29

45 8 0
                                    

Noa sedang menunggu Cia yang belum juga kembali dari toilet. "Katanya tadi sebentar doang! Nanti tempat duduk buat lo diambil lagi!" Batin Noa.

Noa sudah menyiapkan tempat duduk untuk Cia diam-diam. Noa pura-pura tak ingin duduk dengan Cia walau sebenarnya sangat ingin berdekatan dengan gadis itu.

Wail duduk di bangku sebelah Noa yang kosong. Wail berpikir tak ada yang mau duduk dengan Noa makanya dia duduk disana, namun Noa malah menatapnya tajam.

"Disini kosong kan? Gue duduk disini ya, No."

"Lo pergi atau gue bunuh?"

Wail langsung berdiri dari tempat duduk itu, "ngeri banget pak bos. Lagian disini kosong No, gue duduk disini boleh ya?" Ucap Wail sambil menunjuk-nunjuk bangku kosong disebelah Noa itu.

"Sana duduk sama Reas! Jangan ganggu gue! Gue pengen duduk sendiri!" Ucap Noa dengan menekan setiap kata demi kata.

Wail menghembuskan nafas dengan kesal. Kenapa hanya mencari teman duduk saja sangat susah? "Reas udah dipojokan sama cewek. Dan lo sendiri, masak gak boleh sih?"

Wail benar-benar membuat emosinya memuncak. Dengan tatapan tajamnya Noa memukul meja dengan keras membuat seisi kelas terkejut bukan main.

Wail yang tak ingin membuat singa marah disaat jam segini membuatnya pergi mencari tempat duduk yang lain, "awas aja ada yang duduk disana, gue potong tangan lo No!" Wail berbicara begitu karena Noa yang mengatakan ingin duduk sendiri.

Noa kembali duduk dan menetralkan emosinya. Wail benar-benar tidak peka! Sudah jelas bangku yang kosong itu untuk Cia.

"Cia mana sih? Lama banget!" Batin Noa.

Noa langsung tersenyum karena suara hentakan sepatu yang ingin masuk ke kelasnya. Itu pasti Cia.

Noa pura-pura mengambil buku dan membacanya agar tak ketahuan bahwa dari tadi dirinya menunggu Cia.

Noa masih sibuk pura-pura membaca, senyumnya terbit dikala suara sepatu itu semakin mendekat ke arahnya. Noa masih stay cool ditempatnya.

Namun, senyum Noa sirna saat orang itu membuka suaranya. "No, gue duduk disini boleh ya?" Ya, itu bukan Cia. Entah siapa Noa tak mengenalnya, dia laki-laki dengan kacamata yang membuat Noa semakin kesal saja.

Noa tak langsung menjawab, mata tajamnya ke arah lelaki itu sudah cukup menjawabnya. Jika Noa sudah menatap tajam, itu berarti kita harus mengalah. Tatapan tajamnya begitu menakutkan.

Lelaki itu tak menghiraukan tatapan tajam Noa, "Noa, boleh apa gak?" Siapa yang tak mengenal Noa. Seisi sekolah tau dirinya, makanya lelaki kacamata itu juga mengetahui Noa. Namun, dirinya tak tahu sifat menyeramkan Noa.

Lagi dan lagi Noa memukul keras meja dihadapannya, "kalau gue udah natap lo tajam kayak tadi, berarti lo harus cari tempat duduk lain!"

Ucapan Noa itu membuat lelaki kacamata tadi lari memilih tempat duduk lain. Para siswa dikelas itu hanya geleng-geleng kepala dengan sikap Noa. Tidak ada yang berani melawan sikap keras Noa itu walau mereka sama-sama laki. Berbeda lagi dengan para siswi yang menatap takjub dengan Noa. Noa benar-benar masa depan idaman. Wajahnya yang luar biasa indahnya, ditambah dengan sikapnya yang sangat gagah. Dijamin setiap wanita menyukainya.

"Anjir banget si Cia! Udah mau dikasi bangku disebelah gue dia malah lama banget!" Batin Noa.

Baru saja Noa membatin, Cia datang dengan tersenyum lebar kearahnya. Noa cepat-cepat mengambil buku dihadapannya dan tersenyum dibalik buku itu.

Cia mengarah ke meja Noa. Semua yang berada di kelas langsung menatap lesu ke arah Cia.

"Mampus! Target selanjutnya yang akan membuat Noa marah!"

Different (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang