39 | Geram

80.9K 4.3K 167
                                    

Akhir yang indah untuk kisah yang bahkan belum dimulai.

***

Entah sejak kapan, Titan tidak pernah merasakan perasaan ini. Satu hari saat melihat kematian mamanya tepat di depan matanya sendiri, maka mulai saat itu juga, seorang Galaksi Titan Supernova memutuskan mematikan perasaannya.

Memilih untuk mengakhiri kebahagiaan dan menaruh jiwanya dalam kegelapan. Selama bertahun-tahun, hingga datang pelitanya. Rasi. Mungkin terdengar berlebihan kalau ia menyebutkan Rasi berhasil membawanya kembali dari keterpurukan.

Tapi memang benar itu nyatanya. Cowok itu sedikit menyesal mengapa ia tidak mengenali gadis secantik Rasi sedari awal. Namun tak pelik, Titan tetap mensyukuri Rasi tetap berada di sisinya. Sampai saat ini.

Dan hari ini Titan sungguh sangat banyak tertawa. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan sahabat sehidup sematinya, Slamet. Mungkin banyak yang menganggap sahabatnya yang satu itu adalah mantan pasien rumah sakit jiwa.

Dan jika ada yang bilang seperti itu, maka Titan akan dengan senang hati menjawab 'YA'. Slamet memang benar-benar sudah tidak waras.

Meminum minuman datang bulan milik Mila bukanlah hal waras yang dilakukan anak-anak Rajawali, atau setidaknya lelaki berotot seperti Slamet. Dan hal itu sontak membuat cowok itu ditertawakan satu kelas termasuk Titan sendiri. Gelak tawa yang sangat jarang Titan tampilkan bahkan saat dirinya bisa dengan bangga menguasai 20 bahasa negara lain saat dirinya masih SMA.

Lagi. Titan memutuskan untuk membolos pelajaran hari ini. Bukan ke rooftoop sekolah. Namun pandangannya lebih tertarik saat melihat Rasi yang sepertinya terburu-buru. Keningnya berkerut saat melihat gadis kecil itu menyalip di antara kerumunan siswa siswi yang ramai pada jam istirahat.

Namun tunggu dulu, matanya mulai menyipit. Melihat seseorang yang kini menghampiri gadisnya. Atau lebih tepatnya tatapan itu sekarang digantikan dengan suara geraman tertahan yang keluar dari mulut cowok itu.

Tak menyia-nyiakan waktu. Titan memilih untuk menghampiri mereka. Atau lebih tepatnya berniat untuk menonjok lelaki yang sudah dengan berani mendekati gadisnya.

"Sana pergi!" Banyak yang tidak tahu saat Titan mengucapkan dua kata itu, Titan mati-matian menahan kepalan tangannya agar tidak mendarat tepat di rahang lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

Titan mendengkus sebal. Melihat gadisnya sekarang malah menatap Prince tidak enak membuatnya makin berkeinginan untuk membuat wajah lelaki itu babak belur saat ini.

Namun sayang, belum sempat melakukannya, Prince keburu pergi dan sepertinya Titan harus menahan emosinya untuk yang kesekian kalinya lagi.

Mengabaikan emosinya yang tak tersalurkan, untuk beberapa saat kemudian, Titan kembali tergelak. Berhasil menggoda gadisnya. Hal yang paling ia hindari bahkan tak pernah terbayangkan pernah ia lakukan namun sekarang malah ia dengan senang hati membuat wajah gadis itu memerah padam.

Lelaki itu semakin terbahak saat mendapati Rasi yang kini malah melangkahkan kakinya menjauh, meski begitu, Titan menganggap hal yang dilakukan gadis itu hanyalah kesia-siaan semata. Karena memang ia sempat melihat wajah Rasi yang memerah tadi.

Lagi. Melihat gadis itu mengengok ke kanan dan ke kiri dengan arah kucir rambut yang mengiringi di depan gerbang SMA Persada membuat Titan tersenyum kecil. Pemandangan sederhana yang ingin ia lihat terus bahkan hingga ia menua nanti.

Tetapi secara tiba-tiba, pandangan Titan sedikit menyipit. Dilihatnya gadis itu melangkah, bersamaan dengan sebuah sedan hitam dari arah berlawanan membuat jantungnya spontan berdegup kencang. Matanya membulat tajam, melirik gadis itu tetap saja melangkah maju.

TITAN: What's The Beginning ✔Where stories live. Discover now