PART 54

1.4K 87 12
                                    

"Nggak semua dongeng bisa happy ending, apalagi realita." Desis Khandra yang berdiri di depan kamar hotelnya.

Auriga berada tepat di hadapannya.

"Aku tau." Auriga menjawab santai. "Ketika kau kecil, kau mungkin disuguhi cerita dongeng tentang Putri dan Pangeran yang menikah lalu hidup bahagia selamanya. Ketika kau beranjak dewasa, kau bahkan menyaksikan drama-drama percintaan yang membuatmu beropini bahwa cinta haruslah tentang pengorbanan.

"Aku tidak menyalahkanmu akan hal itu, Ndra. Tetapi beginilah kenyataan. Kita menikah, namun tidak selalu berbahagia. Tetapi aku menawarkan sesuatu kepadamu... Bukan hubungan sebagai suami dan istri, bukan pula sepasang kekasih. Bagaimana jika kita berteman saja? Aku tidak akan memaksamu untuk kembali kepadaku.

"Tetapi kau harus tau.. Aku serius untuk hubungan kita yang kali ini. Kau bisa mencoba menjalaninya bersamaku. Jika memang kau merasa aku tidak akan pantas untuk bersanding lagi denganmu, kita selamanya tetap akan menjadi teman. Sesederhana itu."

* * *

Berjalan di bawah pohon Sakura yang bermekaran bersama seorang pria yang kau cintai adalah mimpi kebanyakan gadis di dunia ini.

Terdengar klise dan murahan. Namun pada kenyataannya, hal itu memang romantis.

Namun sayang beribu sayang, Khandra berjalan-jalan di tempat ini bersama Auriga Sangaji. Pria yang sudah menghancurkan hatinya, dan membuat ia sangat membenci lelaki itu.

"Kau pernah mendengar kisah tentang sebuah pohon yang hampir mati karena tidak pernah berkembang?" Tanya Auriga begitu tiba-tiba.

"Sekarang cerita tentang apalagi, Ga?" Sungut Khandra kesal.

"Tentang asal muasal pohon Sakura." Balas Auriga dengan senyum jenaka di wajahnya. "Pada zaman dahulu kala, mungkin di negeri dongeng para dewa dewi, entahlah... Sebuah pohon yang hampir mati diberikan kekuatan oleh seorang peri. Ia diberi kesempatan untuk hidup sebagai manusia. Mungkin dengan melihat keindahan di dunia manusia, maka ia dapat menumbuhkan suatu perasaan di dalam hatinya, yang mampu menyelamatkannya dari kematian.

"Tetapi begitu ia hidup sebagai manusia, ia melihat bahwa manusia sering sekali bertikai. Peperangan terjadi di mana-mana. Hal itu membuatnya sangat terpuruk, hingga suatu ketika, ia bertemu dengan seorang gadis yang kelak menumbuhkan cinta di hatinya. Ia dan gadis itu berbagi banyak hal, bercerita tentang kehidupan dan kegundahan hati mereka. Di hari terakhirnya sebagai manusia, pohon itu mengatakan kejujuran kepada si gadis.

"Bahwa ia adalah pohon yang sekarat dan akan segera mati. Mendengar cerita itu, si gadis tidak percaya. Namun perlahan tapi pasti, sosok di hadapannya berubah wujuh menjadi pohon. Ya... Pohon yang hampir mati. Tidak ada dedaunan yang tumbuh. Dahannya terlihat rapuh. Akar-akarnya bahkan tidak menancap dengan kuat. Menyaksikan semua itu, sang gadis sangat bersedih.

Ia membisikan kalimat yang begitu sangat ingin di dengar oleh sang Pohon. 'Aku mencintaimu'. Lalu bersama kalimat itu, seorang peri datang dan mengajukan satu pertanyaan kepada si Gadis, 'Apakah kau mau aku menghidupkannya kembali? Atau kau mau hidup sebagai pohon bersamanya?'. Menurutmu apa jawaban si Gadis, Ndra?"

"Tentu saja ia meminta si Pohon di hidupkan kembali."

Auriga tersenyum kearah Khandra dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh surai hitam milik gadis itu. "Kau salah, ia memutuskan untuk hidup bersama lelaki itu sebagai pohon. Dan sang Peri mengabulkan keinginannya. Ia mempersatukan keduanya, sehingga sang Pohon tidak jadi mati, dan bunga-bunga sakura kemudian bermekaran sebagai wujud penjelamaan mereka berdua."

Marrying Mr. SangajiWhere stories live. Discover now