01

11.4K 911 32
                                    

Mohon maaf bila banyak kesalahan penulisan dan grammar.. Semoga terhibur, jangan lupa bintangnya yaa...
Selamat membaca :)

.
.
.
.
.

"Abi.. Makasih" Zafina menyeringai ketika abinya baru saja keluar mengantar tamunya pergi.

Abah Ali tersentak. Menggeleng dan mencubit pipi kanan Zafina gemas.

"Memang kenapa?" tanya abah Ali berusaha tidak tersenyum.

"Yah.. Abi" jawab Zafina merajuk. Kini melipat kedua tangan didepan dada.

"Abi makasih ya.. Karena abi tadi bilang Zafina itu cacat. Kalau tidak pasti orang itu akan melamar Zafina sekarang juga"

"Memang tau apa kamu tentang cacat?" tanya abah Ali menggandeng putrinya ke ruang tamu. Dan mendudukannya.

"Zafina pernah baca ya bi. Ini kisah ayah dari imam Syafi’I. Ada seorang pemuda kelaparan, ayah Imam Syafi’I itu lalu melihat sebuah delima. Lalu ia ambil" kata Zafina masih lupa lupa ingat.

“Tanpa berpikir Panjang, pemuda itu langsung memakan delima yang ia temukan tadi. Tapi, ketika delima yang ia makan tersisa separuh ia ingat akan sesuatu. Ia telah memakan yang bukan miliknya. Pemuda itu tidak mau kalau perutnya terisi oleh makanan yang tidak halal itu.

Pemuda itu langsung pergi ke hulu sungai yang mengalirkan buah delima itu. Dia bertemu dengan pria paruh baya. Pemuda itu meminta ke-halal-an buah delima yang tadi ia makan. Ternyata pria itu tidak terima dan mengajukan syarat kepada pemuda itu.

Karena ia mau perutnya terisi makanan halal, pemuda itu akhirnya menerima persyaratan si pria paruh baya. Satu bulan penuh pemuda itu merawat kebun delima milik pria paruh baya. Pemuda itu bertanya apakah delima yang ia makan sudah di ikhlaskan. Nyatanya, pria itu malah mengajukan persyaratan lain.

Pemuda itu harus bersedia menikahi putri si pria paruh baya yang cacat. Buta, bisu, dan lumpuh.” Zafina menghela nafas sejenak.

“Pada akhirnya, pemuda itu menikahi putri pemilik kebun delima itu. Ia terkejut istrinya itu ternyata cantik, solehah, dan tidak cacat."

Sambung Zafina menceritakan apa yang pernah ia baca.

"Begitu kan abi?"

Abah Ali tersenyum, kini mengelus kepala Zafina pelan. "Ternyata kamu sudah besar ya"

"Iya dong abi.." jawab Zafina semangat.

"Berarti nanti kalau Alfar berkunjung, abi tidak perlu mengatakan kalau kamu cacat"

"YAAH.." Zafina sedikit bersorak kecewa dengan keras. Lalu ia sadar dan memelankan kembali suaranya "Abi.."

"Begini Zafina. Abi tidak mau calon suami kamu hanya memerhatikan seperti apa rupa calon istrinya. Abi beralasan kamu lumpuh karena dalam 22 tahun ini hanya kamu habiskan di dalam pesantren. Kamu itu bisu karena abi tau kamu tidak pernah berkata kasar kepada siapapun"

"Sekarang bisa berkata kasar abi!" kata Zafina semangat.

Abah Ali membelalak. Lalu menanti kata kasar apa dari sang putri.

"Kasar.."

Celetuk Zafina dengan nada manis. Membuat athalah yang baru saja masuk rumah bergidik dengan kelakuan kakaknya.

"Tapi abi!" Kata Zafina cepat. Membuat abah Ali tersentak dan tak sengaja terlonjak kecil.

"Kalau nanti anak Pak Ibrahim itu kembali bagaimana?" tanya Zafina tak berjeda.

Zafina untuk Zafran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang