🔹 k e d u a p u l u h e m p a t 🔸

535 79 6
                                    

Seokjin sudah siap dengan rencananya. Dia kini tinggal menunggu Sojung keluar dari rumah sakit, kemudian memulai semua sandiwara.

Sandiwara yang ia lakukan untuk membalas perlakuan istrinya. Huh, siapa suruh mempermainkan Adipati Seokjin, tunggu pembalasannya, Sojung.

Sojung keluar dari rumah sakit, sedikit berlari menghampiri suaminya. Dia tersenyum, tapi Seokjin terlihat terpaksa membalas senyuman yang ia berikan.

Sojung kebingungan, apa yang terjadi pada Seokjin hari ini.

Seokjin buru-buru masuk mobil, tanpa memedulikan Sojung. Sampai Sojung kesal dibuatnya, tidak biasanya Seokjin bertingkah cuek begini.

Sampai saat mobil sudah berjalan, Seokjin sama sekali tidak membuka suaranya. "Seokjin, kau itu kenapa, sih? Kenapa dari tadi aku perhatikan, aneh sekali tingkahmu hari ini," protes Sojung akhirnya.

Sementara tersangka; Seokjin, hanya mengucapkan satu kata, "huh?" tanda dia tak mengerti.

"Kau ada masalah di kantor?" tanya Sojung, kali ini lebih hati-hati.

"Tidak," jawab Seokjin seadanya.

"Lalu? Kenapa tiba-tiba tingkahmu begini? Seolah-olah kau sedang mengabaikanku. Kalau kau marah padaku, harusnya kau tidak perlu menjemputku! Aku bisa pulang naik taksi, atau bisa minta jemput Mingyu," kata Sojung kesal, enggan berkata sambil menatap wajah menjengkelkan suaminya.

"Kau ini bagaimana, aku ini 'kan suamimu―"

Belum selesai Seokjin berbicara, Sojung buru-buru menyela. "Justru karena kau suamiku, harusnya kau tidak bertingkah seperti ini padaku. Aku kesal dengan tingkahmu yang begini, serius! Aku membenci sikapmu yang cuek begini."

"Kau ini kenapa, sih? Terus saja marah-marah. Aku banyak bicara, diancam. Aku sedikit bicara, malah dibenci. Maumu aku yang bagaimana? Begini salah, begitu salah."

"Tapi sikap dingin begini bukan sama sekali pribadi Seokjin suamiku!"

Seokjin menepi menghentikan mobilnya. "Terus, kau mau aku yang bagaimana? Banyak bicara, begitu?"

Ponsel Seokjin yang berada di antara mereka berdua; Seokjin dan Sojung, tiba-tiba berdering, menampilkan nama orang yang memanggilnya.

Sojung sempat melihat sekilas nama itu. Mata Sojung membelalak marah, kala membaca nama yang tertera adalah Sayang❤.

Sojung buru-buru mengambil ponsel Seokjin, tapi dia kalah cepat dengan Seokjin. Dia melihat Seokjin menyembunyikan ponselnya.

"Cepat berikan ponselmu padaku! Tadi aku lihat, nama yang kau berikan pada si penelfon adalah Sayang dengan emoji hati. Kau pasti punya pacar baru, 'kan?!"

"Sojung, ini bukan siapa-siapa."

"Aku bilang berikan ponselmu padaku!" Kali ini Sojung berteriak, matanya sampai berkaca-kaca. Seokjin jadi tidak tega sekarang.

"Sayang, aku berani bersumpah ini bukan siapa-siapa."

Sojung menggeleng sembari menitikkan air matanya. "Tidak masalah kalau kau tidak mau mengaku. Setelah ini, aku rasa kita harus berpisah. Aku benci dengan laki-laki pengkhianat! Aku membencimu, Seokjin!"

Sojung membuka sabuk pengamannya, kemudian pergi keluar dari mobil. Meninggalkan Seokjin dengan perasaan ibanya.

Seokjin langsung ikut turun, mengejar Sojung kemudian memeluknya dari belakang. Sojung memberontak, tapi Seokjin tidak putus asa. Sampai akhirnya Sojung pasrah, hanya bisa menitikkan air mata.

"Aku akan jujur padamu," kata Seokjin sembari merubah posisinya. Dia memberikan ponselnya pada Sojung, yang kebetulan saat itu si penelfon yang sama kembali menghubungi Seokjin.

Sojung dengan tangan gemetar menerima ponsel Seokjin, kemudian mengangkat panggilan dari si penelfon. "H-halo?"

"Halo?"

"Mingyu?"

"Ini bukan Mingyu, tapi ini anak pertama dari pasangan Tuan Hans dan istrinya."

