18

1.3K 238 12
                                    

Wonyoung hanya termenung sambil duduk di teras kontrakan. Sudah dua minggu Wonyoung hidup seperti ini. Rasanya semua ini masih seperti mimpi. Hidup Wonyoung berubah drastis.

Angan-angannya untuk liburan ke luar negeri hancur berkeping-keping. Boro-boro liburan, yang Wonyoung lakukan di rumah hanyalah membantu Seulgi membersihkan rumah. Benar-benar bukan Wonyoung.

Wonyoung merindukan kehidupan lamanya. Ia rindu kamar tidurnya. Ia rindu teman-temannya. Ia rindu minum Xing Fu Tang. Ia rindu Bibi dan Pak Eko. Pokoknya semuanya.

Karena perubahan dalam hidupnya ini membuat Wonyoung jadi minder untuk membuka sosial medianya. Mungkin sekarang Yujin, Lami, dan Jiheon mengirimkan pesan bertubi-tubi kepada Wonyoung. Dan karena itu juga Wonyoung hampir lupa kalau besok ia sudah masuk sekolah.

"Permisi," tiba-tiba seorang pria turun dari sepeda dan menghampiri Wonyoung.

"Eh, iya? Cari siapa Mas?" tanya Wonyoung balik ketika sadar dari lamunannya.

"Ah, ini. Aku tetangga sebelah mau nganter bolu kukus. Bunda bikin bolu kukus, karena kebanyakan, jadinya mau dibagi deh. Diterima ya." kata pria itu sambil memberikan sebuah kotak berukuran sedang kepada Wonyoung.

"Waaah, makasih ya Mas. Baik banget!" balas Wonyoung. "Bentar ya, aku pindahin ke piring dulu. Biar kotaknya langsung dibalikin."

Pria itu mengangguk lalu tersenyum lebar sampai menunjukan behelnya. Tak lama kemudian Wonyoung sudah kembali dengan kotak yang sudah kosong.

"Ini ya Mas kotaknya. Sekali lagi makasih." kata Wonyoung. "Ngomong-ngomong kenalin, aku Jang Wonyoung." kata Wonyoung sambil menyodorkan telapak tangannya.

"Jeon Doyum, panggil aja Doyum." kata Doyum sambil menerima uluran tangan Wonyoung.

"Oke, Mas Doyum." balas Wonyoung.

Doyum tertawa pelan. "Jangan panggil Mas lah, paling aku cuma beda berapa tahun sama kamu."

"Oke, Kak Doyum kalau gitu." balas Wonyoung lagi.

"Omong-omong kamu kelas berapa? Sekolah di mana?" tanya Doyum.

"Kelas 1 SMA, Kak. Sekolahnya di Sky High School." jawab Wonyoung.

Doyum terlihat terkejut untuk beberapa detik. "Wow, itu sekolah yang elite banget kan? Keren!"

Wonyoung tersenyum tipis. "Tapi kayaknya kelas 2 SMA nanti aku pindah sekolah, deh."

"Loh? Kenapa?" tanya Doyum.

Wonyoung menghela napasnya. "Keluargaku kan udah gak sekaya kemarin, ya mau gak mau aku juga pindah sekolah."

Doyum mengangguk paham. Keliatan sih, Wonyoung itu muka-muka cewek orang kaya. Ternyata gitu toh...

"Eh maaf ya Kak Doyum, aku jadi curhat hehehe." ucap Wonyoung.

"Gak papa." balas Doyum. "Kalo kamu butuh temen, kamu dateng aja ke rumahku. Pas banget di sebelah kamu."

"Makasih yaaa Kak Doyum!"

Pada pukul 5 pagi, Wonyoung dan Dohyon sudah dibangunkan oleh Seulgi untuk segera mandi karena mereka akan berangkat sekolah. Kenapa sepagi itu? Karena jarak dari kontrakan mereka ke sekolah cukup jauh, apalagi tidak ada mobil. Dan lagi pula, Wonyoung dan Dohyon harus memakai kamar mandi bergantian.

Setelah mandi, memakai seragam sekolah, dan sarapan, Wonyoung dan Dohyon langsung pamit untuk pergi sekolah. Mereka harus jalan kaki 2 kilometer untuk sampai ke halte bus yang akan membawa mereka ke sekolah mereka.

growing up ㅡ wonyoung,dohyon ✓Where stories live. Discover now