2

1.9K 119 9
                                    

Seungyoun bangun keesokan harinya. Sekelebat ingatan tentang persetubuhan yang semalam dia lalukan dengan Sejin terasa seperti mimpi basah paling realistis.

Seungyoun tahu pasti apa yang dia perbuat bersama Sejin, tapi di saat yang sama seperti dia tidak tahu pasti apa yang terjadi. Seungyoun tidak paham kenapa dia bisa memilih membawa Sejin ke rumahnya daripada memulangkannya, dia tidak ingat apa dia cukup lembut pada Sejin semalam -atau malah dia cukup kasar, dia tidak ingat apa dia pakai kondom atau tidak, dia juga tidak ingat apa yang dia lakukan setelah selesai berbuat dengan Sejin sebelum akhirnya tidur.

Sejin tertidur di sampingnya, di bawah satu selimut yang sama dengan Seungyoun. Lehernya dihiasi bekas hisapan yang membiru. Seungyoun duduk lalu melihat ke dalam selimut. Seungyoun lalu bisa menyimpulkan di antara mereka berdua tidak ada yang membersihkan diri dan Seungyoun bahkan tidak memakaikan Sejin baju dan membiarkannya telanjang di balik selimut semalaman.

Sejin mengeratkan selimutnya dalam tidur. Dia pasti kedinginan. Seungyoun beranjak dari ranjang dan membenarkan letak selimut supaya Sejin hangat. Lalu Seungyoun pergi mandi.

Seungyoun menyadari seberapa kacau kamarnya setelah dia selesai mandi dan berpakaian. Selimut Seungyoun terlihat berantakan dengan bercak cairan, dapat dipastikan ranjang pun tidak dibersihkan dari bekas kegiatan mereka semalam. Di sekitar ranjangnya juga berserakan pakaiannya yang sama terkotori dengan cairan. Pakaian Seungyoun masih dalam kategori aman, tapi celana Sejin adalah yang pakaian paling kotor di antara semua, kemejanya pun tidak kalah mengenaskan dengan beberapa kancing yang hilang entah kemana. Seungyoun mengumpulkan pakaian pakaian kotor itu dan memasukannya ke keranjang cucian untuk nanti dicuci sendiri.

Sejin duduk, mengagetkan Seungyoun yang sedang membereskan tas Sejin yang tergeletak begitu saja di lantai. Selimut melorot dari bahunya dan memperlihatkan bekas hisapan yang membiru. Seungyoun tidak tahu kapan pastinya Sejin terbangun. Saat ini Sejin menatap sekelilingnya dengan tatapan bingung.

"Ki-" Sejin berusaha bicara, tapi suara yang keluar hanya suara kecil yang tercekat.

Seungyoun segera mengambilkannya segelas air. Seungyoun lalu duduk di samping Sejin dan membantunya minum. Ketika Sejin selesai minum, Seungyoun mengambil gelas yang masih terisi air itu dan menaruhnya di meja terdekat.

Apa yang akan terjadi saat Sejin bangun, apa yang akan dia katakan pada Seungyoun saat dia tidak lagi dipengaruhi heatnya. Seungyoun gugup memikirkannya.

Sejin akhirnya bicara. "Kita di apartemenmu?" Tanyanya.

"Iya, ini apartemenku." Jawab Seungyoun.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Sejin.

Seungyoun melirik jam dinding, "Jam sembilan."

"Ya ampun!" Seru Sejin.

Seungyoun terkejut.

"Seungyoun, di mana tasku?"

Seungyoun segera mengambilkan tas Sejin.

Dari tasnya Sejin mengeluarkan strip obat yang tidak Seungyoun kenali. Sejin membuka dua butir dan langsung memasukannya ke mulut. Seungyoun mengambil gelas Sejin dan memberikannya pada Sejin untuk membantu menelan obat.

"Apa itu?" Tanya Seungyoun.

"Supresan." Jawab Sejin.

"Memang harus minum dua tablet?" Tanya Seungyoun lagi.

"Harusnya satu, tapi aku telat minumnya, jadi harus dua." Jelas Sejin.

"Lalu kenapa kau masih heat?" Seungyoun tidak bosan bertanya.

"Aku baru pakai merek ini seminggu, masih adaptasi, sepertinya." Sejin juga tidak bosan menjelaskan.

Sejin akhirnya bertanya, "Boleh aku ikut mandi?"

"Oh, iya! Iya! Boleh!" Jawab Seungyoun.

Seungyoun akhirnya meminjami Sejin handuk, memberinya sikat gigi baru dan mengambilkannya baju ganti -walaupun sudah jelas pakaian Seungyoun terlalu besar untuknya.

Sejin bertanya lagi, "Seungyoun, baju kotorku mana?"

"Ada di keranjang cucian, nanti aku cuci dulu." Jawab Seungyoun.

"Itu harus dicuci sekarang, kalau tidak pasti berbekas. Setidaknya celananya saja." Kata Sejin, agak malu malu.

"O-oh." Kata Seungyoun. Dia memberikan celana Sejin yang kotor dengan cairan pada pemiliknya.

Lalu Sejin menutup pintu kamar mandi.

Seungyoun akhirnya mulai membereskan ranjangnya, banyak bekas cairan yang harus dibersihkan sebelum berbekas. Sejin benar bahwa cairan hasil persetubuhan mereka pasti akan jadi noda yang sulit dihilangkan kalau tidak cepat dibersihkan. Untungnya Seungyoun punya mesin cuci sendiri. Sambil menunggu cucian terakhirnya selesai Seungyoun membuat sarapan yang sederhana -hanya telur yang akan dimakan dengan roti.

Tiba tiba Seungyoun merasakan sepasang tangan di pinggangnya.

"Sejin?"

"Iya." Jawab Sejin. Dia menyandarkan kepalanya di punggung Seungyoun. "Teruskan memasaknya. Aku cuma mau bilang terimakasih semalam."

Seungyoun mematikan kompor, telur di atas wajan tidak perlu waktu terlalu lama dan api terlalu besar untuk matang, bahkan setengah matang pun telur sudah enak dimakan.

Seungyoun berbalik menghadap Sejin dan memeluknya.

Seungyoun merasa lega, entah mengapa kata terimakasih dari Sejin membuat dadanya terasa ringan.

"Kapan kapan aku boleh minta tolong lagi?" Tanya Sejin.

"Selalu," Seungyoun mengeratkan pelukannya, "Tentu saja kau bisa minta tolong kapan pun, aku akan selalu membantu."

Keputusan yang diputuskan hanya dengan insting memiliki peluang besar menjadi penyesalan -tidak! Semua keputusan pun memiliki peluang menjadi penyesalan. Seungyoun lega keputusan Sejin minta bantuan padanya tidak menjadi penyesalan bagi Sejin.

"Seungyoun, sepertinya kau sangat terpengaruh heatku, ya?"

musim semiWhere stories live. Discover now