Ten - Afraid

20.2K 1.1K 44
                                    

Selamat malam selamat membaca

"I just thought that you could protect me from what I was afraid of

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I just thought that you could protect me from what I was afraid of. so, please stay beside me. "
.
.
.

Dizzi terusik dalam tidurnya karena suara bel apartement yang terus berbunyi tanpa henti. Perlahan Dizzi membuka matanya lalu menatap sekelilingnya. Ia tertidur di sofa yang menghadap televisi. Dari balik kaca jendela yang terbuka terlihat langit yang sudah menggelap.

"Sebentar!" Lirih Dizzi menoleh ke arah pintu apartement yang sedari tadi berbunyi.

Dizzi menghela napas lalu menatap tampilannya dari layar ponselnya yang mati. Matanya terlihat sembab karena tadi ia habis menangis. Setelah sedikit memperbaiki penampilannya, Dizzi melangkah mendekati pintu Apartement.

Genggaman Dizzi pada gagang pintu mengeras saat melihat siapa yang berada dibalik pintu apartementnya.

"Kenapa kau mengganti password apartementmu?" Tanyannya dengan kesal.

"Pergi!" Usir Dizzi tanpa menghiraukan pertanyaan Alardo.

Dizzi lalu menutup kembali pintu apartemennya. Namun Alardo tidak membiarkannya, pria itu dengan kuat mendorong pintu itu hingga terbuka lebar. Membuat Dizzi sedikit terdorong ke belakang.

"Ya!! Apa kau tidak mendengarkan ucapanku tadi?" Teriak Dizzi marah.

Alardo tersenyum kecil lalu menutup pintu apartement Dizzi dengan santai. Pria itu sama sekali tidak mempedulikan Dizzi yang terlihat marah. "Aku datang untuk menemuimu bukan untuk kau usir!"

Dizzi mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap Alardo dengan kebencian yang semakin bertambah setiap detiknya.

"Apa kau habis menangis?" Kedua tangan Alardo menyangga pipi Dizzi hingga ia bisa leluasa memerhatikan wajahnya. "Berapa lama kau menangis?"

Dizzi mendorong Alardo, menjauhkan dirinya dari jangkauannya. "Bukan urusanmu! Pergi sekarang atau aku akan menelfon petugas keamanan untuk menyeretmu!" Ancam Dizzi.

Alardo tersenyum kecil, "lakukan jika kau bisa!"

Dizzi mendengus lalu berjalan menuju telfon yang berada di atas nakas dekat sofa. Namun belum sempat telfon itu tersambung Alardo lebih dulu menariknya dan meletakannya kembali ke meja.

"YAA!!" Dizzi berteriak lalu menatap Alardo dengan tajam.

"Jangan lakukan hal yang hanya akan sia-sia!"

The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang