DIMENSI LAIN 3

640 47 1
                                    

"Tami, dimana Andre?" tanya Erin.

Dan baru saja aku menyadarinya kalau Andre sudah tak bersama ku lagi. Di mana dia? Apa kami terpisah saat berjalan tadi? Tapi di mana dia sekarang?

"Astaga, di mana dia?" ucapku.

Tak lama ayahku muncul. Tapi ia tak sendiri, ia bersama dengan kepala sekolah. Mereka terlihat sangat bahagia. Mereka tertawa bersama, saling merangkul satu sama lain. Atau mereka sudah berbaikan?

"Ayah..." teriakku. Lalu ayah melihat ke arahku. Dan bergegas berjalan le arahku.

"Ada apa? Ehh Ibumu sudah ketemu?" tanya nya. Entah yang mana yang akan aku jawab terlebih dahulu.

"Iya, aku telah menemukannya. Tapi ada hal lain yang tak kalah penting." ucapku.

"Andre hilang." sambungku.

"Bagaimana bisa? Ayah kan tadi sudah bilang pantangannya." respon ayah dengan nada yang kaget luar biasa.

"Dimana terakhir kali kau melihat Andre?" tanya kepala sekolah khawatir. Bagaimana dia tidak khawatir? Andre adalah anak semata wayangnya dan sekarang Andre hilang.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau dia akan hilang." aku hanya terus meminta maaf.

"Sebenarnya tadi saat aku menemukan ibu, aku memang sudah tidak memperhatikan Andre. Tapi....."
.
.
.
Flasback on
.
.
.
Semua orang sudah meninggalkan tempat ini. Dan sekarang tinggal aku dan Andre. Kami tak tahu harus kemana. Aku melihat ke sekelilingku berharap ada sesuatu yang menjadi petunjuk. Dan saat aku sedang fokus, Andre selalu saja membuyarkan konsentrasiku.

"Andre, hentikan itu. Kita harus menemukan mereka." ucapku pada Andre dengan nada sedikit dinaikkan.

"Tami, bisakah kita kembali saja. Aku tidak nyaman berada disini. Dan aku tahu, kau juga pasti tidak nyaman, kan?" Andre merengek seperti anak kecil yang sedang ketakutan.

"Kita temukan mereka dulu lalu keluar dari sini." ucapku lalu Andre mengangguk seperti anak kecil. Entah kenapa, saat aku bersama Andre, Andre selalu saja membuat raut wajahnya menjadi imut dan mengemaskan.

Tami..........

Samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku. Dan suaranya terdengat sangat akrab ditelingaku.

Tami.........

Dan sekali lagi, dia menyebut namaku. Aku mencari tahu dari mana arah suara itu. Dan mata dan pikiranku tertuju pada sebuah lorong yang ukurannya tidak terlalu kecil tapi cukup untuk tiga orang yang berjalan secara berdampingan.

Aku berjalan menuju lorong itu. Dan aku yakin sekarang Andre sedang mengikuti ku. Dia berjalan dibelakangku. Dan saat aku sampai dilorong itu. Aku melihat seseorang sedang terduduk di ujung lorong. Aku merasa seseorang itu sangat akrab di mataku.

"Tami, siapa dia?" tanya Andre.

"Jadi, kau bisa melihatnya?" aku terkejut mendengar pertanyaan Andre. Aku rasa dia memang melihatnya. Tapi bagaimana bisa?

"Memangnya dia siapa?" bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menambah pertanyaan lagi.

"Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya aku sering melihatnya." jawabku.

Aku perlahan mulai berjalan. Tapi Andre menahan langkah ku.

"Jangan kesana. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi di sana." ucap Andre.

"Kita pergi berdua. Mana mungkin sesuatu akan terjadi pada kita. Kita pasti bisa." ucapku menyakinkannya. Andre sedikit mengangguk. Aku tahu dia terlihat khawatir dan ragu. Tapi rasa penasaran ku semakin membara.

Kami perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk disana. Hatiku rasanya berdebar disertai dengan getar yang memenuhi seluruh badan. Dan pastinya Andre juga merasakan getaran seluruh badanku. Bagaimana tidak, dia masih setia memegangi tanganku.

Langkah demi langkah perlahan ku langkahkan mendekati orang yang membuat ku penasaran. Semakin dekat dengannya semakin tinggi pula rasa penasaran ku. Tapi saat aku ingin menepuk pundaknya, ia berbalik badan lebih dulu. Mungkin ia sudah tahu keberadaan kami.

"Ibu..... " ucapku seraya duduk menjajarkan wajah kami.

"Tami, Ibu sangat takut disini. Bawa Ibu keluar dari sini." pinta ibuku seraya memelukku. Dia menangis di pundakku. Dia meluapkan semua ketakutannya disana.

Aku berusaha menenangkannya, menghilangkan rasa ketakutannya.

"Ibu, tak apa. Sekarang aku disini denganmu. Kau tidak usah takut. Sebaiknya kita keluar dari sini." ucapku seraya membantu ibuku berdiri.

"Tami, kau sendirian?" tanya ibuku yang mulai merasa tenang.

"Tidak, aku bersama An....." belum selesai aku menyebut nama Andre, Andre sudah tidak ada didekat ku. Kemana dia?

"Mungkin dia sudah kembali. Kita juga harus pergi dari sini." ucapku seraya mengandeng tangan ibuku.
.
.
.
Flasback off
.
.
.
"Sejak itu, aku sudah tidak pernah melihat Andre. Awalnya aku mengira kalau dia sudah kembali ke sini terlebih dahulu. Tapi sesampainya kami disini, aku tak pernah melihat Andre." jelas ku pada semua orang.

"Sudahlah, nanti Andre akan kembali. Kita hanya perlu mencarinya saja. Jangan terlalu dipikirkan." ucap Erin.

"Tapi bagaimana jika Andre tidak kembali?" tanyaku pada Erin yang masih berusaha menenangkanku.

"Pasti ia akan kembali." jawab Sindy.

Setelah itu, kami memutuskan untuk duduk beristirahat sejenak. Kami melepaskan semua rasa lelah yang ada. Disela-sela waktu, aku masih memikirkan Andre. Kemana dia pergi? Kenapa kami bisa terpisah?

Aku takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku takut jika mahluk itu akan mencelakainya. Semua ini salahku.

Maafkan aku Andre.


















Anyeong Chingu-ya

Sebelumnya aku minta maaf, yah. Karena akhir-akhir ini author jarang bgt update. Soalnya minggu lalu author ada kesibukan lain disekolah. Jadinya, sibuk bgt deh..

Tapi sekarang udah ngk sibuk lagi kok. Jadi, inshaallah author bakal rajin updatenya.

Seperti biasa, jangan lupa vote. Kalau perlu share ke teman-teman kalian biar teman kalian juga bisa baca ff ini.

Hehehhee

Gomawo Chingu-ya

Saranghae

MYSTERY OF MY SCHOOL [COMPLETED]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن