Chapter 1

19 2 0
                                    


~Dihari yang pilu dengan seribu kenangan manis~

~Seperti hari itu~

~Selamanya dalam cahaya rembulan~

~Teringat selalu dalam benakku~

~Rasa hangat yang diberikannya~

~Apa harus aku melupakannya?~

*

*

*

Sebuah cerita sedih yang selalu diceritakan nenekku sebelum hari kepergiannya, apakah itu kenangannya bersama kakek atau hal yang lain? Langit sudah meperlihatkan warna gelapnya. Saatnya untuk tertidur dalam alunan mimpi. Mataku perlahan mulai tertutup dan diriku jatuh terjerumus kedalam mimpi mimpi indah.

*

*

*

'Dingin sekali, Apa aku lupa memakai selimut?'

Mataku perlahan terbuka, dengan bingung bola mataku berputar melihat sekelilingku dan hanya menangkap kegelapan. Aku tak dapat melihat apa-apa disini. Yang terasa hanyalah gelap dan dingin. di dalam gelapnya tempat ini aku berjalan perlahan mencari jalan keluar yang aku sendiri tak tahu dimana, aku pun sudah tidak bisa mengukur seberapa jauh diriku berjalan.

Sambil perlahan lahan berjalan mencari jalan keluar, diriku mendapati munculnya sesosok bayangan dengan wujud yang secara tak sadar dan tak ku mengerti membuat air mataku mengalir dengan sendirinya.

*

*

*

'Tidak bisa berhenti'

*

*

*

Air mata ku pun terus mengalir bersamaan dengan erangan tangisan yang sudah tak dapat kubendung lagi. Saat diriku ingin menggapai sosok bayangan itu, bayangan tersebut mulai menjauh dan semakin menjauhiku. "Tunggu!!!" teriak ku dengan lengan yang terus berusaha menggapai sosok itu. Namun, semakin jauh aku tak dapat meraih bayangan itu. Tetesan air pun kurasakan berlinang semakin deras membasahi pipiku

*

*

*

'Rasanya sakit...'

*

*

*

Sepencar cahaya tiba tiba muncul menyilaukan penglihatan ku, dan dengan tiba tiba muncul sebuah pintu besar berdiri di hadapan ku sekarang. pintu tersebut perlahan terbuka dan penglihatanku menemukan sesosok bayangan anak kecil yang menampakan dirinya dibalik pintu itu. Anak kecil itu memperlihatkan dirinya, dan tanpa kusadari langkah kakiku berjalan mendekati sosok anak kecil itu. Tangan mungilnya keluar melewati pintu, menampakan tangannya yang memintaku untuk menggenggamnya. Spontan, aku memegang tangannya lalu dengan cepat ia menarikku masuk kedalam pintu. Seketika cahaya menghalangi pandanganku, aku tak dapat melihat wajah anak kecil itu. Tangannya menarikku untuk berlari mengikutinya, dan semakin cepat langkah kaki anak kecil bergerak. Sulit untuk mengikuti kecepatan lari anak kecil ini. Kakiku yang sudah lelah diambang batas, tidak bisa menyeimbangkan lari anak kecil itu. akupun memperlambat lariku seraya membujuknya untuk istirahat sejenak.

"Tu...tunggu.... bisakah kita istirahat sebentar? kakiku sudah tidak kuat...." Pintaku dengan nafas tak beraturan. anak itu terdiam tidak menjawab.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Speculum ~the mirror world~Where stories live. Discover now