Sojung memutuskan sambungannya, kemudian menatap Seokjin yang sedang menahan tawanya. Sojung menggeleng tak habis pikir. "Seokjin, kau benar-benar gila!" Alih-alih ikut tertawa, Sojung malah menangis di balik dada suaminya.

"Aku sudah berpikir kalau besok pagi aku akan pergi ke pengadilan, menuntut perceraian kita berdua. Tapi ternyata ..."

Seokjin tertawa, dia memeluk istrinya penuh kasih. "Jangan lakukan itu. Aku tidak  tahu apa jadinya aku bila tidak bersamamu. Ini hanya sandiwara, Sayang. Maafkan aku."

Sojung melepas pelukan Seokjin. "Sama sekali tidak lucu! Kau tega menyakiti hati istrimu, kau tega membuatku sampai menangis begini."

"Kau juga tega membuatku frustrasi, aku hampir saja rugi besar kalau pihak Indah Media benar-benar memutuskan kerja samanya pada perusahaanku."

"Soal itu, anggap saja kalau itu adalah prank di hari ulang tahunmu," kata Sojung sembari membenarkan posisinya, tidak lagi bersandar di dada lelakinya.

Tak membiarkan Sojung menjauh, Seokjin kembali merengkuh tubuh istrinya, "kalau begitu anggap juga ini sebagai prank untuk ulang tahunmu lusa nanti." Setelahnya Seokjin mencium pucuk kepala istrinya.

"Tolong jangan membuatku jantungan lagi seperti ini. Kau tahu aku sangat mencintaimu, aku tidak mau kalau sampai kau menduakanku," kata Sojung mencurahkan isi hatinya.

"Iya, Sayang. Kau harus percaya padaku kalau tidak ada perempuan lain yang kucinta selain ibu, dan kau."

Sojung mengangguk percaya.

"Kita pulang sekarang, ya? Sudah hampir malam sekarang," kata Seokjin sembari menuntun istrinya untuk menaiki mobil.

◾▪▪▪◽

Sojung meletakkan kepalanya di atas tangan Seokjin yang dia julurkan. Dia menatap wajah sang suami sembari berbicara sedikit.

"Aku heran kenapa dulu banyak yang menyukaimu, padahal wajahmu biasa-biasa saja," kata Sojung berkomentar terhadap wajah sang suami.

Seokjin tersenyum. "Aku juga heran, kenapa istriku mau menikah denganku kalau wajahku biasa-biasa saja begini, ya?"

Sojung terkekeh, dia menarik hidung suaminya jengkel. "Aku mau menikah denganmu 'kan, karena kedua orang tuaku."

"Sayang, jangan ditarik! Lebih baik dicium," kata Seokjin bercanda.

"Aku tidak mau mencium orang yang menjengkelkan seperti dirimu," kata Sojung.

"Kenapa begitu? Biar begini 'kan, aku orang yang kau cintai."

"Hari ini kau sudah membuatku menangis. Kalau aku adukan hal ini pada ayahku, dia pasti akan langsung meninjumu begini," kata Sojung sembari memperagakan tinjuan Ayahnya, dia mendaratkan kepalan tangannya pada pipi Seokjin.

Seokjin meraih tangan Sojung yang ada di pipinya, kemudian membawanya ke hadapan wajahnya, setelah itu menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Kalau tangan ayah kucium seperti ini, dia masih bisa meninjuku tidak, ya?"

Sojung mengangguk. "Justru ayah akan semakin nafsu meninjumu. Lalu kau babak belur, dan berakhir di rumah sakit."

"Lalu kalau tanganmu yang kucium begini? Apa kau akan meninjuku juga?" tanya Seokjin lagi.

"Ini lebih buruk dari tinjuan, Seokjin. Aku akan menyuruhmu tidur di sofa depan selama tiga malam, dan selama masa itu kau tidak akan boleh menyentuhku! Sama sekali."

"Ya ampun, hukuman ini terlalu menakutkan bagiku, kau tahu."

Sojung tertawa. "Makanya jangan suka cium-cium sembarangan! Apalagi di tempat umum! Ini rahasia kita berdua, tahu!"

"Tapi kau menyukainya, 'kan?" tanya Seokjin dengan senyum menggoda.

Setelah mendengar Seokjin berkata begitu, Sojung malu dan lantas meletakkan jari telunjuknya di atas mulut Seokjin, "psttt," pintanya pada Seokjin untuk segera menutup mulutnya.

◾▪▪▪◽

A/N:
Selamat malam minggu! Asik, malmingnya ditemenin sama Sojung😻
Jangan lupa tekan bintang, ya! 🌟⭐

SOJUNG ミ°endWhere stories live. Discover now