15

1.2K 258 18
                                    

Hari selanjutnya berjalan baik-baik saja. Tidak ada gangguan dari Brian atau antek-anteknya. Mungkin Brian sedang merencanakan sesuatu yang luar biasa? Entahlah, Seungyoun dan keluarga sama sekali tidak peduli.

Dohyon juga sudah kembali sekolah dan ceria kembali. Wonyoung sangat bersyukur.

"Hari ini lo pulang jam berapa?" tanya Dohyon.

"Jam 2." jawab Wonyoung. "Lo?"

"Sore. Ada rapat OSIS. Lo pulang duluan aja, nggak usah nungguin." balas Dohyon.

Wonyoung mengangguk. "Oke!"

Ketika hendak menaiki tangga menuju lantai 2, Wonyoung dan Dohyon berpapasan dengan Junho. Mereka berdua mematung.

"Wonyoung," panggil Junho.

"Hai Kak. Duluan ya." kata Wonyoung lalu menarik tangan Dohyon untuk cepat naik ke lantai atas.

Jujur. Sampai detik ini sulit untuk menerima fakta kalau Dohyon dan Junho.... punya ikatan darah?

"Lo ngejauhin Junho?" tanya Dohyon.

"Gimana mungkin gue pacaran sama Abangnya sodara gue sendiri?" jawab Wonyoung.

Dohyon menundukkan kepalanya. "Maafin gue. Semuaㅡ"

"Bukan salah lo. It's okay. Easy come, easy go." balas Wonyoung.


Wonyoung sedari tadi sudah sampai di rumah. Di rumah hanya ada Bibi, karena Seungyoun pergi bekerja dan Seulgi juga sedang pergi mengunjungi acara ulang tahun temannya.

Karena bosan, Wonyoung memilih untuk menonton televisi di ruang tamu, ditemani oleh Xing Fu Tang kesukaannya.

Tiba-tiba bel rumah Wonyoung berdering.

"Wonyoung aja yang buka, Bi!" teriak Wonyoung dari ruang tamu kepada Bibi yang berada di dapur.

Wonyoung jadi cemas. Semoga saja yang datang bukan Om Brian. Atau ajudannya. Atau pengacaranya.

Wonyoung membukakan pintu dan melihat Cha Junho di sana. Ternyata... anaknya Om Brian.

"Kak Junho?" tanya Wonyoung dengan wajah heran. Panik sih ada. "Ngapain ke sini?"

"Aku mau minta maaf ke kamu." kata Junho. "Semenjak malam itu, kamu ngejauhin aku. Kamu pasti ilfil sama aku."


Wonyoung menundukkan kepalanya. Jujur............ dia tidak tega menghindari Junho terus-terusan. Tapi itu adalah cara terbaik untuk Wonyoung agar bisa menghilangkan semua perasaannya kepada Junho.


"Kak, maafin aku yang udah ngehindar gak jelas dari Kak Junho. Kak Junho nggak salah apa-apa. Tapi aku gak bisa terus-terusan suka sama Kak Junho." kata Wonyoung.

"Kenapa?" tanya Junho.

Karena Kak Junho adalah abangnya Dohyon. Sesimple itu.



"Personal reason, Kak. Maaf aku nggak bisa bilang. Tapi cepat atau lambat Kak Junho pasti akan tau kenapa." balas Wonyoung.

Junho menundukkan kepalanya lalu ia mengangguk. "Iya, gak papa."

"Makasih Kak udah jadi teman deket aku selama ini. Makasih juga udah suka sama aku. Sejujurnya, aku juga suka sama Kak Junho. Tapi aku gak bisa..." balas Wonyoung.

Junho menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Iya."

"Tapi... kita masih bisa temenan kan?" tanya Junho.

Wonyoung mengangguk sambil tersenyum lebar. "Pasti!"

Tiba-tiba ponsel Junho berdering. Ia langsung mengangkat telfonnya ketika tau itu telfon dari Sowon.

"Halo, Ma? Iya ini aku lagi mampir ke rumah Wonyoung bentar." kata Junho.

Sedetik kemudian air muka Junho berubah. Tiba-tiba saja ponsel yang ia genggam dan ia tautkan di telinga terjatuh dan berhasil membuat Wonyoung terkejut.

"Kak Junho?" panggil Wonyoung.

Junho tak bereaksi sama sekali. Wonyoung mengambil ponsel Junho yang terjatuh, lalu ia mengguncangkan bahu Junho untuk menyadarkan pria itu.

"Kak Junho kenapa?!" tanya Wonyoung sembari mengguncangkan bahu Junho.







"Papa..."

"Om Brian kenapa????????"



"Papa......"


"Iya Kak, Om Brian kenapa??? Cerita sama aku!"





"Papa meninggal."



"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
growing up ㅡ wonyoung,dohyon ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon