Reuni

58 10 0
                                    

"Kau datang kan Se-jeong ?"

"kemana?" jawabnya sambil memilah-milah baju yang tergantung di lemarinya.

"ke reuni sma kita, minggu depan.."

Sejenak Se-jeong berhenti ketika mendengar kata itu "reuni" , dia menghela nafas lalu melanjutkan kerjaannya lagi...

"kamu jangan pura-pura lupa ya..,udah ah aku mau mandi dulu, see you next week jeong-ah"

Se-jeong masih berdiri di depan lemarinya mencerna semua kata yang dikatakan oleh somi. "reuni, sma, minggu depan" 3 kata itu berputar di kepalanya tak berhenti. Dengan pikiran yang masih berputar diantara tiga kata itu, sejeong menghempaskan dirinya di ranjang samping lemarinya, memeluk gulingnya dan mencoba memejamkan mata, bentuk pelarian paling efektif tidur.

Namun, hingga jarum pendek bertengger di angka 2, Sejeong masih tidak bisa masuk ke alam bawah sadarnya, sudah hampir 3 jam ia mencoba untuk terlelap dengan semua metode yang biasanya ia lakukan untuk tertidur takada yang berhasil. Se-jeong bangkit dan mulai membuka laptopnya mencari pelarian dari pikiran yang melarangnya berpindah ke dunia mimpi , dengan mengerjakan laporan kantornya.

-

"Kamu sakit, Se-jeong?" kalimat yang terlontar dari semua mulut koleganya dari mulai pintu masuk sampai di lift.

"Se-jeong kamu.."

"Hummm Aku nggak apa-apa" sejeong memotong kalimat minah yang menengok dari kubikelnya.

"kurang tidur ya..?" yang dibalas sejeong dengan anggukan kepala.

"Se-jeong, laporan yang saya minta udah selesai?" manajer kim berbicara melalui intercom yang dibalas sejeong dengan langsung berlari membawa 3 map dokumen yang diselesaikannya semalaman.

"Laporan mu bagus, tidak ada yang perlu di revisi lagi" kata manajer kim saat selesai melihat laporan Se-jeong. "Kau mengerjakan ini tanpa tidur, sejeong?" Tanyanya khawatir melihat tampang salah satu karyawan terbaiknya sudah seperti mayat hidup. "setelah ini saya mau kau cuci muka, aku tidak ingin melihat tampangmu seperti ini sebelum makan siang nanti, saya tidak ingin departemen lain berpikiran jika saya sedang melakukan kerja rodi pada karyawan di departemen saya" lanjutnya sambil memerintahkan sejeong keluar dari ruangannya dengan salah satu tangannya yang mengayun keluar.

Se-jeong kembali ke kubikelnya, setelah mencuci muka dan mengaplikasikan cushion di wajah, sedikit liptint redrose d bibir dan blush on tipis d pipi agar wajahnya tidak lagi terlihat pucat. Sejeong langsung mengecek Handphonenya yang sedari tadi bergetar. Dia bingung melihat isi kakaotalk ternyata dari grup SMAnya.

aku tidak pernah masuk, pikirnya, dia sangat yakin jika dirinya tidak pernah memberi kontaknya ke teman sekolahnya dan yang memiliki kontaknya hanya Jeon Somi. Se-jeong memutar bola matanya dan mengacak acak rambutnya frustasi.

-

Se-jeong memutuskan untuk tenggelam bersama tumpukan laporan dan presentasi yang menumpuk di mejanya, pelarian selain tidur. Saat asyik mengerjakan salah satu bahan presentasi sebuah pesan masuk ke emailnya, namun itu alamat emailnya yang lama, aku sudah tidak memakai alamat ini gumamnya. Alasan mengapa dia masih mengaktifkan emailnya hanya untuk digunakannya untuk Online Shopping dan hanya teman SMAnya yang tahu. Penasaran dia membuka pesan dan sedetik kemudian dia mengeluarkan air mata, Setelahnya dia langsung memberi tanda spam pada pesan tersebut. Berharap tidak lagi menerima pesan dari alamat yang sama.

"Mengapa dia muncul lagi?" Se-jeong mengusap-usap dadanya, menenangkan dirinya dan kembali tenggelam dalam pekerjaannya.

-

"Jeong, ini sudah hampir 10 tahun, dan kau masih saja seperti ini" Somi duduk berkacak pinggang, menghadap sejeong yang hanya duduk dengan tatapan kosong, sadar tidak didengarkan, Somi melanjutkan "dia udah terkenal, dia gak mungkin datang, okelah, kalau dia datang terus kenapa?, dia kan tidak tahu kalau..." somi berhenti bicara ketika sejeong menatap tajam padanya, dia tahu kalau dirinya telah melewati garis. "Apa sih yang kau takutkan sebenarnya?, apa kau tidak lelah seperti ini, terus-terusan sembunyi, kau selalu menolak Head Hunter dari televisi atau agency, padahal kau sangat suka kerja di bidang itu " Se-jeong masih menatapnya tajam, dia melanjutkan

"Jeong, dia udah terkenal, setiap hari kita melihat dia di berita sedang tour keliling dunia, mana mungkin dia datang hanya untuk bertemu teman SMAnya dan bernostalgia, tidak mungkin sejeong, terkadang aku bingung, bagaimana bisa kau menjadi yang terpintar di sekolah jika hal yang seperti ini saja kau tidak bisa memikirkannya" Lelah berbicara pada Se-jeong yang masih berkutat pada dunianya sendiri, dia bangkit dan pergi mengacak acak kulkas dan mengambil beberapa botol bir serta brownies yang masih utuh.

Se-jeong masih memikirkan email tadi, 'mengapa dari sekian tahun, dia muncul lagi?', dan meskipun dia tidak memperhatikan ocehan somi, Se-jeong sebenarnya mendengar semua yang dikatakan somi padanya dan membenarkan pendapat somi, 'mengapa harus takut, aku tidak melakukan sebuah kesalahan, dia sudah terkenal, tidak mungkin dia datang' Sejeong mengangguk "dia tidak mungkin datang" gumamnya.

"Somi, aku akan pergi, daftarkan aku" katanya pada somi dan bergabung menghabiskan brownies yang sudah d lahap sebagian oleh somi. Mendengarnya, somi tersenyum dan juga menyesal, dalam hati dia minta maaf pada Se-jeong karna telah berbohong padanya. 

Sekali Lagi...Where stories live. Discover now