Teratai Kecil dalam Sangkar - 🍀

2.3K 174 0
                                    

Romance/Historical! Teenager

Disclaimer: Karya fiksi ini murni milik saya. Beberapa nama di dalamnya digunakan untuk kepentingan entertainment, dan tokoh-tokoh yang digunakan bukan hak cipta milik saya.

.

.

.

Di bawah teduhnya sang mentari yang mulai turun dari cakrawala, mereka kembali bertemu.

Bukan sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Tetapi menyebutnya sengaja pun tidak benar juga. Terlebih tawa kecil tertahan keduanya terus terdengar tiap kali bertatapan.

Pangeran bahkan lupa sejenak, bagaimana ia bisa mengelabui para dayangnya untuk tidak mengikutinya terus. Alih-alih perpustakaan pribadi yang ia kunjungi, Jeno memilih perpustakaan umum kerajaan.

"Aku tau perpustakaanku sangat lengkap tapi aku ingin menemukan sudut pandang berbeda untuk pengetahuanku," katanya di kala dayang utama terus menatapnya gelisah.

"Tapi Yang Mulia, a—apa perlu kami mengosongkan areanya untuk anda?"

"Kurasa itu juga tidak perlu, tidak ada penghuni istana yang mengunjungi perpustakaan menjelang malam seperti ini kan?"

"Benar, Yang Mulia tapi ...,"

"Kalian tidak usah khawatir, aku masih berada di kawasan istana dalam, tidak akan ada apa-apa," putus pangeran final sembari mempersilakan para dayangnya menunggu di lorong istana yang berhubungan langsung dengan perpustakaan umum.

Jeno berbalik dengan senyum kemenangan di wajahnya. Ia tahu sama seperti waktu itu, dia menghabiskan membaca satu buku di sore menjelang malam. Di sudut perpustakaan umum sendirian.

Kehadirannya mungkin sudah tak lagi mengganggu. Sebab senyum itu terukir di wajahnya ketika kedatangan Jeno tiba-tiba di hadapannya.

"Mitos Yang Mulia bebal dan penasaran itu benar ada di setiap keturunan ya." dia berucap jahil sambil mendelik pada Jeno yang tengah cengegesan.

Tak seperti pribadi wibawa dan santun yang biasa Jeno tampilkan di depan seluruh orang. Jeno lebih seperti pemuda biasa yang senang bermain dengan teman sebaya.

"Tapi dengan bebal itu, aku dapat menemuimu lagi ... di sini."

"Memangnya aku mau bertemu denganmu pangeran?"

"Kau tidak mau? Hm baiklah aku akan kembali saja." Jeno membalikkan badan dan mulai jalan perlahan.

"Tentu a—aku mau ...pangeran," cicitnya sembari menahan ujung pakaian Jeno. Ia bergegas melepasnya dan menundukkan kepala. "M—maaf."

"Jeno."

"Hah?"

"Jeno, Renjun. Waktu itu sudah kubilang untuk memanggilku Jeno saja di saat kita berdua." Badan Jeno kembali menghadap dia, Renjun. Sudut bibirnya terangkat kecil menemukan Renjun dengan gelagat malu tapi ragu yang menggemaskan.

"Aku senang kau tidak menghindar kalau aku akan selalu ke sini tiap dirimu membaca buku."

Renjun terkekeh ringan, "mungkin aku ingin menghindarimu tapi aku tidak bisa menolak godaan untuk membaca buku setiap senja."

"Jeno tau kan, aku tidak bisa mendatangi perpustakaan lain, selain perpustakaan istana ini." Renjun mengambil beberapa gulungan yang sempat ditaruhnya asal di rak buku. Kedatangan Jeno tadi hampir membuatnya lari, jika ia tidak lupa kalau dayang Jeno juga ada di sekitaran lorong dekat perpustakaan.

✔ Orchestra (NoRen Oneshot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang