5 - Sedikit Perdebatan

196 9 2
                                    

"Nia, dulu itu dulu. Sekarang ya sekarang." Sahut Riani mulai nimbrung. "Diandra kan sekarang udah punya pacar." Lanjutnya tersenyum melirik kearah Diandra yang juga menatapnya lega. Karena Riani tahu apa yang dirasakan Diandra.

Riani adalah tipe anak yang mudah peka terhadap situasi disekitarnya berbanding terbalik dengan Nia yang selalu saja menjadi kompor diantara mereka bertiga. Seperti inilah salah satu tanda-tanda kompor. Tapi, dibalik itu semua Riani maupun Nia adalah teman sekaligus sahabat yang membuat Diandra nyaman berada disekitar mereka.

"Gue heran Di sama lo," ucap Nia.

Diandra menautkan kedua alisnya, "heran kenapa?"

"Ya heran aja, masa lo mau pacaran sama calon tentara? Emang tentara itu idaman banget buat jadi pacar, bukan hanya karena fantasi seragamnya. Tapi, jadi pacar tentara itu nyiksa batin banget. Kita harus memendam rindu yang enggak bisa kita tau sampai kapan berakhir, lagian kita juga bakal sering ditinggal." Jelas Nia memberikan argumennya.

Diandra nampak mencerna argumen yang Nia sampaikan. "Ada benernya juga apa yang lo bilang Ni, jadi pacar tentara itu sering ditinggalin dan harus siap ditinggal kapanpun, kemanapun, dan sampai selesai tugasnya. Tapi kalau boleh jujur, mungkin gue sudah terlalu nyaman sama dia, gue juga udah tau konsekuensinya. Dan mungkin juga gue udah terbiasa sama kondisi keluarga gue. Dan menurut gue jadi pacar bahkan istri seorang tentara itu ada tantangan tersendiri. Tantangan penyembunyian rasa batin sendiri." Jelas Diandra panjang lebar.

Riani mengangguk paham dengan penjelasan Diandra. "Bener kata Diandra, punya pacar tentara enggak seburuk yang lo kira. Misalkan ada orang nanya nih ya 'punya pacar?' Lo jawab 'punyalah' dia nanya lagi 'pacar lo kuliah dimana?' Terus lo jawab 'dia enggak kuliah, tapi udah kerja.' Dan dia menjawab dan bertanya 'oh kerja, kerja dimana?' Lo jawab 'diseluruh pelosok indonesia kadang juga sampai keluar negeri' lo langsung aja sambil bergaya angkuh dan dia bertanya lagi 'kok bisa?' Lo tinggal jawab 'iyalah, kan dia Tentara, keren kan'." ucap Riani sambil memperagakan dialog yang dia buat sendiri. "Tuh kan, jadi jangan bikin ribet punya pacar tentara." lanjutnya terkekeh. Riani selalu punya cara mendinginkan keadaan.

"Terus kalau nanti orang yang tanya ngomong 'yaelah, bilang aja LDRan. Pakek segala acara pelosok indonesia' Gini gimana? Lo mau jawab apa. Pasti lo cuma bisa diam tidak bergeming." Jawab Nia tak kalah. "Btw, lo enggak takut nanti disana pacar lo sama cewek lain?" Lanjutnya.

"Kompor banget!" Umpat Riani. "Lagian mau selingkuh sama siapa? Tentara banyak cowoknya daripada ceweknya." Lanjutnya yang diangguki oleh Diandra, setuju dengan omongannya.

"Kalian ini gimana sih, ya enggak harus sama-sama taruna lah. Bisa aja sama dokter militernya. Kan biasanya dokter militer cewek." Jawab Nia.

"Sumpah ini anak kompor banget tau nggak," heran Riani.

"Gue bukan kompor. Gue cuma ngasih tau kemungkinan yang bisa aja terjadi sama pacarnya Diandra." Ucap Nia masih tak mau kalah. "Tau ah, sebel gue ngomong sama kalian berdua. Gue mau ke toilet, ikut nggak?" Lanjutnya.

Riani dan Diandra menggeleng.

"Yaudah." Ucap Nia langsung bangkit dari duduknya.

"Mau kemana Ni?" Tanya seorang teman sekelas mereka.

"Toilet." Jawab Nia berhenti sejenak didepan temannya yang bertanya.

"Gue ikut." Ucapnya berdiri dari duduknya.

"Ayo." ucap Nia lalu berjalan beriringan dengan temannya itu menuju toilet.

"Di." panggil Riani yang membuat Diandra menoleh kearahnya. "Lo jangan mikirin omongannya Nia, lo tau sendiri kan itu anak emang gitu." Lanjutnya.

Garis Tangan [Sequel - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang