lima belas.

536 56 6
                                    

ALL MEMBER KELOMPOK 2.

Waktu menunjukkan pukul 07.00 malam, kini letta sedang berbaring di kasur dia amat kesal dengan kejadian yg terjadi antara ia dengan sahabatnya yg di sebabkan si ulat bulu atau si Glenda itu, bagaimana tidak kesal dia tidak pernah berfikir jika ada orang macam Glenda itu dia naksir seseorang dengan terang terangan memanfaatkan sahabatnya, dan yg tidak habis pikir lagi sahabatnya percaya apa mungkin otaknya udah dicuci sama si ulat bulu itu, sungguh membuat kesal.

"Arghh, pusing deh gue makin hari si Glenda makin berulah aja! ini lagi si sovra gak mikir apa dia di manfaatin doang, gue gak percaya kalo dia gak ada rasa sama sekali sama si ulat bulu itu," Letta kesal sendiri dia tidak habisnya mengumpati si Glenda sendiri di kamar bisa-bisa jika di depan umum ia dikatai orang gila

***
Tok... tok... tok...

"Abang Dania boleh masuk gak?" Dania mengetuk pintu kamar Ardan agar lebih sopan karena jika langsung masuk bisa-bisa ia di amuk masa.

"Iya masuk aja gak dikunci kok dek" Ardan membalas dari dalam.

Dania masuk menghampiri Ardan yg sedang sibuk di depan laptop nya.

"Abang Dania boleh nanya?" tanya Dania penuh hati-hati.

"Ngomong aja kali, kayak ngomong sama presiden aja lo," ucap Ardan tanpa menoleh pada Dania.

"Abang gak ilfil gitu sama siapa tuh ulet bulu ka Glenda, dia jelas-jelas naksir Abang, terus dia manfaatin Bang Sovra buat deketin Abang. Dia udah bikin persahabatan Abang agak kacau, tapi Abang kok diem aja si Dania kesel tau liatnya," Dania kini seperti tengah mrmbacakan proklamasi pada Ardan yang tampak biasa aja menghadapi masalah dalam persahabatannya itu.

"Biarin aja lah si Glenda mau apapun Abang gak peduli," balas Ardan dengan santainya.

Tapi jujur saja Ardan sendiri pun kesal namun iya membiarkannya dulu karena menurutnya itu cuman hal sepele, jika nantinya Glenda semakin mengila, ia baru akan turun tangan.

"Ihhh... Abang ini tuh udah kelewatan tau, kemaren tuh kan Kak Zura aja sampe di dorong gitu, kebentur juga kan palanya gak kasian apa bang?" Dania menyerocos saja, meskipun dia belum mengenal Glenda, tapi dia sungguh kesal merasa kesal kepada Glenda, apalagi sata ia melihat dengan santainya Glenda mendorong Azura dan berubah posisi seolah-olah dia yang menjadi korban.

Ardan diam tampak berpikir namun iya kembali dengan raut wajah tenangnya yg membuat Dania mendengus kesal.

"Gua tabok pake centong juga lu lama-lama bang!" geram Dania, dan beranjak pergi dari kamar Ardan dengan penuh kekesalan.

***

Azura yang baru saja keluar dari kamar mandi itu terhenti saat seseorang menghalangi jalannya, Azura menatap datar orang yang berdiri di hadapannya sambil tersenyum itu, Azura benar-benar muak dengan orang di hadapannya ini.

"Gua mau lewat," ucap Azura, berniat untuk pergi namun ditahan.

"Buru-buru amat, santai aja kali," orang itu tersenyum sinis.

"Lu mau apa Glenda?" tanya Azura dengan raut wajah yang masih datar.

"Gua cuman mau ngasih tau doang ke lu kalo gua udah berhasil bikin Sovra berpihak ke gua," ucap Glenda dengan senyum penuh kemanangan.

"Lalu?" tanya Azura, dirinya benar-benar santai, tidak terlihat kesal maupun marah.

"Setelah ini... gua bakal bikin Ardan jadi milik gua," kata Glenda.

"Heh cabe! Jangan terlalu kepedean lu, belum tentu Ardan mau sama lu!" suara Letta membuat Azura menoleh ke belakang, menatap Letta yang tengah mendekat ke arahnya dengan ke dua tangan yang terkepal.

[1]Labirin Cinta✔Where stories live. Discover now