Day Two

42 12 2
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul 12.30 WIB. Kegiatan kuliah lapangan telah selesai. Kini waktunya para peserta KKL foto bersama para dosen. Setelah itu mereka bubar, tapi tidak dengan mahasiswa kelas A. Angga, Pengurus kelas A, mengajak teman-teman sekelasnya untuk foto bersama. Setelah itu para peserta KKL kembali menuju tempat parkir bis yang memerlukan waktu sekitar 30 menit berjalan kaki.

Kali ini Rania berjalan sendiri, ia terpisah dari teman-teman dekatnya. Sambil berjalan ia memvideo suasana sekitar. Suasana pemukiman pedesaan yang hening, tenang, tanpa hiruk pikuk. Ia sangat suka suasana seperti ini. Ditambah matahari yang bersinar terang, tanpa mendung yang menyelimuti langit.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dari arah belakang. Ia berjalan disamping Rania dan menyapanya, "Hai."

"Eh Reza. Sendirian aja ?" jawab Rania.

Reza menjawab dengan santai, "Enggak, sama kamu gini loh."

"Tapi tadi kan sendiri."

"Enggak, tadi sama Angga. Tapi dia mampir ke toko beli minum. Ya udah aku tinggal aja dia."

Rania tertawa kecil. "Nanti kalau dicari Angga gimana ?"

"Ya gak gimana-gimana. Nanti di bis juga ketemu lagi. Oh iya aku minta maaf soal yang kemarin."

"Yang di depan pintu ?"

"Iya. Maaf ya bercandaku kelewatan." Reza menghentikan langkahnya dan mengulurkan tangan kanannya.

Rania ikut berhenti dan menjabat tangan Reza. "Iya aku maafkan." Lalu keduanya tersenyum dan kembali berjalan.

"Eh Za habis ini kegiatannya ngapain ?" tanya Rania.

"Kembali ke penginapan, beres-beres, trus check out, trus ke Malioboro."

"Yahhh gak bisa tidur bentar donk di penginapan. Padahal pingin tidur siang. Capek banget rasanya."

"Tidurnya di bis aja."

"Ih gak enak tahu Za. Enakan di kasur. Mana sebelahku itu Arfi. Tahu gak Arfi kalau tidur gimana ?"

Mendengar nama Arfi membuat Reza merasa tidak nyaman. Ia seperti tidak suka jika Rania dekat dengan Arfi. Tapi ia berusaha menyembunyikan perasaan itu. "Enggak lah, kan kita beda bis." Jawab Reza tanpa melihat Rania.

"Ku kasih tahu ya. Dia tuh kalau tidur, kepalanya suka miring-miring sampe nyender di pundakku. Udah gitu baru aja nyender, tiba-tiba dia angkat lagi kepalanya. Kaget donk aku yang duduk samping dia." Kata Rania.

Reza mengalihkan pandangannya ke Rania. "Kamu duduk samping Arfi sejak dari Surabaya ?"

"Enggak, dari Surabaya sampai ke pantai itu random yang duduk disampingku. Jadi gonta-ganti karena memang kosong kursi di sebelah kiriku. Trus sejak dari pantai sampai hari ini itu Arfi yang ngisi."

Reza tidak memberikan tanggapan. Ia kembali melihat ke depan dan berkata dalam hati, aku tidak bisa mencegah Arfi supaya tidak berada di sampingmu. Tapi mampukah aku mencegah Arfi agar tidak sampai menempati hatimu ? Aku suka sama kamu, Rania.

Sebuah sentuhan di pundak kiri Reza membuat ia tersadar dan menoleh ke kiri. Ia menangkap sorot mata khawatir dari Rania. "Reza, are you okey ?" tanya Rania. Tapi Reza hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

Kini tak ada lagi obrolan diantara keduanya hingga mereka tiba di tempat parkir bus. Reza berjalan lebih dulu, ia ingin cepat-cepat masuk bus. Saat ia hendak masuk bus ada sebuah tangan yang menahan lengannya. Ia pun balik badan. "Ada apa Rania ?"

"Kamu bisa cerita ke aku kalau ada sesuatu. Aku bisa jadi pendengar yang baik. Siapa tahu dengan kamu cerita bisa sedikit mengangkat keresahan yang ada. Teman harus saling membantu." Kata Rania.

ARRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang