Pertemuan

40 10 0
                                    


"Se-jeong-ah, Se-jeong-ah, Se-jeong-ah"

Seorang lelaki mendekat ke telinga Se-jeong yang sedang terlelap, merasa geli Se-jeong menggeliat menjauhkan telinganya dari nafas lelaki yang terus saja mendekatkan bibirnya ke telinga Se-jeong, hembusan angin mengayun-ayunkan rambut Se-jeong menutupi wajahnya, jari lelaki itu menyentuh kulit wajah Se-jeong dan membuat Se-jeong merasa ada yang menyetrum seluruh tubuhnya.

Se-jeong membuka mata, keringat dingin memenuhi pelipisnya, menekan dadanya yang terasa sesak sambil sesekali menarik nafas, kemudian dia mulai menangis, dalam hening,dia memukul dadanya mecoba mengurangi sesak di dadanya, Se-jeong menangis sampai dia terlelap sendiri.

Se-jeong memutuskan untuk cuti sehari, sadar bahwa dia tidak bisa muncul ke kantor nya dengan mata sembab dan merah, dia mengecek hp dan sebuah pesan muncul

Se-jeong, kau baik baik saja kan?, kata manajer kim kau tidak masuk hari ini, aku akan bilang ke anak-anak jika kau tidak datang reuni kali ini, love you.

Se-jeong mengusap wajahnya lalu mengacak-acak rambutnya, dia mengecek tanggal, 15 agustus, membuang nafas, berbaring dan menangis lagi sampai ia terlelap setelah lelah menangis.

"Se-jeong-ah, Se-jeong-ah, Se-jeong-ah" suara yang sama dengan mimpinya semalam membangunkannya di sore hari, setelah berkaca dia langsung membenamkan dua sendok ke dalam freezer lalu menempelkannya di kedua kelopak matanya.

Tidak ada salahnya kan aku kesana?, tidak ada yang akan terjadi, memangnya apa yang aku takutkan?

Sekelabat pemikiran yang muncul disaat mengompres matanya yang sembab, membuatnya langsung berlari ke kamar mandi dan menghabiskan satu jam berikutnya mencoba mengurangi sembab di matanya dengan foundation dan cushion d wajahnya.

Sesampainya di depan café, Se-jeong tidak langsung masuk, dia berdiri cukup lama depan pintu, masih berkutat dengan pikirannya apakah dia harus datang atau membatalkan saja niatnya, aku sudah cukup gila untuk ke sini pikirnya. Dia menarik nafas panjang dan menganggukkan kepalanya saat seseorang berjalan melewatinya masuk di dalam café dan berlari ke arah gerombolan orang yang sedang asyik berbincang, Se-jeong berhenti dan langsung berbalik arah, berjalan, sedikit berlari menjauh dari café tersebut.

Se-jeong duduk di salah satu bangku halte menunggu bus, dia mengusap airmatanya sedangkan tangan satunya mengobrak abrik dalam tas mencari tissue, saputangan, apapun yang bisa dipakainya untuk menghapus airmatanya, Se-jeong berhenti mengobrak abrik tasnya, menyerah tak menemukan apapun dan akhirnya membiarkan dirinya menangis tersedu sedu di halte.

"Sampai kapan kau mau menghindariku, Se-jeong?"

Se-jeong berhenti terisak dan menoleh kearah suara, seorang lelaki berperawakan tinggi dengan blazer hitam dipadukan dengan kemeja putih menatapnya, seorang lelaki yang menjadi alasan utamnya untuk tidak datang ke reuni SMA, Alasan dari insomnia dan tangisannya, lelaki yang akhir-akhir ini muncul dalam mimpinya, Lelaki yang melewatinya di depan café, dan membuatnya berakhir menangis di halte, Jungkook menatapnya tajam, tak lepas menatap Se-jeong yang sudah berjongkok menutupi wajahnya yang berurai air mata, Se-jeong menangis tanpa suara dihadapan jungkook yang tak lepas menatapnya.

"Pergi, kumohon" dua kata yang susah payah dikeluarkan dari mulut Se-jeong, seperti berbisik, Jungkook yang tidak mendengarnya mencoba mendekat, Se-jeong yang melihat bus datang d halte seberang langsung berlari melewati mobil yang lalu lalang ke seberang dan naik ke bus tersebut, meninggalkan Jungkook di seberang. 

"dan lagi, aku tidak bisa menahanmu" bisik Jungkook, sebelum mengubah berjalan kembali menuju café. 

**

Ada alasan mengapa Jungkook selalu meluangkan waktu untuk datang ke reuni di sela sela kesibukannya menjadi penyanyi yang sedang naik daun d Korea, untuk bernostalgia, menghibur diri dan bertemu dengan Se-jeong, untuk yg terakhir, mungkin itu hanyalah harapan kecil karena Se-jeong sekalipun tidak pernah hadir dalam reuni, dan hari ini, harapan itu akhirnya terwujudkan, namun yang didapatinya adalah Se-jeong dengan linangan air mata berlari mencoba menghindari dirinya..., Jungkook tersenyum kecil, dia sadar mengapa Se-jeong bersikap seperti itu padanya, dia merasa pantas namun tidak terima, Dia menelpon seseorang dan kemudian tersenyum, sebutir air mata mendarat di pipinya dan kemudian terisak.

Sang manajer menatap dari kaca spion hanya bisa diam menatap Jungkook menangis, dia tidk pernah melihat Jungkook menangis seperti ini, namun dia tidak ingin bertanya, dia kembali memusatkan perhatiannya pada jalanan, membiarkan Jungkook menangis terisak di bangku belakang.

**

Sudah dua hari dia mengungsi ke rumah ibunya d busan. Setelah pertemuannya dengan Jungkook kemarin, Se-jeong mengajukan cuti seminggu, dan berangkat ke busan malam itu juga. Pikiran Se-jeong tak pernah lepas dari bayangan pertemuannya dengan Jungkook, dia terus memikirkan pertemuan itu. Sebuah tangan mungil menepuk wajahnya saat dia sedang berbaring melamun d balkon. Tangan mungil itu tak hentinya menepuk-nepuk wajah Se-jeong dan memanggilnya "omma...,omma" Se-jeong tersadar dan langsung memeluk anak kecil tersebut dan menggelitiknya, "kau merindukan ibu, kau merindukan ibu, iya kan, iya kan" sambil mencium seluruh wajah anak kecil tersebut.

"Se-jeong, ayo makan" suara dari dalam menghentikan ciuman Se-jeong dan langsung bergegas sambil menggendong anak tersebut.

"ini bukan weekend" kata perempuan paruh baya sambil menuangkan sesendok nasi ke piring Se-jeong yang masih memeluk anak kecil tadi " berhentilah mencium cucuku, kau menyiksanya" dia menengadahkan kedua tangannya ingin menggendong anak kecil itu, namun Se-jeong memeluknya erat dan kembali menciuminya "aku merindukan anakku". 

Sekali Lagi...जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें