34

69K 3.5K 223
                                    

Pagi ini Ica masih marah. Bukan hanya dengan Edgar ia marah, namun dengan Neira juga. Neira dan Edgar mencoba membujuk Ica. Namun Ica keukeuh, ia tetap memeluk Tiana.

"Om minta maaf princess. Kan kamu princess om, masa marah. Om beliin es krim sama boneka lagi ya? Nanti main sama om sama kakak Neira," Rayu Edgar sambil berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Ica.

"Enggak!" Teriak Ica sambil menangis.

"Ica, kalo Ica nangis kakak juga sedih. Maafin kakak ya? Ica kan anak baik," Neira pun ikut merayu Neira.

"Enggak, aku gak mau nanti diomelin om lagi," Ucapnya sambil sesegukan.

"Om gak marahin kamu lagi, om janji. Sekarang kita ke taman hiburan aja yuk, kan princess mau naik kuda kudaan katanya," Rayu Edgar sambil mengusap rambut Ica.

Ica mulai luluh, ia melihat ke arah Edgar walaupun masih memeluk Tiana. Ica juga melihat Neira yang kelihatan bersedih. "Tapi om janji gak akan marah lagi?" Tanya Ica.

"Iya om janji," Sahut Edgar sambil mengelus rambut Ica.

Ica pun langsung menghapus air matanya dan melepaskan pelukannya, lalu berlari ke arah Neira. "Kakak Neira ikut kan?" Tanyanya pada Edgar. Edgar mengangguk sambil tersenyum.

"Kakak!" Panggil Ica. Neira pun langsung menunduk, Neira tidak bisa berjongkok lagi karena perutnya yang sudah membesar. "Apa sayang?" Tanyanya.

"Aku minta maaf, aku marah marah sama kakak. Aku janji gak akan marah sama kakak lagi," Ica memeluk kaki Neira.

"Iya sayang," Neira mengusap kepala Ica.

"Yaudah yuk kita jalan," Ajak Edgar.

Edgar, Neira dan Ica pun langsung berangkat. Sementara Tiana dan Tyo yang sedari hanya menyaksikan permintaan maaf Edgar, menunggu di apartemen Edgar.

•••

Sekarang Edgar, Neira dan Ica sedang berada di taman hiburan. Sedari tadi Ica selalu ribut untuk menaiki komidi putar atau carousel. "Ayuk om, aku mau naik kuda kudaan!" Ica menarik tangan Edgar dan Neira ke arah komidi putar itu.

"Iya sayang pelan pelan," Ucap Edgar yang pasrah tangannya ditarik Ica, begitupun Neira.

Tak lama kemudian, Edgar dan Ica telah menaiki komidi putar itu. Neira tidak bisa menaiki komidi putar itu karena kondisi kehamilannya. Neira takut ia tak kuat dan tak tahan saat menaiki komidi putar itu, walaupun putarannya pelan.

Edgar dan Ica sangat bahagia. Mereka terus terusan tertawa dan sesekali melambaikan tangan ke arah Neira. Neira pun ikut tersenyum dan membalas lambaian tangan mereka.

Beberapa menit kemudian, Ica dan Edgar telah selesai menaiki Komidi putar. Ica pun merengek meminta gulali. "Aku mau itu!" Tunjuknya pada gulali yang berjejer di gerobak.

"Nanti gigi kamu sakit princess," Larang Edgar pada Ica.

Ica pun menampakkan wajah sedih dan memeluk Neira, seperti memohon kepada Neira. Neira yang kasihan kepada Ica pun langsung menatap Edgar, seperti isyarat mengizinkannya.

"Yaudah, tapi nanti kalo udah sampe rumah, langsung apa?" Ucap Edgar.

"Gosok gigi! Yee!" Ica tampak senang karena Edgar mengizinkannya memakan gulali.

Edgar membelikan Ica gulali tersebut dan memberikannya kepada Ica. Ica memakan gulali tersebut dengan lahap. Sampai sisa terakhir pun sudah dilahap Ica, Neira pun langsung mengelap tangan Ica dengan tisu basah yang dibawanya.

"Aku mau naik kereta itu om," Ica tak sengaja melihat kereta mini yang berbentuk hewan hewan lucu.

"Tapi om gak bisa temenin Ica naik itu, itu cuma buat anak kecil," Kereta itu memang diperuntukkan untuk anak kecil saja, terlihat dari ukuran tempat duduknya.

"Gak apa apa, ayo om!" Ica menarik semangat tangan Edgar. Edgar pun pasrah. Neira yang berada di belakang mereka hanya mengikuti.

Tak lama kemudian, Ica sudah menaiki kereta tersebut dengan gembira. Edgar dan Neira hanya menunggunya di luar pagar sambil sesekali melambaikan tangan mereka pada Ica.

Edgar memperhatikan Neira yang sedang mengusap kaki kirinya. Terlihat sekali Neira terlihat lelah, apalagi perutnya yang sudah membesar.

"Kamu capek? Hmm?" Tanya Edgar. Edgar menarik kepala Neira agar bersandar pada dada bidangnya.

Neira hanya menggeleng, walaupun sebenarnya iya. Dengan kehamilannya yang sudah 5 bulan, Neira merasa lebih sering merasakan lelah. Tak hanya lelah, ia kadang merasakan sakit di pinggangnya dan pusing di kepalanya. Namun, ia tidak bisa mengeluh sekarang. Edgar pasti akan menyuruh mereka untuk pulang jika tau Neira merasa lelah.

"Kakak!" Teriak Ica berlari ke arah Neira setelah ia selesai menaiki kereta mini itu.

"Gimana seneng gak?" Tanya Neira setelah Ica memeluknya.

"Iya, aku mau kesini besok terus besok terus besok lagi. Aku mau main sama kakak lagi pokoknya," Ica berbicara dengan nada anak kecilnya yang imut.

Merasa gemas dengan nada bicara Ica, Neira mencubit pelan pipi Ica. Siapa pun akan gemas melihat anak kecil bertubuh gemuk dan pipi chubby yang merah.

"Aku laper om," Sekarang Ica beralih memeluk Edgar.

"Laper? Mau makan apa princessnya om?" Tanya Edgar sambil mengusap kepala Ica.

"Aku mau apa aja," Ucap Ica.

"Dasar gendut," Edgar mencubit pipi Ica gemas.

"Om!" Teriak Ica kesal.

Edgar hanya tertawa begitupun Neira. Lalu, Edgar mengajak mereka untuk makan di salah satu restauran yang ada disana.

•••

Edgar, Neira dan Ica telah selesai makan di salah satu restauran yang ada di taman hiburan itu. Kini Ica telah tidur, kepalanya berada di pangkuan Neira karena ia merasa sangat lelah.

"Kenapa kamu lucu sih princess?" Ucap Edgar yang memperhatikan Ica tidur sedari tadi. Ica memang sangat lucu saat tidur, mulutnya terbuka dan sedikit dengkuran halus. Hal itu membuat Edgar gemas sedari awal Ica tidur.

"Nanti anak kita kaya Ica ya nei?" Edgar mengelus perut Neira.

Neira hanya tersenyum dan mengangguk. "Kapan kita pulang?" Tanya Neira.

"Nanti dulu, kasihan Ica. Aku juga tau kamu capek. Sini biar Ica aku yang pangku," Edgar berniat mengambil alih tubuh Ica, namun Neira menolaknya. "Biar aku aja," Ucapnya seraya merapihkan rambut Ica yang menutupi wajahnya.

"Kamu keliatan bahagia banget. Nanti kalo anak kita lahir, aku janji setiap minggu kita ke tempat hiburan kaya gini. Aku, kamu sama si kecil nanti. Aku jadi gak sabar nunggu si kecil lahir," Edgar terlihat sangat bahagia mengucapkan kalimat itu. Namun lain dengan Neira yang terlihat sedih. "Asal kamu tau kak, aku lebih sakit dengan perlakuan kamu kaya gini," Neira berucap dalam hatinya.

Neira sangat miris pada dirinya sendiri. Ia pernah beranggapan bahwa Edgar akan jadi suaminya selamanya. Ia berfikir ia telah lupa diri. Dengan keadaannya seperti ini, dengan derajatnya yang tidak sebanding Edgar, bagaimana mungkin ia akan lama dengan Edgar. Edgar hanya memenuhi tanggung jawabnya saja, fikirnya.

Tak lama kemudian, Handphone Edgar berbunyi. Ia pun segera mengangkatnya.

"Iya ada apa?"

'... '

"Apa? Saya kesana sekarang,"

Edgar mematikan panggilan tersebut dan wajahnya terlihat panik. "Nei aku ada urusan, kamu tunggu sini, nanti aku jemput lagi!" Ucap Edgar. Edgar mencium Neira dan melenggang pergi.

•••

Annyeonghaseyo!!!
Othor imnida again!!!!

Eh part pertama di tahun 2020,yeaay!!!

Maaf ya othor lama update,,, karena banyak urusan,,, dan juga bantuin sodara othor yang kena banjir,,, kalo disini ada yang kena banjir juga,,, othor turut prihatin ya.

Oke gimana part kali ini? Semoga aja kalian suka!

So, segini dulu dari othor
Gomawo😘

Silent WifeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin