergi. Membiarkan Jaemin menunggui Noah untuk sementara. "Tapi aku ingin pasta Hyungggg." rengek Haechan sambil menatap Mark dengan mata bulat berkaca-kaca, membuat Mark tidak sanggup menolak permintaan yang lebih muda.

"Baik, baik. Apapun untuk Papa. Aku akan berpamitan dengan Jaemin, jadi kita bisa pergi sekarang." Haechan menengok ke arah Jaemin yang tersenyum menenangkan ke arahnya. Berbanding terbalik dengan kekasihnya yang justru masih memasang wajah kesal. Mark baru akan membuka mulutnya untuk berpamitan kepada Jaemin dan Jeno ketika dokter yang memeriksa Noah keluar dari kamar rawatnya dan mempersilakan Haechan untuk menengok putranya, membuatnya tergesa memasuki kamar rawat dan melupakan ajakan Mark untuk makan, diikuti oleh Jaemin dan Jeno yang ingin mengetahui kondisi Noah.

"Hai jagoan. Sudah baikan?" tanya Haechan dengan nada yang sedikit bergetar. Air mata kembali mengaliri pipinya. Haechan mencium perlahan dahi putra semata wayangnya itu sebelum duduk di samping ranjang. Haechan lalu mengelus perlahan tangan Noah yang bebas dari infus, juga memandangi pipi serta tubuh tubuh putranya yang masih sedikit memerah karena reaksi alergi.

"Papa... Wawawa." seru Noah sambil menunjuk wajah Haechan. Kalimat tidak lancar dari batita itu menghasilkan tawa dari pria dewasa yang ada di sana. Tersinggung dengan reaksi mereka, Noah lalu mengalihkan perhatiannya ke arah Mark yang berdiri di samping Haechan. "Daddy... Papa wawawa." Mark menaikkan alisnya sambil menatap Haechan, meminta penjelasan dari kalimat Noah.

"Iya. Papa sudah tidak menangis. Coba lihat?" Haechan mengusap pipi dan dagunya yang basah oleh air mata. Menuruti keinginan Noah yang tidak ingin melihat dirinya menangis.

"Papapa. Mam... Mam." seru Noah lagi ke arah Haechan, yang langsung disambut tawa Jaemin. Mendekati Haechan, Jaemjn lalu meletakkan kedua tangannya di bahu Haechan, pandangannya mengarah ke Noah.

"Pandai sekali keponakan uncle Jaem. Jadi sekarang Noah dengan Uncle Jaem, dan kita biarkan Papa makan dengan Daddy. Oke?" puji Jaemin kepada Noah yang langsung memamerkan senyumnya ke arah pria itu.

"'Key." jawabnya riang, melupakan fakta bahwa dia baru saja mengalami alergi. Jaemin lalu mengalihkan pandangannya ke arah Haechan dan mengelus pundaknya pelan. Memberi isyarat kepada pria itu pergi keluar sesuai dengan ajakan Mark sebelumnya. Jaemin langsung memberikan tatapan memaksanya ketika dilihatnya Haechan enggan untuk meninggalkan putranya.

"Noah biar denganku dulu. Kau bisa pergi sebentar dengan Mark." paksanya dengan senyuman terpasang di wajahnya. Membuat Haechan terpaksa mengiyakannya daripada berdebat semakin panjang.

"Baiklah. Ayo Hyung." ajaknya ke arah Mark yang sekarang ganti mengusak pelan rambut Noah dan mencium keningnya perlahan.

"Daddy dan Papa akan pergi makan dulu. Noah dengan Uncle Jaemin dan Uncle Jeno dulu ya." Anggukan Noah dan dengusan Jeno menjadi penanda bagi Mark untuk segera mengajak Haechan pergi dari ruangan itu.

***



Padahal mau ngelarin work
ini sebelum akhir tahun.


Tapi ternyata akhir tahun sudah dekat :(


*semua rencana menyelesaikan work
memang tinggallah rencana wkkk

StillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang