44, Happy Ending! [ Selesai ]

748 62 2
                                    

Kelas itu ramai bukan main. Karena jam pelajaran kosong––walau juga sudah diberi tugas oleh Guru yang bersangkutan––tapi tetap saja. Yang namanya anak muda, selalu tiap hari punya tingkah laku ajaib.

Hari ini, Farel, sekarang lebih biasa di panggil Inces, membawa musik box. Membuat kelas itu berubah menjadi tempat dugem. Apalagi Neni membawa flashdisk yang isinya lagu dangdut koplo remix.

Mereka semua bernyanyi tanpa peduli bahwa lagu itu terdengar sampai luar kelas. Tapi, anehnya lagi. Walau, mereka semua dugem—em bukan dugem juga sih— ada satu kegiatan yang tanpa di komando mereka kerjakan.

Bahkan membuat Dwiki melongo kaget tak percaya. Dapet hidayah apa, anak-anak X Akuntansi beberes kelas? Biasanya juga beberes kelas kalau ada lomba kebersihan dan menghias kelas.

Anggun dan Firda sedang merapikan lemari pojok baca dan menata buku-buku yang terdapat disana. Ada beberapa anak, seperti Neni, Nurul dan juga Fafa yang tengah membuat kerajinan untuk dijadikan korden.

Beda lagi dengan Fathiah, Citra dan Cahya. Mereka menata meja dan kursi kelas.

Membuat pola yang berbeda dan tentunya diiringi musik dari musik box punya Inces.

Dini sudah joget sana-sini dengan Inces membuat Nova dan yang lain tertawa melihatnya. Lagu Kartonyono Medot Janji memang lagi hits sekarang.

Dan lagu itu yang dari tadi di putar mereka.

Kadang, membuat Dwiki bingung selera musik kelas ini.

"Itu mau dibuat apa?" Dwiki menghampiri Cahya yang sedang membuat sesuatu dengan puluhan kresek, yang entah darimana tersimpan dikelas.

"Kok bisa banyak kresek sama koran bekas sih disini?" Tanya Dwiki celingak-celinguk melihat sekitar.

Citra yang mendengar itu, lantas menoleh dari sudut lain yang berseberangan dengan Dwiki, "kan kita mulung bapak, ini mau dijual nanti."

Dwiki menganga, "sejak kapan lo semua mulung sih?" Laki-laki ini benar-benar tidak percaya. Teman-teman nya itu saking gabut apa gimana kok malah mulung?

Inces menjawab, "Halah pak, mulung tuh berguna lho. Udah dari sebulan kali kita mulung, ya gak gays. Membantu mengurangi sampah disekolah!"

"Terus selama ini, lo semua nyimpen sampah nya dimana?" Tanya Dwiki yang mulai berjalan ke arah Citra, beranjak kesana, ia semakin melihat jelas jenis sampah apa saja yang kelas ini miliki.

Gelas bekas minum, koran bekas, kardus bekas, botol bekas dan banyak kresek bekas.

"Belakang kelas pak," jawab Fathiah sambil mengambil beberapa kresek warna dan ia rapikan. "Lagian lumayan pak, nambah-nambah uang kas," sambungnya yang kemudian berjalan menghampiri Cahya.

Dwiki sendiri masih tak percaya, "lo semua sebulan mulung dan gue ga tau apa-apa?"

"Elah pak, santai aja napa. Ngegas mulu, ya sekarang tau kan, mulai besok bantuin mulung nya, ini mau dijual," balas Anggun yang masih sibuk menata sudut pojok baca.

Pemuda itu tak mau ambil pusing, mau bagaimana pun teman-teman nya sekarang sudah mau bertindak sendiri. Ia melangkah kembali ke tempat Cahya.

Gadis itu dan Fathiah sibuk membuat bunga dari kresek bekas yang mereka pungut dari sudut-sudut sekolah. "Mau dibuat apa?"

Fathiah sibuk menggulung kresek itu dengan tangannya, membolak-balik lipatan-lipatan nya menjadi lebih kecil. Lalu mengikat nya di tengah-tengah, dan dibentuk nya menjadi bunga, "buat apa ya. Ga tau gue ngikut Cahya."

Dwiki menepuk jidatnya, lupa kalau Fathiah ini ga guna. "Lo mau buat apa?" Tanya Dwiki lagi, namun kali ini, ia bukan bertanya pada Fathiah.

Cahya yang sibuk merangkai bunga-bunga itu menoleh sekilas, "Dreamcatcher."

SMK? BISA! [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang