Vinculum Fide - 💍

6.7K 385 35
                                    

Romance/Hurt/Toxic Relationship! Teenager

Disclaimer: Karya fiksi ini murni milik saya. Beberapa nama di dalamnya digunakan untuk kepentingan entertainment, dan tokoh-tokoh yang digunakan bukan hak cipta milik saya.

.

.

.

Di ujung tangga tergerai permadani merah nan megah. Kain renda putih tersulur rapih dengan buket mawar terpasang di setiap pegangan tangga. Tebaran kelopak mawar mengiringi setiap langkah, satu demi satu anak tangga dilaluinya. Gema lonceng turut berpadu jua dengan seruan sukacita bak pelengkap senandung degup jantungnya yang kian meningkat.

Ketika penghujung undakan tangga di depannya sudah berakhir, pintu mahagoni berlapiskan cat putih terbuka lebar. Untaian karpet merah masih membentang panjang menuju perhentian akhir. Dimana perhentian yg menjadi awal baginya mengikat rasa dan raga ke pelabuhan hidup berikutnya.

Renjun menarik napasnya dalam-dalam kala menjejakkan kaki pertama. Rasanya terlalu luar biasa sesak, bahagia memenuhi seluruh rongga pernapasannya. Perasaan berkecamuk hebat dalam suka, bagai tabuhan gendang menalu-nalu hati.

Antara gugup & rasa membuncah berperang dalam diri Renjun.

"Ha... hfyuh~ why i feel like i'm going to explode?" gumam Renjun rendah menatap buket bunga yang dipegangnya erat. Selepas itu ia meneguhkan hati yang meletup-letup, kepalanya terangkat memandang altar sakral di depan.

Dan entah bagaimana kontak mata Renjun langsung tertambat menatap lurus pria kokoh dgn balutan tuxedo putih di sana. Jalinan batin tak kasat mata terpancar mengusung senyum pada keduanya. Bahkan dibalik tudung putih yg menutupi wajah Renjun. Sorot bahagia itu saling tercurahkan.

Di hari paling indah dalam 24 tahun Renjun berada di dunia.

Jeno Lee, bukanlah sosok yg dibilang sulit untuk digapai. Bisa dikatakan bahkan mereka bukan apa-apa hingga sekarang bisa memadu kasih. Baik Jeno ataupun Renjun, keduanya pernah menjadi orang asing untuk beberapa waktu.

Menilik fragmen masa lalu yang berakhir indah. Renjun pikir ruang studionya biasa siaran memang membatasi geraknya dalam bersosialisasi. Dibalik microphone-lah, suara Renjun berkeliling Seoul, hanya suaranya. Selain itu yang ia tahu di dalam radio, hanya dengan rekannya sesama penyiar melantunkan lagu, berbagi membaca surat penggemar dan saling berbincang.

Tidak ada lagi selain itu semua. Untuk berinteraksi dengan teman semasa sekolah secara tatap muka juga tidak sempat. Masa sekolahnya dihabiskan di Jepang, Negara asal sang Ayah.

Lalu bagaimana dunia yang membentang luas mempertemukannya dengan Jeno?

Ribuan bahkan bisa saja jutaan surat telah ia bacakan di radio. Namun pada malam ke-7 di akhir pekan bulan Desember, malamnya tidak istimewa masih seperti biasa. Bintang-bintang juga tumben sekali tidak memenuhi tirai gelap di malam ini. Tapi salah satu surat pendengar menarik perhatiannya kala itu.

Akdong Seoul tbs-R eFM, radio tempat Renjun bekerja lebih sering menerima surat dalam bentuk kiriman surat elektronik, hanya beberapa surat yang dapat dihitung dengan ke-20 jari di tubuh dikirim menggunakan pos biasa.

Dan surat itu salah satunya.

Tertulis dengan guratan bolpoin hitam yang apik. Renjun sempat berpikir bahwa surat itu dikirim oleh seorang pegawai kantoran yang menjabat sebagai sekretaris karena saking rapihnya. Tapi ternyata bukan.

✔ Orchestra (NoRen Oneshot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang