Vol. 27

57 7 0
                                    

Happy Reading guys💜

Don't forget give your vote and comment 💜

I'm sorry kalau ada yang typo😔
Karena idlrval just human biasa yang penuh dosa dan tempatnya salah😣

Love you~

🥀🥀🥀

Hari ini adalah dimana hari Liova harus kembali ke Vancouver, Kanada. Jadi ia bangun lebih awal dan menyiapkan segala keperluannya disana. Tidak lupa juga ia ikut menyiapkan keperluan Revan.

Karena cowok itu memutuskan untuk mengikuti Liova kemana saja. Walaupun harus ke Kanada yang jauh tempatnya.

Soal Hana, ia tidak sendirian. Yara sudah ditugaskan untuk menemaninya selama 3 hari kepergian Revan ke Vancouver. Bahkan Milano dan Hakim ikut menginap setiap malam agar rumahnya tidak sepi.

Sedangkan Fattah, ia tidak dapat menginap dikarenakan persiapan pernikahannya yang sudah didepan mata. Jadi ia hanya menyempatkan untuk mampir.

Setelah penyiapan yang cukup panjang, akhirnya disinilah mereka. Revan dan Liova sudah diatas awan. Duduk di sofa ternyaman yang ada di kabin itu.

Liova yang duduk dekat jendela, tak henti memandang ke arah awan putih yang ada disampingnya. Hari masih pagi, jadi awan masih menutupi langit.

Revan sengaja mengambil jadwal penerbangan di pagi hari karena waktu malam mereka dapat memanfaatkan untuk istirahat.

“Kamu gak mau tidur?” tanya Revan yang sedang membaca majalah yang tersedia disana. Liova menggeleng kemudian ia menyandarkan kepalanya di pundak Revan.

“Tidurnya dirumah aja.” balas Liova yang membuat Revan tersenyum. Ia menutup majalahnya, hal itu membuat Liova mendongak untuk menatapnya.

“Aku pengen.”

Liova mengernyit bingung. “Pengen? Pengen apa?”

Your lips.”

Liova tidak dapat menahan senyumnya.

“Ngapain pake tanya segala sih? Bikin malu aja.” ucap Liova menahan malu. Akhirnya ia membuang mukanya ke arah samping. Revan mendengus geli.

“Jadi aku gak perlu nanya?” goda Revan. Liova menghela napas.

Revan membulatkan matanya karena tiba-tiba Liova mendekatkan wajahnya ke arahnya. Bahkan ia tersenyum miring. Terlihat sangat menggoda iman Revan.

Are you sure?” tanya Revan lagi memastikan. Liova tidak menjawab, ia malah menutup matanya. Hal itu semakin membuat Revan merasa diizinkan.

Revan tersenyum lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Liova agar bibir mereka dapat melepas rindu.

“Permisi, makan siangnya, Tuan, Nyonya.”

Liova refleks mendorong tubuh Revan menjauh darinya dengan kedua matanya yang membulat kaget. Begitu juga dengan Revan.

Bedanya ia melotot dengan mulutnya yang sudah manyun manja.

Universe✓ REVISIWhere stories live. Discover now