15. Outro : Tear

1.4K 171 15
                                    

Mohon Vote Sebelum Maupun Setelah Membaca. Terimakasih Sudah menjadi Bagian Dari Cerita Ini! Selamat Membaca! Borahae Yeorobun 💜✨

Suara deruan ombak dan kilauan sinar matahari yang menembus kaca membuat kesadaranku perlahan kembali.
Yoongi membisikan nafas beratnya menyapa daun telingaku, membuat aku terpaksa sadar sepenuhnya.

Aku mengelilingi sekitar menggunakan mataku dan mendapati Yoongi yang masih tertidur sambil memelukku diatas kasur.
Aku melepas lingkar tangannya dan langsung beranjak untuk melihat kondisi wajahku di kaca.
Sesuai dugaan, wajahku membengkak akibat tangisanku yang tak kunjung terhenti semalam.
.
.
Setelah selesai mandi dan berpakaian. Aku menaruh rapih baju-baju yang seharusnya akan ku pakai selama 2 hari kedepan ke dalam koper. Karena Tidak ada alasan untuk menetap di Jeju lebih lama. Tepatnya sudah tidak ada lagi.

"Kau sudah bangun?" Kata Yoongi masih mencoba membuka matanya.

"Bangunlah, sarapan lalu antar aku pulang." Nada bicaraku yang datar sedikit membuat raut wajah Yoongi mengendur, memangnya apa yang dia harapkan? Memangnya aku bisa kembali riang setelah kejadian semalam?

Tapi melihat raut wajah bersalahnya kini membuatku berfikir bahwa dia melepasku karena memang itu adalah yang terbaik. Entah apa alasannya. Aku tetap ingin berfikir bahwa dia mengambil keputusan ini demi kebaikan diriku. Walaupun tidak bisa dipungkiri hatiku masih terasa perih hingga detik ini. Tapi sungguh aku tidak bisa membencinya. Dan tidak ingin membencinya. Aku hanya bisa mencintainya.

"Hei tuan Min Yoongi, aku harus bekerja. Bangunlah pemalas!" Aku harus membunuh perasaan sedihku dan mencoba ceria untuk membuatnya berhenti merasa bersalah.
Tapi itu tidak merubah apapun dari hati Yoongi yang masih saja menunjukkan rasa bersalah yang teramat dalam. Dia berjalan ke kamar mandi tanpa nyawa di raganya.
.
.
.
Setelah selesai berkemas kami langsung pergi menuju bandara.
Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam melihat pemandangan dari jendela taxi di masing-masing sisi.  Setelah sampaipun kami hanya saling membalas tatapan canggung lalu membuangnya, berulang seperti itu hingga benar-benar sampai ke gate tujuan.

Kami berjalan masuk ke dalam, mendorong koper masing-masing melewati metal detector dan juga petugas bandara. Setelah Check In kami berjalan lagi ke arah Boarding Room untuk menunggu waktu pemberangkatan kami yang sudah tidak lama lagi. Tapi tiba-tiba Yoongi terhenti sesaat sebelum aku menyerahkan passport untuk di periksa petugas.

"Ada apa?" Tanyaku heran melihat Yoongi yang mematung di dekat pintu kaca itu.

"Aku hanya bisa mengantar sampai sini."

"Apa?"

Sekali lagi raut wajahnya seperti ingin menangis. Oh tuhan aku sungguh tidak suka melihatnya bersedih. "Aku sudah berjanji pada ayahku untuk segera berangkat begitu urusanku di Jeju sudah selesai. Gate ku bukan disini."

Aku pikir. Sejauh mana dia akan membuatku terluka? Ternyata inilah akhirnya.
Akhirnya aku semakin terluka.
Terluka lebih dalam.
"Jangan khawatir aku tidak akan menangis lagi. Jangan melihatku seperti itu!" Kataku menarik segenap kekuatan otot pipiku keatas.

"Maaf" dia berkata lemah membalas sendu senyumku, dan bergerak maju membuka lengannya
lalu memelukku.

"Yak! Aku tidak ingin pelukan persahabatan! Cium aku jika kau mau!" aku sedikit memberontak di dalam pelukan yang sebenarnya sampai kapanpun tak ingin kulepaskan.
Dia tampak tak bergeming dan tetap memelukku erat. Tapi menit berikutnya, dia menangkup wajahku mendongak pada wajahnya dan menciumku dalam pelukkannya. Mataku bergetar dengan susah payah menahan semua rasa sedih dan air mata yang memberontak keluar. Tapi aku malah membiarkannya menciumku dengan kelembutannya yang semakin menggerogoti hatiku.

DAEGU'S TRIANGLE (MYGxYOUxKTH) •ENDING•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang