I'm Your Son, Daddy

6.2K 732 207
                                    

Suara kecipak basah menggema di dalam kamar mandi. Tak henti-hentinya bocah berpawakan mungil berambut pirang berceloteh sambil berputar ke sana, kemari.

Sedangkan Sasuke terdiam membiarkan tubuhnya melepas lelah dalam genangan air hangat bak mandi. Punggungnya bersandar nyaman. Kedua kakinya terbuka lebar untuk memberi tempat bagi Naruto untuk berendam. Sesekali ia menghela napas lelah mendengar celotehan sang putra yang kelewat aktif. Ia ingin menikmati waktu berendamnya, namun putranya itu malah asyik bermain dengan bebek-bebek kesayangannya. Bocah itu sesekali meniup bebeknya agar berenang, kadang tangan mungilnya menekan dengan kencang benda kuning tersebut hingga menimbulkan suara berisik lainnya.

Jangan tanya kondisi Sasuke saat ini. Kepalanya terasa berputar-putar mendengarnya.

"Daddy, belikan Naru Tuan k

Kodok besok. Kata Nyonya 

Bebek dia mau teman." 

Sasuke menaikkan sedikit alisnya saat Naruto menyodorkan satu di antara beberapa benda kuning yang mengambang di dalam bak mandi. "Memangnya dia bisa bicara?"

Naruto mengangguk mantap sebelum memencet dengan kuat mainannya itu di depan Sasuke.

 Sementara Sasuke hanya terdiam memikirkan apa yang dipikirkan anak sekecil Naruto saat bermain seperti itu. Apakah benar anak kecil lugu seperti Naruto bisa berbicara dengan apa pun.

Sasuke dan pikiran bodohnya selalu muncul ke permukaan saat bersama sang putra. Ia tak terlalu mengerti dunia anak-anak sekecil Naruto yang senang berimajinasi dengan pikirannya sendiri. Meski ia pernah merasakan bagaimana menjadi anak-anak, namun ia sudah melupakannya. Ia juga lupa bagaimana proses pertumbuhannya sendiri. Yang ia ingat adalah proses perjuangan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. "Besok Daddy belikan. Sekarang bereskan mainanmu. Jangan terlalu lama berendam, nanti sakit."

"Siap, Daddy!" Naruto berteriak lantang di hadapan Sasuke. Setelahnya ia berbalik memunggungi Sasuke sambil merapikan satu-persatu bebek kesayangannya. Bocah itu memungut bebek-bebek tersebut dengan cara menungging di hadapan Sasuke. Saat mengambil satu bebek Naruto membungkukkan badannya lalu meraihnya dengan tangan kanan. Setelah mendapatkannya ia berdiri dan mendekapnya dengan tangan kiri. Bocah itu terus mengulanginya hingga saat mengambil bebek terakhir, beberapa bebek dalam dekapannya kembali terjatuh.

"Ehem! Jika kau merapikannya seperti itu sampai besok juga tidak akan selesai, Naruto." Sasuke berusaha untuk menormalkan nada suaranya yang terdengar sedikit berat. Melihat bongkahan pantat halus Naruto, entah mengapa pikirannya berubah melenceng jauh dari yang seharusnya. Ia ingin menyentuh dan meremasnya gemas untuk merasakan tekstur lembut benda kenyal tersebut. Namun sayang, sedikit kewarasan yang ia miliki masih tertinggal dalam otak jeniusnya hingga sekuat tenaga pemuda berambut kelam tersebut menahan getaran tangannya yang tidak tahu diri itu agar tetap terdiam di tempatnya.

Tak ingin berlama-lama melihat hal-hal yang membuatnya berpikiran keruh, Sasuke segera mengangkat sedikit bahunya dan menyambar keranjang plastik di samping bak mandi sebagai tempat untuk para bebek kesayangan putranya. "Pakai ini."

Naruto berbalik menghadap Sasuke dan meraih keranjang yang disodorkan oleh sang daddy. Setelah mendapatkan tempat, Naruto kembali berbalik untuk membereskan kembali mainannya. Tanpa rasa bersalah si bocah kembali berbuat ulah. Seenak pantat kenyal minta diremas itu dengan entengnya menduduki perut bagian bawah sang Daddy hingga membuat pemuda di balik punggung mungil Naruto itu harus menggeram rendah. Entah mengapa peliharaan tak tahu diri miliknya di bawah sana sedang menggeliat resah. "Naruto, bisakah kau tak menduduki perut daddy?"

"Maaf, Daddy." Naruto memajukan bokong mungilnya tanpa perlu repot-repot mengangkatnya. 

"Shit!"

"Daddy tidak boleh mengumpat," ujar Naruto tanpa mengalihkan pandangan sambil terus memunguti satu-persatu mainannya dan memasukkannya dalam keranjang kecil dalam dekapannya.

Sedangkan Sasuke hanya menggenggam erat  pinggiran bak mandi sambil meringis menahan ngilu di bagian bawah tubuhnya. Saat Naruto menggeser bokongnya, aset pribadinya yang setengah ereksi terbawa  oleh gerakan bokong Naruto, lalu tergencet antara belahan pantat Naruto dan dasar bak mandi.

"Daddy, sudah selesai." Naruto membalikkan badan sambil menyodorkan sekeranjang kecil bebek mainan berwarna kuning ke hadapan Sasuke. Namun hal tak terduga kembali terjadi saat Naruto melihat ekspresi wajah Sasuke yang terlihat mengernyit menahan sakit.

Sungguh Sasuke rasanya ingin mati saja saat Naruto bergerak cepat melangkahkan kaki mungilnya ke depan, karena khawatir akan kondisinya.

"Apakah Daddy sakit?"

Niat hati ingin menyentuh wajah daddy-nya malah kaki mungilnya tak sengaja menginjak perut bagian bawah Sasuke beserta aset sang daddy. Belum lagi si bocah kehilangan keseimbangan hingga membuatnya terjatuh di atas tubuh Sasuke. Bahkan wajah tampannya tak lolos dari siksaan. Keranjang kecil dalam genggaman Naruto terlepas saat terjatuh dan mengenai wajahnya. Beruntung benturan antara wajahnya dan keranjang tak terlalu keras hingga membuat rasa sakit yang ditimbulkan oleh benturan tersebut tidak begitu terasa menyiksa. Hanya saja bagian bawah tubuhnya merana luar biasa sampai kepalanya terasa mau pecah.

Sasuke meringis menahan sakit bahkan otot pelipisnya sedikit menyembul akibat reaksinya tersebut. Kedua matanya terpejam dengan napas yang sedikit memburu. 

"Daddy, jangan mati!"

Sasuke membuka kedua matanya saat mendengar suara bergetar yang dikeluarkan oleh putranya. "Daddy baik-baik saja." Sasuke berusaha mengembalikan ekspresi wajahnya saat melihat bibir mungil Naruto mulai mencebik.

Bahkan setitik air bening hampir terjatuh dari ujung mata putranya itu. "Sebaiknya kau keluar dari sini. Nanti kau kedinginan."

Naruto mengangguk lemah kemudian bangkit dari atas tubuh Sasuke. 

Dan kembali Sasuke harus berusaha menahan sakit kala kedua lutut Naruto menekan perutnya saat bangun.

Naruto berjalan menghampiri meja wastafel dan meraih handuk miliknya setelah keluar dari bak mandi. Bocah itu dengan asal membungkus tubuh mungilnya dengan handuk kemudian keluar dari sana.

Sasuke masih terdiam di tempatnya. Pemuda itu menghela napas panjang untuk membantu meringankan rasa sakit yang diderita olehnya. Dirasa cukup merasa lebih baik, Sasuke bangkit. Hal pertama yang ingin dilihat adalah keadaan aset pribadinya. Kembali ia menghela napas kala melihat kondisi asetnya yang sedikit tidak wajar. "Semoga tidak membengkak sampai besok pagi."

Sasuke perlahan keluar dari bak mandi dan menghampiri meja wastafel untuk mengambil handuknya. Dengan cekatan ia melilitkan handuknya di pinggang. Setelah itu ia membereskan mainan milik Naruto. "Dasar bocah." Bibir tipis tersenyum kecil pandangannya terfokus pada keranjang kecil berisi mainan bebek milik Naruto. Ia tak menyangka jika hidupnya berubah begitu drastis setelah kedatangan bocah cerewet itu. Biasanya di waktu seperti ini ia masih di luaran sana mencari hiburan. Namun kali ini ia harus tetap di rumah untuk menjaga sang putra.

Kaki jenjang Sasuke melangkah keluar dari kamar mandi. Saat memasuki kamar, matanya tak sengaja melihat Naruto yang sudah terlelap miring sambil memeluk Kyubi. Melihat putranya tidur dengan damai membuat Sasuke ingin cepat-cepat menyusul bocah tersebut. Tanpa membuang waktu, Sasuke segera melangkah menuju lemari baju miliknya. Ia menyambar asal bokser miliknya, dan memakainya. Bahkan saking tak sabarannya, pemuda itu membiarkan handuknya tergeletak begitu saja di atas lantai. Dengan tergesa-gesa ia menghampiri ranjang kemudian menaikinya perlahan agar tak mengganggu tidur putranya.

Sasuke berbaring miring menghadap wajah Naruto. Jari telunjuknya terulur menyentuh pipi lembut Naruto. "Daddy menantikanmu tumbuh dewasa." Sasuke menarik kembali tangannya kemudian meraih tangan mungil Naruto yang sedang memeluk Kyuubi, kemudian mencium lembut telapak tangan tersebut.

Setelah itu ia mengangkat bagian samping dagu kanan Naruto hingga ia dapat dengan jelas melihat wajah manis putranya. Perlahan Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Dengan lembut ia mencium pipi, kening, hidung, dan berakhir di bibir lembut Naruto. Dadanya berdebar kencang saat bibirnya merasakan tekstur lembut bibir putranya itu. "Aku mencintaimu, Naruto." Sekali lagi Sasuke mencium bibir Naruto sebelum membawa tubuh mungil tersebut dalam dekapannya.







TBC.

Hey! Baby 「 Girl! 〆」 Boy! ✔ (Versi PDF)Where stories live. Discover now