14 - Reason

102 21 5
                                    

"Isabelle, boleh aku ... mengatakan sesuatu padamu?" tanya Ray. Lengang selama beberapa saat. Aku sedikit penasaran.

"Apa itu?" tanyaku penasaran. Ray menghela napas panjang. Seeprtinya apa yang ingin ia katakan adalah hal yang berhubungan sangat erat dengan kodisi saat ini.

"Mungkin kau pernah bertanya mengapa nama belakangku hanya J. Itu memang terkesan sederhana. Tapi sebenarnya ... aku sengaja menyembunyikan nama belakangku dari kalian.

"Sebenarnya J itu adalah kependekan dari ... Johanson. Iya, nama lengkapku sebenarnya ... Ray Johanson," jelasnya. Aku tercengang mendengar penuturan laki-laki ini. Sangat sedikit kemungkinan ia berbohong. Apa itu artinya ....

"Iya, yang kumaksud pamanku yang ikut menjadi korban itu memang Professor Johanson. Aku sengaja menyembunyikan hal ini dari kalian karena ...." Ray tidak melanjutkan penjelasannya. Dia tiba-tiba saja terdiam.

"Karena apa?" tanyaku penasaran. Ray terdiam cukup lama. Selama itu, dia hanya memandangi rintik hujan yang jatuh melalui atap halte.

"Alex Johanson, nama itu dikenal sebagai seorang pemberontak di keluarga kami. Awalnya, dia adalah seorang pemuda yang sangat genius dan bersemangat jika membahas tentang perkembangan teknologi.

"Keluargaku — bisa dikatakan — sangat anti terhadap perkembangan itu. Mereka lebih memilih menggunakan cara lama dalam berbagai hal. Tidak peduli walaupun semua orang menggunakan smartphone generasi terbaru, keluargaku tetap setia menggunakan handphone lama.

"Saat itu, keluargaku menentang Paman yang sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi jurusan teknik mesin. Mereka tetap bersikeras pada pendirian masing-masing. Hingga Kakek berkata pada Paman malam itu, 'pergi saja cari apa yang kau inginkan dan jangan pernah kembali lagi!'

"Tekad Paman sama sekali tidak surut. Malam itu juga, dia memilih untuk pergi dari rumah untuk menyelesaikan studinya. Hingga menjadi se-sukses itu, dia benar-benar tidak kembali.

"Kakek yang melihat wajah Paman di televisi diam-diam tersenyum tipis, meskipun tak jarang kulihat dia menangis, menyesali kata-katanya malam itu. Ayahku juga ... sering melakukan hal yang sama. Dia selalu berkata 'seharusnya sebagai kakak aku mendukung cita-citanya.'

"Kau tahu soal tergedi kecelakaan pesawat tanggal 21 April 2043? Oh, semua orang pasti tahu hal itu. Saat itu, seluruh keluargaku berencana untuk liburan ke luar negeri, tetapi aku tertinggal di rumah dan ... tidak ikut. Hmm ... kalau tidak salah, aku seperti anak dalam film lama ... apa ya judulnya? Ah, sudahlah.

"Sejak saat itu, aku hanya tinggal sendirian di apartemen. Hidupku tergantung pada tabungan yang ditinggalkan keluargaku. Tapi, aku sadar jika tak selamanya bisa bertahan dengan cara itu. Karenanya, aku memilih bekerja paruh waktu.

"Paman yang mengetahui hal itu segera mendatangiku di apartemen. Dia menawarkan agar tinggal bersamanya. Tapi, aku tidak mau dan malah menyuruhnya segera pergi dan jangan pernah kembali padaku.

"Saat itu, memang sama sekali tidak ada rasa penyesalan. Tetapi lama-kelamaan, aku sadar jika aku ... tidak seharusnya melakukan hal itu," jelas Ray diselingi beberapa helaan napas. "Semoga saja dia mau memaafkanku."

Aku tercengang mendengar penuturan laki-laki itu. Terlalu meyakinkan untuk disebut bohong. Dia pasti mengatakan yang sebenarnya.

"Menurutmu ... apa alasan Professor melakukan semuanya?" tanyaku. Ray mengangkat sedikit wajahnya. "Apa kau berpikir ... dia mengembangkan semua penemuan hebat itu agar ia bisa diterima kembali?"

Ray menghela napas. Terdiam selama beberapa saat. "Entahlah, kurasa begitu. Tapi, jika dia  melakukannya karena ingin diterima, kenapa dia tidak kembali kepada keluarganya sendiri, dan memilih untuk bekerja siang malam di laboratorium?"

"Aku tahu, bagaimana pun pasti sedih rasanya diusir keluarga sendiri. Aku yakin, dia pasti melakukan semuanya ... untuk membuktikan jika pilihannya tidak seburuk itu," lanjutnya. "Aku yakin, dia pasti ingin diterima kembali."

Itu benar-benar masuk akal. Mungkin saja ia melakukan semua proyek itu agar bisa diterima kembali oleh keluarganya. Apa itu artinya ... aku juga dia ciptakan agar bisa diterima kembali?

"Aku dengar, dia juga mengembangkan sebuah android yang bisa memiliki emosi layaknya manusia. Entahlah, mungkin itu hanya isu yang tidak jelas darimana datangnya. Tapi seandainya itu tidak bohong dan dia memerlihatkannya pada kakek, dia pasti bisa diterima kembali," ujar Ray. Dia benar-benar tidak tahu jika akulah android itu.

"Maaf karena memilih topik ini," ucapnya lagi. Aku menggeleng lemah, sama sekali tidak masalah jika memang dia ingin mengatakan itu untuk membuat hatinya lega.

Aku termenung, karena memang Ray tidak mengajakkua bicara lagi. Daripada bingung bagaimana cara mengubah topik, aku lebih memilih memikirkan apa yang baru saja kami bicarakan.

Masih pertanyaan sebelumnya, apa tujuan aku dilahirkan?

Jika benar ia menciptakan aku agar ia bisa diterima kembali, kenapa ia tidak sama seklai menunjukkan aku pada keluarganya? Lalu, jika tujuannya memang seperti itu, kenapa dia harus merahasiakan identitasku sebagai android?

Jika benar Professor memang sama persis dengan apa yang kubicarakan, kenapa ia menyebutku spesial bahkan sebelum ia diterima kembali?

Tolonglah, siapa pun beritahu aku, apa tujuan aku dilahirkan?

*

Jangan lupa vote dan comment ya 😊

[END] Mechanical HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang