21 - Kegelisahan Andrew

50 2 0
                                    

Dokter Andrew menyudahi kegiatannya dengan Karina. Dokter Andrew sadar ia bisa melewati batasan bila terus berada dekat dengan Karina. Ia memutuskan untuk kembali ke dapur.

"Andrew?"

"Karina. Sayang maafin aku ya. Aku--"

"Gapapa kok Drew. Aku gak masalah. Kamu kan calon suami aku. Lagipula kita gak berbuat apa pun melebihi batasan."

"Ya, tapi kalo aku terus di sini, batasan itu bisa kita tembus nantinya. Jadi, aku balik ke dapur lagi ya. Kamu bilang kalo kamu laper kan? Aku ke dapur dulu, lanjutin masakan aku. Biar kita bisa makan bareng nanti."

"Ehm, aku--"

"Kar.. Kamu di sini aja ya sayang. Biar masakan aku cepet kelar. Kalo kamu ikut, yang ada nanti berantakan lagi. Terus kapan kita makannya coba?"

"Hehe, iya iya deh."

"Ya udah bentar ya sayang. Nanti kalo semua udah siap, aku panggil kamu deh ya."

"Okee Andrew."

"Daa sayang." dokter Andrew mengecup kening Karina sebelum ia meninggalkan Karina di kamar.

Dengan langkah gontai, dokter Andrew kembali ke dapur. Ia masih memikirkan kejadian barusan. Kemesraannya bersama Karina, ciumannya yang begitu panas bersama Karina tadi. Karina bahkan sama sekali tak menolak. Itu pertama kalinya dokter Andrew merasa bisa memiliki Karina setelah sekian lama selalu menerima penolakan. Dokter Andrew tak ingin semua itu cepat berlalu, ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya nanti saat Karina mengingat semuanya. Pasti saat itu pula detak jantung dokter Andrew akan terhenti.

Setelah masakan dokter Andrew siap, dokter Andrew segera ke kamar untuk memanggil kekasih 'sementara'-nya. Sampai di kamar, dokter Andrew mengulas senyum karena melihat Karina sedang terlelap. Ia berusaha membuat Karina kembali bangun karena tak mau Karina tidur dengan keadaan lapar.

"Hei, sayangku.. Bangun yuk sayang! Makan dulu ya, nanti tidur lagi," bisik dokter Andrew di telinga Karina.

Karina pun mulai membuat pergerakan, "Andrew.. Aku ketiduran ya? Maaf."

"Gapapa. Masakan aku udah siap, ayo makan! Kamu laper kan?"

Karina mengangguk.

Dokter Andrew beranjak ingin pergi duluan sebelum Karina kembali memanggilnya.

"Andrew," panggil Karina.

"Iya sayang. Kenapa?"

"Kamu bisa bantu aku gak? Kepala aku mendadak pusing banget."

"Sayang, kamu pusing?" dokter Andrew segera kembali mendekat ke arah Karina. "Kamu mau ke rumah sakit?"

"Ah gak usah Andrew. Lagipula dokter aku udah ada di sini kan."

"Aku bisa tanganin kamu di rumah sakit, sayang."

"Aku gapapa Drew. Aku gak mau dikit-dikit ke rumah sakit. Sekarang aku laper, aku mau makan."

"Oke, biar aku bawain makanan kamu ke sini aja ya."

"Jangan. Aku mau turun aja. Aku gak mau makan di kamar."

"Tapi Karin--"

"Udah, pokoknya aku mau turun. Kamu bantuin aku aja buat ke bawah ya!"

"Hm.. Oke, sini aku bantuin." dokter Andrew langsung membopong Karina.

Karina begitu terkejut, "Andrew? Kenapa harus gendong aku gini?"

"Katanya minta dibantuin?"

"Iya, tapi kamu bisa tuntun aku aja. Gak perlu kayak gini."

"Sstt.. Udah sayang, gapapa kok. Kamu diem aja ya. Kamu aku gendong aja, kalo kamu aku tuntun nanti kamu makin pusing."

Dokter Andrew menggendong Karina dengan penuh cinta. Karina mengalungkan tangannya pada leher dokter Andrew. Perlahan dokter Andrew menuruni tangga dengan hati-hati. Begitu sampai di ruang makan, dokter Andrew menurunkan Karina dan mendudukkannya di salah satu kursi.

"Nah, princess-ku.. Sekarang kamu makan dulu yaa. Aku udah buatin makanan yang sehat buat kamu. Kamu makan, minum obat, terus istirahat lagi ya."

"Makasih Andrew."

"Mau aku suapin aja sayang?"

"Gak usah Drew. Aku bisa sendiri kok. Aku cobain ya."

"Iyaa sayang. Dijamin enak deh pokoknya. Kamu harus makan yang banyak ya."

Suapan pertama sudah masuk ke mulut Karina, "Hm, ini enak Andrew. Ternyata kamu pinter masak ya! Aku aja gak bisa masak, tadi buktinya aku cuma berantakin aja."

"Kamu kan lagi sakit sayang. Sebenernya kamu juga bisa masak kok."

"Oh iya?"

"Tentu sayang. Oke deh, kamu jangan khawatir ya. Kalo pun kamu gak bisa masak, aku bisa masak tiap hari buat kamu kok."

Mereka tersenyum bersama. Betapa tenangnya hati dokter Andrew melihat senyuman yang terbentuk dari bibir manis bidadarinya. Ia sama sekali tak ingin kehilangan senyuman itu apa pun yang terjadi.

"Andrew, aku lupa.. Sebenernya aku mau cerita sesuatu sama kamu."

"Cerita apa sayang?"

"Uhm, aku juga bingung harus cerita gimana, aku gak ngerti."

"Hah, kok gitu? Udah, kamu bilang aja apa pun yang mau kamu bilang."

"Jadi, aku sempet mimpi. Ya mungkin itu memang cuma mimpi sih. Tapi, aku ngerasa itu nyata banget Drew."

"Nyata gimana? Mimpi apa maksud kamu sayang?"

"Aku ada dalem mimpi itu. Di sana aku kayak lagi ada di sebuah acara pernikahan. Pernikahan aku. Iya, aku jadi mempelai wanitanya. Tapi, mempelai prianya bukan kamu Drew. Karena aku pun liat kamu di sana tapi sebagai tamu. Jadi, aku--"

"Ehm.. Si-siapa mempelai prianya??"

PRINCE FOR KARINAWhere stories live. Discover now