Sakit

4.3K 328 43
                                    

Kini para member tengah menatap Jimin cemas, namun pengecualian untuk Jungkook.  Pemuda itu tengah menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan lengan.

"Jim......kau baik baik saja?" Hoseok yang pertama kali membuka suara.






"Apakah ini bisa disebut baik." Jimin menatap sinis Yoongi seraya menunjuk hidungnya yang disumpal menggunakan kasa.

"Itu salahmu sendiri pendek, siapa yang menyuruhmu berada di belakang pintu." Yoongi membela dirinya.

"Wah, hyung kau itu benar benar." Jimin nampak geram dengan Yoongi.

"Aku baru saja selesai mandi, dan dengan seenaknya kau menghancurkan pintu kamar ku." Jimin memalingkan wajahnya dari Yoongi.

"Apa kau masih marah Jim?" Taehyung menatap Jimin dalam.

"Siapa yang marah?" Jimin bertanya balik pada Taehyung

"Tapi sejak kemarin kau mengurung diri di kamar, bahkan tak memakan apapun." Seokjin menyodorkan segelas jus dihadapan Jimin.

Jimin hanya diam, netranya beralih menatap Jungkook yang masih menyembunyikan wajahnya di balik lipatan lenganya. Ia merasa bersalah pada maknae itu.

"Jim...." Namjoon memanggil pelan Jimin, membuat sang empu tersadar dari pikirannya.

"Aku hanya kecewa pada diriku sendiri. Aku tak bisa menjaga Jungkook, aku bukan hyung yang baik." Jimin menunduk dalam, seraya melepas kasa yang sudah ternoda dengan darah yang keluar dari hidungnya.

Jimin beranjak dari tempatnya untuk membuang kasa yang baru saja ia gunakan, darahnya memang sudah berhenti keluar namun rasa nyerinya masih begitu terasa.

Saat Jimin kembali para saudaranya menatap Jimin, seakan ada hal yang ingin mereka sampaikan.

"Cooky, hyung minta maaf atas kejadian kemarin." Jimin mendekati sang maknae, seraya mengelus pelan pucuk kepala Jungkook.

Namun Jungkook tak merespon sama sekali, sepertinya ia sangat kecewa pada Jimin.

"Jungkook-ah, aku memang payah." Nada bicara Jimin yang rendah disertai dengan senyum kecut, membuat para saudaranya menatap Jimin iba.

"Hyung tidak salah, aku saja yang lemah." Jungkook mengangkat kepalanya dan menatap Jimin dengan senyuman. Jimin menatap Jungkook tak percaya, bagaimana bisa ia tersenyum semanis itu.

"Maaf hyung harus mengingatkan hari itu." Jimin masih  menatap Jungkook. Dan pemuda itu masih tersenyum.

"Kau marah pada hyung?" Jungkook menggeleng membuat Jimin menghela nafasnya.

"Lalu mengapa kau diam saja sejak kemarin?" Jungkook kembali menunduk. Tak hanya Jimin namun para saudara yang lain kini juga menatap Jungkook, menanti jawaban dari maknae tersebut.





















"Gigiku sakit." Jawaban Jungkook membuat semua saudaranya menatap tak percaya.

***
Disebuah ruangan sempit, seorang pria paruh baya tengah duduk di sebuah kursi dengan menyesap kopi. Uap kopi panas mengepul dari cangkirnya.

Beberapa map terjejer rapi dihadapnya, seorang pria tengah berdiri dihadapanya dengan menundukkan kepala.

"Itu semua foto dari member 007." Pria itu berucap dengan kepala yang tertunduk. Pria paruh baya itu nampak bangkit dari kursinya, ia berjalan menuju sebuah rak kayu dan mengambil sebuah pistol.

"Ini pistol yang sama, yang ku gunakan untuk membunuh wanita itu. Dan pistol ini juga akan aku gunakan untuk membunuh mereka." Pria paruh baya itu memberikan senyum miring, ia beralih menatap pria yang baru saja memberinya info tentang 007.

"Aku ingin kau menjebak mereka."

"Culik anak-anak dan bawa mereka kemari."

"Baik tuan!"

"Jangan sampai gagal kali ini, jika kau tak ingin pistol ini membunuhmu terlebih dahulu."

Pria itu segera beranjak dari tempatnya dan melesat pergi guna melaksanakan misi dari tuanya.

Pria paruh baya itu kembali menyesap kopinya, sesekali memandang piatolnya dengan tersenyum miring.

"Mari bersenang-senang Kim."

"Aku menantikan ini sejak lama." Pria paruh baya itu melangkahkan kakinya menuju meja kecil di pojok ruangan, menatap photo seorang wanita dengan senyum manisnya.

"Aku merindukanmu."

***
Kini para member 007 tengah menjalankan misi, yaitu membawa Jimin dan Jungkook ke rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan.

"Tidak.......aku tidak mau..........!!" Jungkook terus berteriak saat mereka sampai di rumah sakit. Sementara Jimin ia hanya pasrah, lagipula hidungnya juga terasa sakit.

"Jungkook, kita hanya akan memeriksakan gigimu." Seokjin menarik lengan Jungkook.

"Ani...........andwae...........!!"

"Cooky, gusimu bengkak. Ini hanya pemeriksaan." Namjoon mengimbuhi.

"Aku takut.........!"

"Ayolah kita akan menemanimu." Tawar Taehyung, Jungkook nampak berfikir sampai akhirnya pemuda Jeon itu mengangguk lemah.

Kini member bangtan dibagi menjadi dua, Yoongi dan Taehyung menemani Jimin memeriksakan hidungnya. Sementara yang lain mengantar Jungkook ke dokter gigi.





"Bagaimana hidungmu bisa seperti ini Jimin-ah?" Minhyun memeriksa hasil CT scan hidung Jimin.

"Tanyakan saja padanya." Jimin menatap Yoongi yang berdiri di sampingnya.

"Sudahlah, apakah hidunnya patah?" Yoongi berucap tanpa beban.

"Kau benar-benar jahat hyung." Jimin mengembungkan pipinya.

"Ani, hanya sedikit lebam nanti juga akan hilang. Aku akan memberi resep obatnya." Minhyun kini berkutik dengan kertas di mejanya.

"Jimin-ah, aku yakin hidungmu tidak akan hilang dan itu terwujut." Taehyung berucap dengan bangga.

"Apa maksudmu hidungku akan hilang?" Jimin menatap Taehyung penuh tanda tanya.

"Aku pikir hidungmu akan diamputasi karena cidera." Taehyung berucap dengan menunjukkan senyum kotaknya. Jimin nampak tak dapat menalar ucapan Taehyung.

Yoongi dan Minhyung hanya menggelengkan kepala mereka mendengar percakapan tak berkelas.




Di tempat lain Jungkook nampak kembali memberontak.

"Andwae.........!!" Jungkook menutup rapat mulutnya.

"Ini tidak akan sakit kami hanya akan mencabut gigi geraham mu." Dokter itu membenahkan posisi lampu.

"Ayo buka mulutmu."









"Argh...................!!"

















Bersambung.........................

Hai..........
Aku hanya bisa up cepat kalau liburan. Jadi kalau sudah liburan selesai mungkin hanya bisa satu minggu sekali. Harap pengertiannya.
😄😄😄

SuspiciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang