02

4.4K 414 14
                                    

Semenjak kejadian itu, Tetsuya  menjauhi Akashi  untuk menghukum pria itu. Mulutnya itu sangat mesum sampai rasanya Tetsuya ingin mencubitnya hingga keriting.

Sebuah telepon masuk membuyarkan lamunan Tetsuya yang sedang bersantai di akhir pekan itu. Ia mendesah saat melihat nama penelepon.

Sei-kun Is Calling . . .

Setelah mengumpat dan menyiapkan hati, akhirnya Tetsuya mengangkat telepon dari pacarnya itu.

"Halo," sapa pemuda itu dengan ketus.

"Halo, sayang. Apa aku sudah boleh ke apartemenmu ? Aku rindu "

Akashi  berdecak kesal lalu mengerang frustasi. Seperti pria itu benar-benar menemuinya karena memang sudah tiga hari mereka tidak bertemu.

"Aku salah apa Tetsuya ? Aku  selama ini hanya  jujur mengutarakan isi pikiranku, sayang."

" Justru yang salah itu pikiranmu yang  isinya hal mesum semua," gerutu Tetsuya  dengan kesal. Sudah tay salah, tapi masih tidak mau mengaku. "Kalau kau sudah normal dan tidak mesum, baru hubungi aku lagi."

Tetsuya langsung mematikan sambungan tanpa menunggu jawaban dari Akashi . Mencoba mengabaikannya walau sebenarnya ia juga merindukan kekasih mesumnya itu.


Dengan lesu, Tetsuya masuk ke dalam kamar mandi untuk merendam tubuhnya yang terasa pegal. Setelah ini ia akan melakukan marathon movie sampai hari menjelang malam.

...

Tetsuya mendesah saat air hangat beraroma vanila menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia memejamkan matanya sejenak. Mungkin nanti ia akan mempertimbangkan untuk mengizinkan Akashi  datang sebentar.

Setelah kira-kira setengah jam lamanya Tetsuya berendam, pemuda itu pun keluar dengan menggubaka jubah mandinya.

Baru saja ia akan merebahkan tubuhnya di atas kasur, suara bel membuat dirinya mengurungkan nitnya. Ia bangkit dan beranjak menuju pintu.

"Siapa?"

".."

Tidak ada jawaban hingga Tetsuya harus mengintip dari peep hole di pintu apartemennya. Ia mengernyit ketika melihat Akashi berdiri di depan sana dengan wajah datar.

Tumben sekali, biasanya wajah pria itu selalu menunjukan berbagai macam ekspresi. Yang pasti ekspresi mesumlah yang menjadi kesukaan pria itu.

Tetsuya membuka pintu apartemennya dengan kebingungan. "Sei-kun ? Kan sudah kubilang, kau boleh menemuiku saat—"

Pemilik rambut biru itu terdiam sejenak lalu mempersilahkan kekasihnya masuk. Ia mengamati Akashi yang terlihat berbeda dalam diam.

"Aku membawakanmu cokelat, es krim dan cemilan lain kesukaanmu," ujar Akashi tanpa menatap Tetsuya. Pria itu duduk di sofa ruang tamu lalu memejamkan matanya.

"Kau ... kenapa, Sei-kun ? Kau baru melakukan kesalahan apa? Atau kau lelah?"

"Aku baik-baik saja," jawab Akashi dengan tidak acuh. Ia masih memejamkan matanya tanpa berniat untuk melihat Tetsuya sama sekali.

Dengan gemas, pemuda itu pun duduk di sebelah kekasihnya itu lalu mengamit lengan Akashi dan memeluknya.

"Kau lapar?"

"Hm."

"Mau makan apa?"

"Terserah."

"Sei-kun, kau kenapa ?

Tetsuya kembali berdiri sambil menghentakkan kakinya. Ia mencoba membuka mata Akashi dengan paksa kemudan mencubit pipi pria itu ketika gagal membuka matanya.

"Aw! Sakit, Tetsuya !" seru Akashi dengan kesal lalu mengusap pipinya yang memerah.

"Lagipula Sei-kun tiba-tiba jadi aneh," gerutu Tetsuya kesal. Ia kembali duduk sambil bersedekap.

"Kau bilang ingin  aku jadi normal jadi aku mencoba seperti yang kau inginkan.  Lagipula kau tidak  mau diperlakukan mesum tapi membukakan pintu dengan  baju seperti itu !"

Akashi  berdecak kesal sambil sedikit melirik kerah jubah mandi Tetsuya yang mulai melonggar.

Tadi ia sudah mencoba untuk tidak melihat tapi sekarang ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan lagi. Ibaratnya, rezeki tidak boleh ditolak.

"Astaga, kenapa kau tidak bilang?!" Dengan cepat, Tetsuya merapatkan jubah mandinya dan mengikatnya dengan kencang. Setelah selesai, ia menatap pacarnya dengan sengit. "Sekali mesum, tetap saja mesum!"

"Jadi kau maunya apa?!"

"Aku maunya Sei-kun berubah jadi normal dan tidak mesum!"

"Aku sudah  mencoba jadi normal, tapi kau bilang aneh! Lalu aku  harus bagimana lagi?!"

Tetsuya  terdiam sejenak. Benar juga, tadi saat ia tidak melihat ekspresi dan senyuman Akashi seperti biasa atau saat pria itu hanya menjawabnya singkat, Tetsuya tidak menyukainya. Walau kesal, tapi Tetsuya tetap merindukan Akashi yang jahil, nakal dan mesum itu.

"Kalau aku mesum, kau pasti sudah bukan perawan lagi, Tetsuya."

Akashi  berdiri dengan gusar tanpa melihat kekasihnya itu.

"Lagipula hampir sembilan puluh delapan persen isi otak pria seperti itu. Hanya saja ada yang diam-diam dan ada yang jujur sepertiku. Kalau kau tidak suka, cari saja pacar yang lain."

Lalu Akashi  langsung keluar dan pergi meninggalkan Tetsuya yang termenung.

Benar juga, belum tentu jika pacarnya merupakan pria yang baik dan sopan, hubungan mereka akan bertahan lama seperti hubungannya saat ini atau bisa saja Tetsuya  sudah bukan 'perawan' lagi.

Biar mesum, Akashi tidak pernah menyentuhnya lebih jauh dari berciuman. Pria itu selalu menghargai keinginannya dan tidak pernah mau menyakitinya.

Bahkan Akashi hampir tidak pernah marah saat ia bersikap menyebalkan. Ini kali pertama Tetsuya melihat pria itu marah dan pergi meninggalkannya begitu saja.

Seharusnya Tetsuya menerima kekasihnya itu apa adanya karena Akashi bahkan sudah lebih dari apa yang diinginkannya.


Pervert LoverWhere stories live. Discover now