/𝘩𝘦/

730 117 11
                                    

𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗌𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍𝖺𝗇 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗇𝗀,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗄𝖺𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗋𝗂𝗄𝗎 𝗄𝖾𝗌𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍𝖺𝗇 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖻𝖾𝗋𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗇𝗀,

Aku menunggunya.

Sejak tiga puluh menit yang lalu.

Bukan salahnya. Aku hanya meragukan tindakanku sendiri. Apa benar dengan begini hatiku akan memilih hal yang benar? Apa benar perasaanku akan muncul dengan segala kevalidasiannya? Tiga puluh menit dan lalu hujan. Aku masih menunggunya.

Saat aku datang, terdengar suara berisik dari rumahnya. Suara percikan panas makanan yang biasa kudengar saat aku memasak makanan. Lalu suara piring yang ditaruh di atas meja kaca. Suaranya yang terdengar kelimpungan. Aku masih mendengarkannya, tanpa berniat sedetikpun untuk mengetuk pintu rumahnya.

Lalu suara itu menghilang.

Hujan berjatuhan. Aku membuka payung yang sudah kusiapkan di tangan-tadi malam sudah diperkirakan akan ada hujan ringan, jadi aku membawanya pagi ini.

Lantas, aku terdiam, masih berdiri di hadapan pintu rumahnya. Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu yang terbuka. Aku tidak bisa berbalik lagi dan harus menghadapinya.

Dia terlihat segar. Dengan rambut yang dikuncir juga matanya yang berbinar di pagi hari. Aku merasa seperti melihatnya baru mengalami hari yang menyenangkan kemarin. Namun atensiku turun, yang bisa kukatakan adalah komentar mengenai tali sepatunya yang longgar.

Dia tersenyum sekilas sepertinya.

Lalu membetulkan sepatunya.

Perasaan yang mengganjal di benakku, saat aku berdiri di hadapan rumahnya telah membendung menjadi sebuah bendungan dari balik bibirku ini. Saat aku kebingungan, lontaran-lontaran keraguan itu melesak tanpa sempat aku hentikan. Bibirku banyak mengeluarkan perkataan yang seharusnya hanya aku pikirkan, tetapi semuanya terucap.

Aku perlu sesuatu untuk menghentikannya.

"Tidak masalah."

Ucapan itu cukup untuk menghentikan kebodohanku. Aku mengiyakan, masih agak ragu dengan hal yang baru terjadi tadi. Namun dia menjelaskan lebih banyak lagi. Aku mengangguk.

Tubuhnya berbalik, mengambil payung dari samping pintu rumahnya. Aku menutup payungku, hanya agar aku tidak terlihat seperti orang bodoh yang mengajaknya bersatu payung yang sama, hanya untuk ditolak olehnya.

Namun, dia tidak menyadarinya.

Tidak pernah menyadarinya.

Banyak teman-temanku yang lebih memilih untuk mengerjakan tugas saat istirahat makan siang. Beberapa mengajakku untuk makan di kantin, dan aku mengikuti mereka. Kantin terlihat sangat ramai. Namun tidak kutemui [Name] saat melewati meja teman-teman satu kelasnya.

𝐚𝐦𝐮𝐬𝐢𝐧𝐠 ᎒ 𝖺. 𝗄𝖾𝗂𝗃𝗂  Where stories live. Discover now