Day One (2)

58 17 1
                                    

Setibanya di gazebo, Rizki langsung meletakkan barang-barang, lalu membantu Arfi menurunkan Rania perlahan.

"Lurusin kakimu." ucap Arfi sambil melepas sepatu Rania yang satunya.

"Arfi gak minum dulu ?" tanya Rizki.

"Nanti aja. Kamu jagain Rania, aku mau cari sie kesehatan." Arfi pun pergi.

Tanpa sepengetahuan Rizki, air mata mengalir di pipi Rania. Rania merasa beruntung memiliki teman sebaik Rizki dan Arfi. Tapi ia tak habis pikir bahwa Arfi akan begitu perhatian padanya. Ia harus membalas kebaikan Rizki dan Arfi suatu saat nanti. Disisi lain, ia juga merasa bersalah, karenanya Rizki dan Arfi tak bisa mengikuti kuliah lapangan selanjutnya.

Rizki terkejut melihat temannya meneteskan air mata. "Loh Rania kenapa ? Ada yang sakit lagi ?"

Rania mengusap pipinya. "Enggak apa-apa Riz. Aku senang punya teman sebaik kamu dan Arfi. Tapi gara-gara aku, kalian jadi gak bisa ikut kuliah lapangannya Pak Yanto."

"Gak apa-apa Ran. Gak usah nangis. Aku seneng kok bisa bantuin kamu. Peristiwa tadi juga gak ada yang tahu kalau akan terjadi di kamu. Udah ya, jangan sedih." Rizki mengusap lengan Rania mencoba memberikan ketenangan.

Tak lama kemudian Arfi datang bersama seorang mahasiswa dari sie kesehatan dan seorang asisten dosen. Segera mereka memberikan pertolongan pada kaki Rania.

***

Pukul 12.00 seluruh kegiatan kuliah lapangan di Pantai Drini telah selesai. Kini waktunya ishoma (istirahat, sholat, makan).

Rania melihat layar ponselnya, "Udah jam 12. Rizki sholat ?"

"Iya tapi mau ganti sandal dulu di bis." jawab Rizki.

"Aku ikut ya."

"Aku gendong lagi ya." tawar Arfi.

"Enggak enggak, aku bisa jalan pelan-pelan. Aku gak enak sama kamu dari tadi ngerepotin."

"Santai aja Ran. Lagian kamu yakin jalan sendiri ?" Arfi menunjuk rute jalan menuju ke tempat parkir. "Liat tuh jalannya, kamu turun tangga, trus lewat pasir-pasir, trus naik tangga lagi, trus jalan ke bis. Belum lagi jarak dari bis ke musholla lumayan buat yang kakinya sakit."

"Kamu ngejek aku ha ? Rasain nih rasain." Rania mencubit Arfi beberapa kali membuat Arfi mengaduh.

Rania menghentikan aksinya dan perlahan turun dari gazebo. "Tuhkan aku bisa berdiri."

"Udah gak sakit Ran ? Mending di gendong Arfi aja kalau masih sakit." tanya Rizki.

"Udah lumayan sih. Gak sesakit tadi." jawab Rania.

Akhirnya Rania berjalan pelan-pelan dengan dibantu Arfi. Sementara Rizki mengikuti dari belakang sambil membawa barang milik kedua temannya itu. Dengan sabar Arfi menuntun Rania hingga mereka tiba di tempat parkir bis. Mereka bertiga kini berada di depan bagasi bis yang telah terbuka. Rizki mengembalikan barang milik Arfi berupa buku catatan, pulpen, dan botol minum, serta sling bag milik Rania. Tak lupa keduanya mengucapkan terima kasih pada Rizki.

Mereka bertiga mengganti sepatu dengan sandal. Setelah itu mereka pergi ke musholla guna menunaikan sholat dhuhur. Selepas sholat dhuhur Arfi duduk santai di serambi musholla sembari menunggu Rizki dan Rania.

Tiba-tiba datanglah Reza bersama beberapa mahasiswa. "Fi sendiri aja. Rania mana ?"

"Masih sholat mungkin. Tadi sama Pak Yanto kuliah apa ?"

"Mengukur kemiringan lereng pakai theodolit."

"Yaahh sayang aku gak ikutan. Tapi kelompok 5 aman kan ? Ga ada masalah kan ?"

ARRA (END)Where stories live. Discover now