lucky

779 41 14
                                    


Arisugawa Daisu × Yamada Ichiro

Hypnosis mic © KR

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Namanya Daisu, nama kerennya Dice, kalau dalam bahasa indonesia jadi Dadu, kalau cerai sama istrinya jadi Duda, kalau jadi pesuruh berubah lagi jadi Babu. Intinya nama dalam akte kelahiran dan kartu keluarga penduduk Shibuya itu Daisu, lebih tepatnya Arisugawa Daisu.

Berkat ortu yang selalu menuntut Daisu buat jadi terbaik yang malah membuat Daisu muak dengan mereka dan memutuskan untuk pergi dari rumah dengan hanya bermodalkan hapenya (yang kini sudah dijual), malah membuat Daisu terjerumus dalam kelamnya dunia perjudian, akibat salah pergaulan.

Beberapa kali pernah hampir tewas, gara-gara dikeroyok depkolektor. Sudah lama kehilangan tempat naungan dan tempat untuk pulang, tapi untung Ramuda dan Gentaro masih mau menampung Daisu dirumahnya, walau kerjaannya cuma nyusahin doang.

Seumur-umur berjudi, Daisu gak pernah tuh menang. Padahal sudah pasang taruhan gede. Tapi tetap aja gak pernah menang.

Dan akhirnya dia malah ngegembel di Shibuya, kalau gak ada temannya a.k.a geng Fling Posse mungkin Daisu sudah lama tewas di gang dekat tong sampah di tengah kota.

Yah, bisa dibilang Daisu itu unlucky sekali kalau soal berjudi kalau boleh ditambah sama hidupnya juga. Inginnya sih bertobat, karena sempat diceramahi sama ustadz setempat.

Ya tapi gimana, Daisu udah kecanduan, layaknya polisi mesum dari Yokohama yang kecanduan sama tabacco.

Tapi, semenjak bertemu dengan sulung Yamada dari Ikebukuro yang kebetulan ketua dari geng Buster Bros. keunluckyan Daisu perlahan-lahan menguap, kayaknya sudah cape mengikuti Daisu.

Kini setiap berjudi, dia pasti selalu menang. Entah pasang taruhan kecil atau besar. Dan bukan cuma judi saja, kini Daisu sering mendapatkan keberuntungan tak terduga lainnya.

Contohnya saja, saat Daisu kelaparan pasti ada saja yang memberinya makan, karena disalah kirakan sebagai pengemis. Bahkan Gentaro saja yang pelitnya minta ampun, akhir-akhir ini sering memberikan Daisu pinjaman uang.

Daisu tidak tahu kenapa, tapi yang pasti Daisu selalu menganggap sulung Yamada itu adalah jimat keberuntungannya.

Demi membuat keberuntungannya tetap berjalan dengan lancar, Daisu acap kali datang ke Ikebukuro untuk bertandang ke rumah Yamada bersaudara atau ke toko milik tiga bersaudara itu.

Walau sering sekali dijudesin oleh dua adik Ichiro. Tapi Daisu tak pernah kapok untuk datang ke rumah Yamada bersaudara itu.

Contohnya saja sekarang, Daisu sedang berada di rumah Yamada bersaudara. Dia sedang duduk di sofa bersama dua adik Ichiro sambil menonton film Kimi No Nawa atau dalam bahasa inggris di sebut Your Name, tapi kalau pake bahasa Indonesia jadi Namamu. Sedangkan Ichiro sendiri sedang memasak di dapur. Jangan tanya betapa gedeknya dua adik Ichiro saat melihat Daisu yang kembali bertamu ke rumah mereka.

Bukannya tidak tahu malu karena sering bertandang ke rumah Ichiro, hanya saja urat malu milik Daisu kini sudah hilang karena keadaan.

"Su, kenapa kesini lagi sih!" tukas Saburo.

"Gua kan udah bilang, jangan panggil gua 'Su'. Serasa diumpati tau gak?!" Daisu gedek dengan tingkah adik-adik Ichiro yang tidak ada sopan-sopannya pada dia. Apalagi sama si bocil Saburo.

"Lu kan emang kayak asu," Jiro yang ada di dekat Saburo pun segera tertawa kencang.

Saburo yang berada di sebelah Jiro segela menabok jidatnya, "Berisik, bego." Jiro yang ditabok pun segera kicep, masih linglung dia.

Daisu mengumpati dua adik-beradik itu, "Ye, anjing."

"KAK ICHII ITU SI DAISU NGOMONG AN- hmmppp." Dengan cepat Daisu segera membungkam mulut lemes bungsu Yamada.

"HAA? KENAPA SABURO?"

Daisu memelototi Saburo, "GAPAPA, ICHIRO."

"BENERAN NIH GAPAPA?" Ichiro memastikan.

"IYA,"

Saburo segera melepas telapak tangan Daisu yang membekap mulutnya, "Buset, tangan lu bau asin. Bibir gue penuh najis nih."

"Enak aja, tangan gue bersih, cil." Daisu tak terima, dia kan sudah cuci tangan pake mama lemon, yang katanya punya kekuatan membersihkan.

Saburo segera bangkit, dia menendang kaki Jiro yang tengah di luruskan, "Awas, gue mau ke kamar mandi."

"Selow aja kali bambang." cibir Jiro pada Saburo.

"Berisik lu bego."

"Dasar adek durhaka!"

....

"Yo~ Ichiro~" sapa Daisu yang lagi-lagi bertandang ke toko keluarga Yamada.

Ichiro yang tengah menghitung duit pun segera menengok ke sumber suara, dia tersenyum, "Oh, hai Daisu,"

"Sendiri aja Chi? Adek-adek lu kemana emang?" tanya Daisu.

"Mereka kan sekolah," Ichiro kembali tersenyum.

"Oh, iya. Gue lupa." Daisu pun segera mendudukan pantatnya pada kursi yang berada di dekat Ichiro.

"Tau gak, Chi?" tanya Daisu.

Ichiro masih sibuk dengan duitnya, "Kenapa, Daisu?"

Senyum Daisu merekah, "Semenjak kita rap battle- gak semenjak gue ketemu lo. Hidup gue jadi semakin lucky."

"Lucky apaan. Jangan bawa-bawa gue dong." Ichiro meletakan duit yang sudah dia hitung. Ichiro memasang wajah cemberut, dia tidak suka dijadikan sebagai item keberuntungan.

"Gini ya, lo itu bukannya beruntung. Tapi emang lu udah berusaha buat menang, dan sekarang lo sering menang pas main judi. Jadi jangan nyambung-nyambungin ke gue dong." Ichiro masih cemberut.

"Apaan, beneran kok, Chi. Semenjak gue ketemu lo. Gue jadi makin beruntung."

"Ya udah deh, terserah lo." Ichiro menghela napas. Memilih tidak peduli Ichiro mengambil beberapa barang dan segera menempelkan label harga.

"Bantuin napa," Ichiro mendelik pada Daisu.

"Iya-iya gue bantuin, jangan galak-galak dong." Daisu mencibir.

Lengan yang bertugas melabeli tak membuat Daisu berhenti berbicara dengan Ichiro, sesekali mereka tertawa dalam perbincangan mereka.

Ah, Ichiro yang sedang tertawa itu sangat indah.

Sepertinya keluckyan Daisu itu karena terus melihat senyuman manis milik Ichiro.

End.

limerence, various pair.Where stories live. Discover now