03

4.7K 378 21
                                    

Tetsuya  mendesah frustasi ketika pesannya hanya dibaca tanpa dibalas sedikitpun oleh pria itu selama dua hari ini. Bahkan teleponnya juga tidak diangkat walau ia mencoba menghubunginya ratusan kali.

To : Sei-kun

"Sei-kun kau marah ya ? Aku Minta maaf. Jangan marah lagi "

Pemuda  itu mencoba untuk memutar otaknya dan mencari cara agar Akashi  mau menemuinya dan datang ke apartemennya.

Setelah berpikir keras akhirnya ia mengirimkan pesan untuk kekasihnya itu. Lalu ia keluar dan pergi ke sebuah toko untuk membeli ikan.

To : Sei-kun

Sei-kun, aku harus menjaga ikan tetanggaku tapi tidak tau caranya. Tolong aku😭 kalau ikannya mati, aku akan dimarahi😭

Biasanya Akashi tidak tega jika ia sudah menggunakan emoji menangis seperti itu. Jadi kemungkinan pria itu akan datang lumayan besar. Apalagi jika Tetsuya sedang dalam situasi kesulitan juga.

Jadi sekarang Tetsuya  tinggal membeli aquarium dan seekor ikan mas hias dan membawanya pulang. Setelah itu, ia membuat Sup Tofu kesukaan Akashi.

Ia harus mempersiapkan semuanya jika ingin Akashi  memaafkannya. Apa pun, asal pria itu kembali seperti semula.

...

Tepat setelah Tetsuya  selesai membuat Sup, bel apartemen pun berbunyi. Dengan tergesa dan wajah sumringah, Tetsuya langsung bergegas membukanya.

Di sana berdiri Akashi  yang berwajah masam sedang menatapnya dengan datar. Tanpa menunggu lagi, Tetsuya langsung menubrukan tubuhnya dan mendekap kekasihnya itu dengan erat.

Setelah puas, Tetsuya pun menarik tangan pria itu untuk masuk ke dalam lalu ditutupnya pintu apartemennya dengan cepat.

"Kau sudah makan? Belum kan? Ayo kita makan dulu!"

Akashi hanya mengikuti keinginan Tetsuya dalam diam. Ia duduk di meja makan dan mulai melahap sup tofu buatan sang kekasih yang selalu menjadi kesukaannya.

"Sei-kun, aku minta maaf soal kemarin... Kerjaan kantorku sedang banyak dan pikiranku jadi menumpuk. Kau boleh mesum atau apa pun tapi aku mohon jangan marah lagi." 

Tetsuya mengerucutkan bibirnya dan menatap pria itu dengan memelas.

Mata yang sedikit berkaca-kaca itu membuat Akashi tidak tega dan akhirnya menyerah. Ia menghela napas lalu menganggukan kepalanya.

"Baiklah."

Tetsuy pun bersorak girang. Ia mengecup pipi kekasihnya lalu memeluknya erat. "Terima kasih!"

Setelah itu, suasana semakin mencair. Akashi yang awalnya masih sedikit kaku mulai kembali  cerewet. Tidak ada yamg lebih melegakan dari itu.

Selesai makan, mereka duduk di sofa ruang tamu sambil memandangi ikan mas yang sedang berenang-renang bebas di dalam aquarium bulan berukuran sedang.

Tetsuya duduk di antara kaki Akashi sambil menyandarkan punggungnya di perut berotot pria itu. Tangan Akashi melingkar di perutnya. Memeluknya sekaligus meluapkan kerinduan mereka.

"Jadi..." Akashi berdeham sejenak sebelum meneruskan kalimat petuahnya. "Merawat ikan harus dilakukan dengan lembut dan penuh perhatian karena ikan tidak bisa mengeluarkan suara atau menunjukan keinginannya. Sama seperti merawat  pantat seksimu yang juga harus dilakukan dengan penuh perhatian dan kelembutan."

Tetsuya berdecak kesal dan mendengus geli. "Masa ikan disamakan  dengan pantatku." 

Wajah Tetsuya memerah saat mengatakan hal itu.

"Baiklah.. pantatmu jauh lebih besar dan bulat ."

"Sei-kun !"

Pemuda pemilik marga Kuroko  itu melotot horror dengan wajah dan telinga yang sangat merah karena malu . Melihat tingkah Tetsuya, membuat Akashi gemas hingga ia mengalurkannya dengan mengecupi pipi merona kekasihnya.

"Aku merindukanmu Tetsuya " ungkap Akashi lalu mengeratkan pelukannya. Kecupannya semakin maju mendekati sudut bibir Tetsuya  hingga mau tidak mau  melengkungkan bibirnya ke atas.

"Aku juga. Sangat." Tetsuya menerima ciuman yang diberikan kekasihnya itu dengan senang hati. Mereka menyalurkan rasa rindunya selama dua hari ini lewat kuluman lembut itu.

"Oh iya." Tetsuya  menjauhkan wajah mereka saat mengingat sesuatu. Ia menatap Akashi dengan takut-takut walau sebenarnya pria itu bukanlah tipe pemarah.  Itu hanya berlaku pada Tetsuya.

"Aku mau jujur. Ikan itu bukan milik tetanggaku, Sei-kun. Aku baru membeli di toko sebelah tadi pagi." 

"Aku tau," jawab Akashi dengan santai. Jawaban yang tidak diduga Tetsuya sama sekali.

"Kenapa bisa?"

"Karena kau tidak pernah dekat dengan tetanggamu, sayang. Galak begini, siapa juga yang mau dekat-dekat.  Hanya aku seorang."

Tetsuya  memukul lengan pria itu hingga membuar Akashi  terbahak. "Asal kamu tau, aku hanya mesum padamu Tetsuya."

"Aku tau," balas Tetsuya, sama seperti jawaban kekasihnya tadi. Ia tersenyum geli saat Akashi  pura-pura menampilkan ekspresi terkejut lalu mencubit pipi pria itu dengan gemas.

"Karena kalau kau mesum ke orang  lain, kita lihat saja nanti. Itu—" Tetsuya  menunjuk ke arah pangkal paha Akashi  lalu membuat gestur memotong dengan sadis. "—akan habis."

Akashi  hanya bisa meringis ngeri. Biar imut begitu Tetsuya bisa berwajah kejam juga.

"Siap, master," jawabnya dengan patuh. Tanpa diancam pun, Akashi  tidak akan pernah berpaling dari kekasihnya itu.

"Sepertinya mulai sekarang aku harus menggunakan tanda."

"Tanda apa?"

"Berani sentuh kekasih Akashi berarti bunuh diri "

Jawab Akashi  sambil mengeling ke arah kerah baju Tetsuya yang sedikit tersingkap. Sebenarnya ia sudah menyadarinya daritadi, hanya saja ia tidak mungkin membuat pemandangan indah itu menghilang begitu saja, kan?

"Sei-kun !! DASAR MESUM!"

Sepertinya Tetsuya tetap harus banyak bersabar dalam menghadapi Akashi  dan kemesumannya yang tidak akan pernah berubah itu.

END

Akakuro di sini memang OOC karena saya lagi bosen dengan karakter yang biasa :'v

Maaf kalau ada yang tidak berkenan ya.. 😁🙏

Selamat Merayakan Natal bagi yang merayakan 😍😘Selamat liburan bagi yang tidak merayakan 😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat Merayakan Natal bagi yang merayakan 😍😘
Selamat liburan bagi yang tidak merayakan 😁

Saya lagi banyak kegiatan jadi gak sempat bikin cerita Natal..🤧 update juga baru bisa sekarang  🤧
Jadi di ucapin disini aja 😁

Ya sudah Bye ~
XD /

Pervert LoverWhere stories live. Discover now