lima puluh.

565 34 4
                                    

"Zura!"

Zura yang baru saja melewati Ardan, menghela nafasnya pelan. Menghentikan langkahnya namun tidak membalikan tubuhnya, Azura tetap membelakangi Ardan, menunggu Ardan bersuara terlebih dahulu.

"Boleh ngobrol sebentar?" pinta Ardan dengan penuh harap, menatap Azura yang tetap memunggunginya.

"Cuman sebentar," kata Azura, mendudukan bokongnya di kursi taman.

Ardan tersenyum senang, ikut mendudukan bokongnya di samping Azura.

"Dulu lo pernah minta ke gua buat gak benci dan ngejauhin lo, tapi sekarang... kenapa elo yang ngelakuin itu Zura? Kenapa lo ngehindar dari gua?" tanya Ardan yanpa berbasa-basi lagi, menanyakan apa yang memang harus ia tanyakan.

"Ngehindar? Kayanya engga deh. Kalo pun emang iya, salahin aja sikap lo yang bikin gua kaya gini," kata Azura, enggan menatap Ardan meski sekilas.

"Sikap gua?" tanya Ardan dengan raut wajah binggung.

"Berenti ngejar-ngejar gua Ar, tolong kembali ke Ariana. Gua udah gak ada rasa sama lo," pinta Azura yang terdengar seperti perintah.

"Mana bisa gua lakuin Zur, gua cinta sama lo," satu tangan Ardan berusaha mengengam tangan Azura, namun dengan cepat Azura menepisnya.

"Itu bukan cinta Ar!" Azura menatap Ardan dengan tatapan tak suka, "tapi, itu sebatas obsesi untuk memiliki!" lanjut Azura yang kini terlihat jelas jika ia begitu tidak menyukai Ardan yang sekarang.

"Zura! Gua cuman pengen bikin lo bahagia, dulu lo pengen gua jadi milik lo kan? Dan sekarang, gua bisa jadi milik lo Zura," kata Ardan dengan tatapan penuh harapan.

Azura menghela nafas kesal, ia sudah kehabisan kata-kata untuk membuat Ardan mengerti dengan apa yang ia ucapkan.

"Azura!" panggil Ardan.

"Itu dulu Ar! Kali ini rasa gua bukan ke lo lagi, tapi rasa gua udah ke Sovra! Tolong ngerti, Ardan. Berenti ngejar-ngejar gua, karna lo udah bukan orang yang gua mau!" ucap Azura dengan menekan setiap kalimatnya, berusaha membuat Ardan mengerti.

"Sovra udah nunggu gua, gua permisi!" pamit Azura yang berlalu pergi.

****

"Pulang sekolah kumpul gak?" tanya Letta pada geng bar-bar yang tengah sibuk dengan urusannya sendiri.

"Ayo aja gua mah," saut Gizko, kemudian di angguki oleh Sovra, tanda ia ikut setuju.

"Gua engga deh," kata Ariana yang langsung membuat semuanya menoleh, namun tidak dengan Ardan, pria itu sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa Na?" tanya Azura.

Ariana menggeleng, "Engga," katanya tanpa memberikan alasan yang mungkin bisa membuat geng bar-bar mengerti.

"Lo Ar?" tanya Gizko.

"Males," jawab Ardan yang tentu saja membuat Letta dan Gizko terkejut, biasanya Ardan tak seperti ini jika urusan kumpul-kumpul.

"Kalian kenapa sih? Karna masalah kemarin?" tanya Letta yang kini merasa kesal dengan sikap aneh para sahabatnya.

Bukannya menjawab, geng bar-bar malah diam, bahkan Ardan memilih untuk keluar dari kelas tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Guys!" panggil Letta, dirinya menuntut sebuah penjelasan.

"Gua gak tau," jawab acuh Sovra.

"Zura? Ariana?" tanya Letta, menatap Azura dan Ariana bergantian.

Dan yang Letta dapat adalah gelengan dari Azura dan Ariana. Letta menghela nafas kesal, ia tau betul jika ada yang tidak beres dengan para teman-temannya itu, apalagi raut wajah kesal Ardan, raut wajah sendu Arian, itu terlihat jelas jika para sahabatnya itu tengah ada masalah.

****

"Zura, balik bareng gua yuk," Ajak Ardan yang telah berdiri di depan mejaZura.

Azura yang baru saja mrmakai yas renselnya pun menggeleng, "Gak deh, Gue mau sama Sovra," tolak Azura kepada Ardan.

Raut wajah Ardan yang semula terlihat ceria kini berubah datar, sedangkan Azura memilih acuh, ia sudah tak tau harus dengan cara apa lagi untuk membuat Ardan mengerti.

"Ar!"

Ardan menoleh ke asal suara, Ariana tengah menatapnya dengan sorot mata masih sendu seperti kemarin.

"Boleh gua nebeng?" tanya Ariana.

"Lo sama Gizko atau Letta aja yah Na. Sorry, gua gak bisa," kata Ardan, memilih berlalu melewati Ariana yang hanya bisa tersenyum miris.

"Na...," panggil Azura pelan.

"Gua duluan," pamit Ariana tanpa merespon panggilan Azura.

Ariana sudah tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, Ardan yang menghindar darinya itu membuat Ariana benar-benar kehilangan Ardan, baik menjadi cintanya maupun menjadi sahabatnya.

"Gue capek kaya gini terus! Yang jadi masalah itu cinta, tapi kenapa yang di korbanin persahabatan kita?" Letta menatap satu persatu ketiga sahabatnya yang masih berdiam diri di kelas.

"Lo kira gua mau kaya gini? Engga!" ucap Sovra.

"Kalo gitu balikin geng bar-bar kaya dulu!" pinta Letta dengan tatapan kesal.

Sovra diam tak bisa menjawab.

"Gak bisa kan? Iya karna ego kalian! Jangan ego yang di besarin, tapi solidaritas!" setelah mengucapkan itu, Letta berlalu pergi dengan menarik Gizko.

Kesalnya Letta bukan hanya pada Sovra saja, tapi pada semua sahabatnya. Letta mengucapkan itu karna ia ingin geng bar-bar kembali seperti dulu tanpa saling mendiami dan menghindar.

Harusnya mereka berusaha untuk memperbaiki, bukan malah membiarkan dan berakhir hancur!.

***

Tbc💜

[1]Labirin Cinta✔Where stories live. Discover now