Ini Reyna - ana

10 2 0
                                    

Ini kedua kalinya kita pindah rumah. Kata ibu, pekerjaan ayah memang harus pindah-pindah setiap 5 tahun kerja. Pertama kali pindah rumah, aku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Kali ini, kita pindah rumah ketika aku mau masuk sekolah menengah pertama.

Ayah membeli rumah cukup besar kali ini. Halamannya begitu luas, didalam halamannya ada dua rumah . rumah didepan adalah rumah keluarga, dan rumah di belakang adalah rumah untuk anak buah ayah.

Ayah adalah seorang pengusaha, yang selalu memperhatikan anak buahnya, kata ayah lebih baik diawasi dari jarak dekat, agar bisa kerja sesuai yang ayah mau.

Aku membongkar barang-barangku, ku tata semua foto-foto diatas meja dan juga ada beberapa yang ku gantung di dinding kamar.

" ini foto siapa? " gumamku. Anak laki-laki berkulit putih, sedang menggandengku dalam foto itu. Ketika aku sedang berpikir keras, ibu memanggilku untuk makan siang.

Aku bergegas menuruni anak tangga sambil memegang foto ditangan kananku.

" ibu, ini foto ana sama siapa ya? " tanyaku pada ibu, sambil menunjukkan foto yang ada di tanganku.

" itu teman dekat kamu dari TK, Namanya Chan. Mamanya chan dan ibu adalah teman baik sejak sekolah dulu. Kita juga sempat tetanggaan sama mereka, kalian setiap hari main bareng kok, waktu chan dan keluarganya pindah, kamu nangis gak berhenti, ibu sama ayah sampai bingung mau ngebujuk kamu pakai apa. Karna kamu cuman mau main sama chan. " jawab ibu menceritakan masa kecilku yang aku sendiripun tidak mengingatnya. Aku terus melihat foto itu, tapi aku sama sekali tidak mengingatnya.

Sore ini benar benar melelahkan.

Seperti biasa, aku harus mengikuti beberapa kelas seusai sekolah. Bukan karena aku tidak pintar, hanya saja aku belum menemukan minat dalam hal belajar. Pikirku masa sekolah menengah pertama, masaku untuk menikmati masa kecil yang belum usai.

Ibu selalu bilang, bahwa aku tidak akan menjadi orang yang sukses jika tidak berusaha dari sekarang. Tapi aku benar-benar tidak memiliki minat dalam hal belajar.

Satu-satunya minat yang aku dapatkan dari awal masuk sekolah hanyalah olahraga.

Ya, aku sangat menyukai olahraga bola volley.

Pada saat mengisi formulir kegiatan yang akan dilakukan selama sekolah, aku mengisinya dengan tidak serius, aku memilih olahraga bola volley juga bukan dengan serius. Tapi ketika aku memulainya aku menjadi sangat menyukainya

masa-masa sekolah menengah pertama kulewati dengan santai. Tidak terlalu banyak memberikan kenangan. Aku mendapatkan teman dekat bernama Yuna, dia siswa yang pintar, cantik dan tidak sombong. Dibandingkan denganku Yuna sangat feminim. Kegiatan yang yuna lakukan disekolah selain belajar adalah teater..

Yuna sangat menyukai seni. Cocok sekali dengan pribadi dirinya.

2 tahun sudah aku berada di sekolah ini. Kenaikan kelas 3 sudah di depan mata.

Yuna belajar hampir setiap hari, aku kesepian, tidak punya teman untuk diajak bermain lagi.

Anggota volley juga banyak yang sedang mempersiapkan ujian akhir sekolah dan ujian kenaikan kelas.

Hanya aku saja yang tidak menganggap hal itu serius.

Setiap sore setelah pulang sekolah, aku akan berlatih bersama couchku disekolah. Walaupun tim yang lain tidak hadir aku tetap rajin melakukan latihan.

Sekolah kami sudah beberapa kali memenangkan juara 1 di pertandingan Nasional. Dan aku adalah salah satu harapan pada timku.

Ibu selalu saja marah-marah karena aku tidak begitu serius dalam pelajaran, aku memang tidak mendapatkan peringkat terakhir didalam ujian, tapi ibu juga ingin anaknya menjadi seperti Yuna yang bisa dibanggakan.

Ayah tidak terlalu memaksakannya, ayah selalu bilang " Tekuni apa yang kamu minati, karena itu akan membawa kamu ke dunia yang kamu inginkan. "

Ujian kenaikan kelas pun telah usai. Pembagian kelas untuk kelas 3 sudah di umumkan. Karena kelas 3 adalah kelas ujian, maka setiap murid berprestasi akan dijadikan dalam satu kelas. Yaitu kelas 3-A.

Tahun terakhir di sekolah, aku tidak bisa lagi duduk dengan Yuna, karena dia sudah masuk di kelas 3-A. 

MOMENTWhere stories live. Discover now