Epilog

2.3K 71 0
                                    


S

eperti janji ibunya, hari ini Anya akan bertemu dengan Nesa. Ibunya belum memberi tahu. Dia tak akan sanggup memberitahukannya. Dia melajukan mobilnya ke suatu tempat.

"Mah, kita mau kemana?" tanya Anya.

"Bertemu Nesa," ucap ibu Anya. Anya tersenyum. Satu hal yang ingin ia lakukan. Memeluk dan meminta maaf pada sahabatnya.

"Tapi, ini bukan jalan ke rumah Nesa," ucap Anya.

"Nesa sudah ada di suatu tempat, dan kita akan mengunjunginya." Anya mengangguk.

Tak lama, mereka sampai. TPU.
"Kenapa kita kesini?" tanya Anya.

"Tentu saja sayang, bertemu Nesa," ucap ibu Anya.

"Tapi, kenapa Nesa ingin bertemu di tempat seperti ini?" tanya Anya.

"Ayo kita akan bertemu dengan seseorang yang sangat berarti dalam hidupmu.

Anya hanya mengangguk.
"Hai Arkan? Kau masih terus berkunjung?" ucap ibu Anya.

"Oh, hai tante. Hai Anya," sapa Arkan. Dia sering berkunjung ke pusara ini. Pusara seseorang yang sangat berharga bagi dirinya.

"Arkan ngapain disini?" tanya Anya. Arkan hanya tersenyum.

"Mah, mana Nesa. Kok Anya nggak liat dia yah. Terus orang yang donorin jantungnya mana? Katanya mereka berdua ada di sini. Kok Anya nggak liat," ucap Anya sambil celingak-celinguk mencari Nesa.

"Anya, orang yang kau cari ada di hadapanmu," ucap ibu Anya.

Anya menghadap ke depan.
"Arkan maksud mamah?," ucap Anya.

Arkan menggeleng. Dia menunjuk sebuah nisan dengan pusara yang masih basah.

"Apa-apaan. Aku mau ketemu Nesa, bukan mau berziarah. Yang bener dong mah, jangan bikin Anya takut. Mana Nesa, Anya mau ketemu Nesa," ucap Anya. Dia ketakutan, bahkan sekarang dia menangis.

"Anya, dia Nesa. Nesa sudah tiada. Nesa yang udah donorin janrungnya buat kamu sayang," ucap ibu Anya.

"Mamah bohong. Nesa masih ada." Anya menatap Arkan.

"Bilang Arkan kalau Nesa masih hidupkan? Dia nggak donorin jantungnya buat aku kan?" tanya Anya.

Arkan hanya diam, dia hanya bisa menatap Anya dengan iba. Dia pun sama dengan Anya. Kehilangan atas seseorang yang sangat dicintai.

"Nggak, itu bohong. Nesa masih hidup. Mah, ayo katakan, dimana Nesa? Anya mau minta maaf sama Nesa. Anya yang jahat, Anya yang udah nggak mempercayai Nesa kalau dia setia sama Anya." Anya menangis. Ibu Anya memeluknya.

"Percayalah Anya, Nesa sudah tiada demi kamu," ucap ibu Anya.

"Nggak." Anya menatap sebuah nisan bertulis

Dewi Nadira Anesa
Binti
Doni Hendrawan

"Nesa, pliss. Aku harap ini bukan kamu," ucap Anya sambil menggeleng kan kepalanya.

"Mah, dia bukan Nesa kan? Nesa Anya itu kuat, dia janji nggak bakal tinggalin Anya," ucap Anya sambil menangis di pelukan mamahnya.

"Nggak Anya. Itu memang Nesa. Nesa titip pesan buat kamu. Dia minta maaf, dia belum bisa jadi sahabat yang baik. Dia bilang kalau dia sayang kamu. Dia rela lakuin apapun demi kamu," ucap Arkan.

Anya masih menangis di pelukan ibunya. Satu jam Anya menangis di sana.

"Udah Anya, lepasin Nesa. Dia pasti sedih lihat kamu jadi kayak gini. Dia nggak mau liat perjuangannya donorin jantung buat kamu terbuang sia-sianya cuman buat nangis," ucap ibu Anya.

Best Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang