04

10.4K 799 19
                                    

Mohon maaf bila banyak kesalahan penulisan dan grammar.. Semoga terhibur, jangan lupa bintangnya yaa...
Selamat membaca :)

.
.
.
.
.

Zafran membating pintu kamarnya keras. Pemuda itu mengacak rambutnya kesal. Mulai meninju udara tak berwujud di kamarnya.



Pemuda itu menendang tak jelas. Menjatuhkan diri pada lantai dingin kamarnya.


Rasa kecewa menyelimuti hatinya. Ia dikecewakan oleh kakaknya sendiri. Alfar, yang sudah berjanji tak akan mengganggu zafina lagi. Alfar sudah jelas mengatakan menolak perjodohannya dengan zafina beberapa hari lalu.

Kini, harapannya musnah hanya karena alfar sudah tau bagaimana keadaan zafina yang sebenarnya.

Tanpa cacat, seperti gadis pada umumnya. Tak lumpuh ataupun bisu, tidak ada penyakit kulit yang menular. Malah terlihat anggun dan memliki wajah cantik.


Zafran menghantamkan kepalan tangannya ke lantai. Rasanya tak sakit. Mungkin, ia akan diledek athalah karena dianggap budak cinta seperti anak zaman sekarang.




Tapi ini beda. Zafran baru saja ditikung kakaknya sendiri.

“Aargh”


Zafran mengacak rambutnya frustasi. Pemuda itu menyambar kunci motornya dan segera pergi dari rumah untuk menenangkan dirinya.

“Zafran” panggil alfar.


Zafran hanya menoleh sesaat, mendengus kecil lalu melangkah tanpa memedulikan alfar yang menatap punggung tegap itu menjauh.


“Alfar?”

Alfar menoleh. Menemukan bundanya membawa secangkir teh hangat untuknya. Perempuan paruh baya itu mengajak putranya mengobrol di ruang tengah yang kosong. Setelah perang dingin terjadi. Rumah tak seperti biasanya.



“Bagaimana perasaan kamu Alfar? Kamu senang akan menikahi zafina?”


“Bunda. Alfar salah bunda. Tidak sebaiknya alfar begini” alfar mulai mengakui tindakannya tadi sangat tidak dewasa.


Mengaku ingin menikahi gadis yang kemarin ia tolak. Sekarang alfar malu pada semua orang. Terutama zafran, adiknya yang bersedia menikahi zafina dengan kekurangannya.

Tapi nyatanya, alfar yang menggagalkan semua itu. Sampai akhirnya zafina memilihnya sebagai calon suami.



“Alfar. Sini kamu”

Alfar segera menghampiri ayahnya yang berdiri di ambang pintu depan rumah. Dengan zafran yang berjalan malas mengikuti.


“Alfar Zafran. Kemari!” tegas Ibrahim menarik kedua putranya. Memasukan keduanya dalam kamar tamu yang kosong.


“Bicara sesuka kalian. Mau berkelahipun ayah tidak peduli. Kalian sudah dewasa. Masalah ini kalian yang harus menyelesaikan”




Setelah berkata demikian, Ibrahim mengunci pintu kamar. Rosita yang menanti dari depan langsung menghampiri suaminya itu.




“Kenapa mereka dikuncikan? Bagaimana kalau mereka berkelahi ayah?” tanya Rosita khawatir.




“Ini saran abah Abdullah bunda. Ayah yakin, mereka akan baik baik saja” jawab Ibrahim meyakinkan.


Rosita awalnya tak percaya. Namun pasrah saja, saran abah Abdullah tak pernah salah.

--

Kedua pemuda itu saling berjauhan. Dengan zafran yang cuek saja menatap layar ponselnya dan alfar yang duduk di sofa menatapi itu.



Zafina untuk Zafran Where stories live. Discover now